Mohon tunggu...
H.M.Hamidi
H.M.Hamidi Mohon Tunggu... Lainnya - Berusaha Berdo'a Bersyukur Berpikir Positif

Pekerja Sosial, Pelaku Pemberdayaan, Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain dari "3M" dalam Mengatasi Covid-19

26 November 2020   09:59 Diperbarui: 26 November 2020   10:06 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Protokol kesehatan dengan membiasakan "Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan" pada hakekatnya bukan sebatas menutup mulut dengan kain atau bahan lainya yang dijadikan masker agar terhindar dari penularan virus.

Akan tetapi lebih daripada itu bagi setiap orang juga harus dapat menjaga mulut mereka dari perkataan dan ucapan yang tidak benar (hoaks). 

Karena untuk mencegah penularan covid 19 selain menutupi mulut dan hidung dengan masker, setiap orang juga harus menutup mulut dari perkataan bohong dan mengelabuhi orang lain.  

Contoh kongkrit yang dapat kita jadikan pelajaran adalah ucapan dari aparat dan pejabat yang tidak satu suara tentang covid ini mengakibatkan kesimpansiuran informasi di masyarakat sehingga banyak masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan.

Bahkan laporan dari salah satu lembaga survey yang disampaikan oleh ketua satgas covid 19 masih ada 17 persen yang tidak percaya dengan corona.

Selain itu sudah hampir satu tahun pemerintah melawan covid 19,  ternyata angka penularan senakin melonjak hingga mencapai setengah juta lebih.

Penerapan protokol kesehatan secara ketat dan sanksi berat bagi siapa saja yang melanggar belum mampu membangun kesadaran masyarakat akan bahaya virus corona ini.

Kemunculan klaster klaster baru dari berbagai daerah disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang berbeda beda.

Diteruskannya proses pilkada serentak di 27o daerah dan kota menyumbangkan angka loncatan kasus covid di tanah air.

Sementara kerumunan massa dari kegiatan lain yang dilakukan masyarakat mendapat tindakan yang tegas dari aparat.

Ketidakpastian informasi tentang vaksin yang akan digunakan untuk mengatasi penyebaran covid 19 semakin menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengatasi virus.

Vaksin sebagai satu satunya harapan untuk mengantisipasi penularan lebih luas lagi hingga kini belum juga dipastikan. Bahkan dikalangan elite negeri ini masih menimbulkan silang pendapat akan keefektifan penggunaan vaksin tersebut.

Tindakan aparat dan pejabat dalam meneggakan protokol kesehatan terhadap kerumunan massa dirasakan tidak adil oleh sebagian pihak.

Polemik kedatangan Imam Besar FPI , pemanggilan Gubernur DKI dan pencotopotan dua Kapolda, dan proses pilkada serentak sebaiknya dijadikan pelajaran penting bagi semua pihak agar merenungkan kembali makna filosofi dari "3M" untuk melawan virus korona ini.

Memakai masker tidak cukup dimaknai hanya sebatas menutup mulut dengan kain atau sejenisnya. 

Akan tetapi lebih jauh dari pada itu  bahwa mulut yang tidak terjaga adalah senjata yang paling tajam untuk membunuh atau menghancurkan apa saja yang diinginkan.

Dalam agama islam mulut yang tidak terjaga dari ucapan dusta lebih kejam daripada pembunuhan. Alfitnatu Asaddu minal qatli bahwa fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.

Oleh karena itu dalam situasi seperti sekarang  hendaknya semua pihak khususnya para aparat dan pejabat yang berwenang agar tidak hanya memakai masker secara zahir saja melainkan juga harus nampu menjaga perkataannya dari hal hal yang menimbulkan perpecahan di masyarakat.

Menjaga jarak disini merupakan tuntunan bagi kita agar menghindarkan diri dari kerumunan orang yang sedang melakukan perbuatan maksiat atau melanggar hukum. Seperti yang dicontohkan oleh baginda Nabi ketika melihat masyarakatnya melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia.

Baginda Nabi pergi ke Gua Hiro untuk mencari solusi bagaimana agar masyarakatnya sadar bahwa apa yang diperbuatnya adalah bertentangan dengan norma dan ajaran yang telah diturun oleh Allah kepada Rasul Rasul sebelumnya.

Demikian juga dengan mencuci tangan. Allah telah mengingatkan kepada kita bahwa adanya kerusakan di darat dan dilautan disebabkan oleh tangan manusia.

Kasus korupsi, ekploitasi kerusakan lingkungan tidak lepas dari perbuatan manusia.

Secara biologis anggota tubuh yang namanya tangan adalah salah satu anggota tubuh yang paling berperan dalam melakukan segala aktivitas.

Tangan merupakan simbol kekuatan pikiran manusia yang berfungsi sebagai ekskutor.

Sebaik apapun ide atau konsep yang dimiliki oleh seseorang tidak berarti apa kalau tidak di tulis oleh tangan. Sebaliknya sejahat apapun pikiran manusia kalau tidak disertai dengan perbuatan tangan maka tidak akan pernah terjadi.

Oleh karena itu membersihkan tangan dari segala perbuatan keji dan mungkar adalah senjata ampuh untuk melawan virus corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun