Pernah nggak sih mikirin kenapa kita belajar kayak gitu disekolah...?, apa faedahnya buat hidup ku yang sekarang..?. Inget nggak perang di ponegoro itu terjadinya pas habis magrib, 1825-1830.Â
Coba deh pikirin pelajaran seperti itu ada faedahnya tidak di hidupmu..?. pernah nggak sih kamu waktu interview mau ikut organisasi, di tanya "dek, perang diponegoro itu kapan terjadinya ya?" nggak pernah kan, atau pas lagi ketemu calon mertua, atau ketika kamu ketemu sama orang baru.
 Coba kita kembali ke filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya akan membahas pemikiran beliau yang lebih inti yang jarang di ajarkan disekolah, yang pertama dan paling mendasar yaitu tujuan pendidikan. {1.} Tujuan pendidikan...?, tujuan pendidikan tuh apa sih, bikin pinter?, bikin dapat nilai bagus?, atau dapat ijazah biar bisa kerja?, nah bukan.Â
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah Memerdekakan Manusia, dan jika ditanya apa sih manusia merdeka itu?, terdapat dua point selamat raganya dan bahagia jiwanya [Selamat dan Bahagia].Â
Sebenarnya jika dipikir-pikir itukan yang kita cari di kehidupan, kita tuh Cuma pengen selamat dan bahagia, kalau orang bilang tujuan aku hidup akhirat lah, dan kamu berharap apa di akhirat kalau bukan berharap kamu selamat dari neraka dan bahagia di surga, ya kan.Â
Padahal menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan harusnya memerdekakan manusia, menghasilkan manusia yang selamat dan bahagia, apakah mengetahui sejarah perang di ponegoro akan ngebantu kamu untuk selamat dan bahagia, apakah tau cara menggunakan rumus integral trigonometri bisa ngebantu kamu untuk selamat dan bahagia.Â
{2.} Ki Hajar, percaya bahwa pendidikan punya tiga peran penting. [Memajukan dan menjaga diri, memelihara dan menjaga bangsa, memelihara dan menjaga dunia], ini semua di sebut dengan Filosofi Tri Rahayu, semua itu terhubung dan semuanya berkontribusi pada kepentingan yang lebih besar, everithing is conecting.Â
Contohnya nih semisal kamu berhasil menjadi orang yang merdeka orang-orang yang bahagia, kira-kira lingkungan sekitar kalian keluarga, pertemanan, atau orang-orang sekitar kalian bakalan lebih baik nggak hidupnya, jadi lebih baikkan.Â
Semisal lagi nih, di sebuah desa keluarga-keluarganya bahagia, orang-orangnya baik, daerahnya jadi maju gak, klw di sebuah negara daerah-daerahnya maju, negaranya jadi maju gak, kalau daerahnya maju yang ngerasain efeknya siapa?Â
Ya semuanya, dunia merasakan rakyatnya juga merasakan, semua itu terhubung dan itu di mulai dari kita sendiri. Memerdekan satu orang adalah langkah awal memerdekakan satu keluarga, memerdekakan keluarga adalah langkah awal untuk memerdekakan daerah, dan memerdekakan daerah adalah langkah awal untuk memerdekakan bangsa.Â
{3.} Pendidikan itu harus kontinu, konvergen, dan konsentris. Kontinu artinya berkelanjutan, apa yang kamu capai saat ini adalah hasil apa yang kamu usahakan kemarin, dan besok nih, hari ini akan jadi masa lalu buat kamu. Belajar itu terus menerus sepanjang hidup, selalu ada cara lain buat lebih menjadi baik untuk hari ini.Â
Konvergen artinya ilmu itu harus dari berbagai sumber, ambilah ilmu dari luar zona nyaman kamu, kalau di situ-situ aja kamu bakal stuck-nan. Konsentris, belajar dari luar itu boleh, tapi jangan lupa disesuaikan juga dengan identitas dan konteks yang ada di hidup kita masing-masing.Â
Semisal nih, Ki Hajar sendiri meskipun sudah banyak mengambil ilmu dari luar, terus bisa ngebuat filosofi keren kita harus begini dan begini segala macam.Â
Tapi kan, waktu itu kita masih di jajah awal-awal merdeka juga negaranya masih ambyar, nah parakteknya juga disesuaikan dengan konteks indonesia di zaman itu, contohnya beliau menggunakan istilah memerdekakan manusia buat membungkus konsep tentang kebahagiaan, kenapa sih pakai istilah memerdekakan manusia, ya karena itu yang dibutuhkan pada saat itu.
Apakah saat ini Indonesia sudah bisa dikatakan merdeka?
Jadi dari sini yang bisa saya tangkap pesan pentingnya, 1. Jangan lupa caranya bahagia, 2. Ketika kita mengembangkan diri kita, lingkungan kita juga akan membaik, dan itu juga membuat kita jadi lebih baik lagi, 3. Belajar terus seumur hidup, ambil dari berbagai sumber, sesuaikan sama konteks kehidupan kita.
Oleh : Siti Nurhasanah