Contoh nya seperti 'Aku masih bisa kok, aku masih kuat kok' padahal dia sudah ada di titik lemah nya, akhirnya seseorang yang terjerumus kedalam toxic positivity ini akan lebih mudah mengalami stress, selalu merasa gelisah dan merasa seakan-akan dia yang paling benar. Padahal, tidak masalah jika satu waktu kita merasa lelah dan perlu istirahat agar kembali fresh dan lebih bisa memfokuskan diri.Â
Lalu apakah budaya hustle ini menjamin kesuksesan?Â
Faktanya, belum ditemukan korelasi antara sukses dan hustle culture sendiri, bahkan karena terlalu gila bekerja sehingga menghabiskan banyak waktu justru hal ini dapat mengurangi tingkat produktivitas. Tidak hanya itu, orang yang terjerumus kedalam budaya ini akan mempengaruhi sisi psikologisnya, seperti anxiety, stress dan kesehatan mental lainnya, yang tanpa kita sadari akan berakibat fatal nantinya.Â
Jadi, untuk menghindari budaya ini kita harus bisa menentukan prioritas agar lebih mudah menyusun target suatu tujuan, mengutamakan kesehatan karena kesehatan adalah salah satu nikmat tuhan yang harus kita syukuri setiap hari nya, mengambil jeda sewaktu-waktu untuk sedikit bersantai dan berkumpul bersama orang-orang sekitar, keluarga, dan teman, stop membandingkan diri dengan orang lain karena jalan kesuksesan setiap individu itu berbeda.Â
Sukses bukan hanya tentang financial, tapi sukses bagaimana akhirnya kita bisa membahagiakan diri sendiri lalu membahagiakan orang-orang disekitar kita.Â
#HUSTLECULTURE
#Gen-Z
Oleh: Halina AdindaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H