Mohon tunggu...
Pena Greelack
Pena Greelack Mohon Tunggu... Penulis - Media tulis kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Sikka - Cabang Ende

Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untukmu, Tuan Pendoktrin

27 Maret 2020   10:00 Diperbarui: 27 Maret 2020   10:20 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Irvan Ahmad Junaidi

Wahai tuan Pendoktrin..
Tak perlu Kau usik pelangi yang terbentang indah di ufuk bumi
Meracik argumentasi berbau iri pada nuansa yang beragam mesra berdamai
Seolah panorama estetika hanya terpatri
Pada sepenggal warna yang ia akui
Hingga pemberontakan ego sentris terwujud menguasai nurani nan otak kiri

Wahai tuan pendoktrin..
Tak perlu kau umbar opini-opini penyesatan di gendang telinga anak dini
Meramu retorika muslihat dengan dalih-dalih pembenaran yang terurai rapi
Lalu tertawa terbahak-bahak Tanpa menyadari ia telah memperkosa dirinya sendiri
Tampa klarifikasi, ia bersembunyi di balik ketiak para tetua klan yang melindungi

Wahai  tuan pendoktrin ..
Tak perlu kau nodai kitab suci dengan
Interpretasi kolok tak berdawai
Laksana anak tua mencabuli anak dini
Busung dada memalingkan muka di selimuti rasa dengki
Namun merengek seketika di lucuti di meja diskusi

Wahai  tuan pendoktrin ..
Mengapa tak kau nikmati saja lukisan
Indah rona jingga dengan secangkir kopi
Barangkali  setelah meneguk larutan gula nan kopinya mampu menenangkan hati
Sembari kau hirup asap tembakau yang menstimulasi lahirnya sejuta inspirasi
Sebab masing-masing warna punya skill nan corak berbeda dalam mengedukasi

Wahai  tuan pendoktrin ..
Cukup sudah dogma-dogma pembodohan
Yang kau cipta tuk bersandiwara
Mengungkung nalar berfikir dalam lembah paling gulita hingga taklid buta
Sebab mereka butuh wadah yang sejiwa tuk berkreasi mengasah potensinya
Setelah itu, biarkan mereka berekspresi di
Semesta menjadi manusia merdeka.

Maumere, 26 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun