Mohon tunggu...
HMI SunanAmpel
HMI SunanAmpel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anggota HMI Komisariat Sunan Ampel

Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hustle Culture: Istilah Kerja Keras yang Katanya Bikin Sukses, Emang Iya?

18 September 2022   19:14 Diperbarui: 18 September 2022   19:47 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya apa sih Hustle Culture itu?, Hustle Culture secara definisi dapat disimpulkan budaya bekerja terlalu keras yang mana seseorang mendorong diri nya sendiri untuk melewati batas kemampuan nya agar mencapai suatu tujuan. 

Istilah Hustle Culture ini pertama kali dikenalkan oleh seorang Psikolog Amerika bernama Wayne Oates dalam bukunya yang berjudul 'Confession of a workholic: The Facts about work addiction' pada tahun 1971. 

Semakin berkembangnya zaman akhirnya istilah Hustle Culture semakin berkembang dan sekarang melekat pada gaya hidup Gen Z.

Seperti dapat kita ketahui banyak remaja sekarang lulusan SMA sederajat yang lebih memilih untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan pendidikan nya, salah satu faktor nya mungkin ia merasa ketika ia bekerja ia akan lebih cepat mendapatkan hasil yang nyata ketimbang ia harus lelah belajar di kelas yang hasilnya juga belum tentu kelihatan saat itu juga. 

Tapi tanpa mereka sadari dengan mereka melanjutkan pendidikan nya, mereka akan mendapatkan banyak ilmu serta pengalaman yang sangat bermanfaat untuk masa depan nya kelak.

 Kenapa bisa terjadi di kalangan Gen Z?, Sebenarnya istilah Hustle Culture sudah ada sejak lama, akan tetapi baru di gembor-gemborkan akhir-akahir ini dikarenakan banyak nya generasi sandwich, yaitu seseorang yang mana dia memiliki tanggungjawab lebih atas diri nya sendiri dan keluarga nya, sehingga mau tidak mau ia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keduanya. 

Selain itu, berdasarkan hasil riset, banyak sekali Gen Z yang memiliki minta kerja yang tinggi, studi menemukan 58 % pekerja Gen Z bersedia bekerja malam dan akhir pekan demi gaji yang lebih tinggi. Bahkan 67% pencari kerja Gen Z bersedia untuk pindah domisili agar ia tetap bisa bekerja. 

Penyebab-penyebab lain yang akhir nya menyebabkan seseorang terjerumus pada budaya hustle ini antara lain : 

Kemajuan Teknologi, semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang pula teknologi di dunia, adanya perkembangan teknologi memang sangat menguntungkan bagi kebanyakan orang, akan tetapi jika kita tidak dapat menggunakan nya dengan baik maka akan berdampak buruk untuk kehidupan kita. 

Konstruksi Sosial, merupakan pernyataan yang dijadikan sudut pandang dari kesadaran dimana cara berhubungan dengan manusia lainnya. Seperti contohnya banyak sekali kita lihat orang-orang disekitar kita atau bahkan terjadi pada diri kita sendiri, tanpa sadar kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain, sehingga muncul lah keinginan untuk menjadi si dia, padahal setiap individu punya proses dan cerita nya masing-masing. 

Toxic Positivity, hal ini merupakan kondisi dimana seseorang memaksa dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir positif dan menolak segala hal emosi negatif.

Contoh nya seperti 'Aku masih bisa kok, aku masih kuat kok' padahal dia sudah ada di titik lemah nya, akhirnya seseorang yang terjerumus kedalam toxic positivity ini akan lebih mudah mengalami stress, selalu merasa gelisah dan merasa seakan-akan dia yang paling benar. Padahal, tidak masalah jika satu waktu kita merasa lelah dan perlu istirahat agar kembali fresh dan lebih bisa memfokuskan diri. 

Lalu apakah budaya hustle ini menjamin kesuksesan? 

Faktanya, belum ditemukan korelasi antara sukses dan hustle culture sendiri, bahkan karena terlalu gila bekerja sehingga menghabiskan banyak waktu justru hal ini dapat mengurangi tingkat produktivitas. Tidak hanya itu, orang yang terjerumus kedalam budaya ini akan mempengaruhi sisi psikologisnya, seperti anxiety, stress dan kesehatan mental lainnya, yang tanpa kita sadari akan berakibat fatal nantinya. 

Jadi, untuk menghindari budaya ini kita harus bisa menentukan prioritas agar lebih mudah menyusun target suatu tujuan, mengutamakan kesehatan karena kesehatan adalah salah satu nikmat tuhan yang harus kita syukuri setiap hari nya, mengambil jeda sewaktu-waktu untuk sedikit bersantai dan berkumpul bersama orang-orang sekitar, keluarga, dan teman, stop membandingkan diri dengan orang lain karena jalan kesuksesan setiap individu itu berbeda. 

Sukses bukan hanya tentang financial, tapi sukses bagaimana akhirnya kita bisa membahagiakan diri sendiri lalu membahagiakan orang-orang disekitar kita. 

#HUSTLECULTURE

#Gen-Z

Oleh: Halina Adinda 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun