Wedih hapir lupa yoo begini sederhana bahwa bagi-bagi kue terlalu menghegemoni Austin pemerintah yang kemudian sebagai egiliter Dari pada kondisi sosial yang terjadi ini sederhana begini pemerintah pusat mengkucurkan Rp.100.00 kemudian di limpahakan ke gubernur potnglah gubernur Rp.20.000, limpahakan lagi ke kabupaten kota di potong lagi Rp.20.000 limpahkan lagi ke bawah di potong Dan seterusnya, keadaan ini seeing terjadi dalam pemangku kekuasan, sehingga fariabel praduga yang di ambil adalah Mandiri dibuktikan lagi
Dan lagi, KORUPSI bansos kurang lebihnya begitu guys, ya jadi saya selaku manusia biasa Masih dengan sepenuh kesakahan dalam keresahan saya melihat bahwa kebijakan ini harus syarat akan mengevaluasi kebijakan untuk menekan angka peyebaran COVID-19, Dan memepertimbangkan segalah kalster yang di sudah di desain oleh negara agar kesejahteraan nggak lumpuh, kemakmuran nggak bablas.
Dan rakyat hanya di jadikan pola pim pong ketika momen pergantian kekuasan itu datang hajatan-hajatan ambigu ini kejahatannya hak asasi manusia di 98 akan teratasi Dan terungkap, kesejahteraan akan berafalisi pada rakyat, kordinir kemakmuran akan di percepat menjadi jualan laris manis di panggung kampanye oleh penguasa, negara hari ini sudah berjalan Tanpa bukti yang menjadi syarat pelaksana janji kampanye.Â
Sekali lagi saya manusia biasa yang berkeresahan bahwa  kemarin adalah hari ini yang berdonggeng oleh penguasa masi kah pertayaan lagi bahwa besok sekolah di sini tidak bisa sebab mahal, kesehatan harus lumpuh kepada rakyat yang tak bermodal yah begitulah yaa kuat-kuat saja untuk menjadi warga negara hari ini, Tanpa kesedaran bablas yaa kurang lebihnya begitu sekian terimah kasih untuk para pembaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H