Pendahuluan: Albert Einstein, terkenal karena kontribusinya yang revolusioner dalam bidang fisika, memiliki kehidupan yang kompleks yang melampaui ranah ilmiah. Artikel ini menjelajahi aspek politik kurang dikenal dari kehidupan Einstein, fokus pada hubungannya dengan Zionisme, dan peristiwa kompleks yang melibatkan berdirinya Israel.
Tahun-Tahun Awal Einstein: Lahir pada tahun 1879 di Ohm, Jerman, Einstein berasal dari latar belakang Ashkenazi Yahudi. Namun, penting untuk dipahami bahwa Einstein lebih mengidentifikasi dirinya dengan etnis Yahudi daripada keyakinan agama. Meskipun brilian, ia merupakan anak yang pemberontak, menantang otoritas, dan tidak menyukai pendidikan terstruktur.
Struggle Akademis dan Kantor Paten: Awalnya dianggap sebagai pemalas, Einstein bekerja di kantor paten setelah lulus. Meskipun tampak terputus dari aspirasi ilmiahnya, periode ini menandai awal dari ide-ide transformasionalnya. Pada tahun 1905, ia menerbitkan empat makalah berpengaruh, termasuk teori relativitas dan persamaan terkenal E=mc.
Sikap Anti-Perang Einstein: Selama Perang Dunia I, keyakinan pacifis Einstein bertentangan dengan nasionalisme yang berlaku. Ia dengan tegas menolak Manifesto 93 ilmuwan Jerman yang mendukung perang, yang menyebabkannya terisolasi dari banyak lingkaran ilmiah.
Einstein dan Anti-Semitisme: Dengan meningkatnya anti-Semitisme pasca-Perang di Jerman, Einstein menghadapi tantangan karena keturunan Yahudinya. Penolakannya untuk bersekutu dengan upaya perang semakin memperburuk hubungannya dengan ilmuwan Jerman. Namun, kolaborasi yang beruntung dengan ahli astronomi Inggris Arthur Eddington selama eksperimen gerhana matahari membawa pujian internasional.
Munculnya Hitler dan Ancaman terhadap Einstein: Dengan munculnya Hitler, sentimen anti-Semitisme semakin meningkat. Einstein, seorang kritikus vokal rezim Nazi, menghadapi ancaman yang meningkat. Namanya muncul dalam daftar individu yang menjadi target, mendorongnya untuk meninggalkan Jerman pada tahun 1933 dan menjadi warga negara Amerika.
Zionisme dan Dilema Einstein: Di tengah-tengah masa-masa yang penuh gejolak ini, pemimpin Zionis Chaim Weizmann mendekati Einstein. Weizmann mencari dukungan Einstein untuk penggalangan dana guna mendirikan universitas Yahudi di Palestina. Meskipun Einstein merasa simpati terhadap nasib Yahudi yang tertindas, ia dengan tegas menolak menjadi seorang Zionis, menolak afiliasi politik.
Pandangan Einstein tentang Palestina: Sikap Einstein terhadap Zionisme menjadi lebih kompleks setelah pembantaian Dir Yasin pada tahun 1948, sebulan sebelum berdirinya Israel. Ia mengkritik teror yang dilakukan oleh faksi Zionis Irgun dan Lehi, menekankan perlunya pertanggungjawaban, dan mengecam segala bentuk asosiasi dengan tindakan kriminal.
Kesimpulan: Kehidupan Albert Einstein, terkait erat dengan kecemerlangan ilmiah dan tantangan politik, menunjukkan seorang pria yang melalui masa-masa sulit dengan keyakinan. Penolakannya untuk tunduk pada ideologi politik, bahkan yang sejalan dengan latar belakang etnisnya, menegaskan komitmen Einstein pada prinsip perdamaian dan keadilan.
Sumber =Â youtube rumah editor ( https://youtu.be/p165qP_SVuQ?si=XG-loKCgoWmTcaGw )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H