Mohon tunggu...
Hari Listrik Nasional PLN
Hari Listrik Nasional PLN Mohon Tunggu... Karyawan -

Akun resmi yang menayangkan hasil artikel pegawai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam kegiatan blog competition "Kerja Nyata Terangi Negeri". Email: hln71@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akhir Penantian Panjang Operasinya PLTMG Bangkanai

28 Oktober 2016   16:44 Diperbarui: 28 Oktober 2016   16:51 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PLTMG Bangkanai merupakan salah satu proyek pengembangan infrastruktur kelistrikan program 35 ribu MW yang telah dicanangan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Kapasitas terpasang sesuai RUPTL adalah 155 MW dengan terdiri dari 16 blok mesin. Proyek ini mulai dibangun pada  dan diharapkan sudah memasuki tahapan Commercial of Date (COD) pada 2016.

Rangkaian pembangunan infrastruktur kelistrikan selain PLTMG Bangkanai ini antara lain pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT 150 kV) Bangkanai – Teweh – Buntok – Tanjung. Jalur transmisi tersebut sebagai saluran untuk evakuasi daya dari PLTMG Bangkanai sehingga akan terhubung secara interkoneksi dengan sistem Grid Barito yang sudah beroperasi selama ini. Kelancaran pembangunan kedua scope proyek tersebut (Pembangkit PLTMG dan SUTT terkait) sangat diharapkan sesuai schedule COD sehingga dapat beroperasi secara optimal dan sesuai dengan tujuan desain perkuatan system kelistrikan di Kalimantan selatan dan Kalimantan tengan. Jika salah satu scope pekerjaan mengalami hambatan dan belum bisa beroperasi, maka evakuasi daya dari PLTMG bangkanai tidak optimal dan berimplikasi kepada efisiensi operasi.

Sampai dengan saat ini, pembangunan SUTT Buntok – Tanjung belum selesai terkait permasalahan pembebasan lahan tapak tower maupun Right of Way (ROW) sepanjang jalur transmisi tersebut. Untuk  SUTT Bangkanai – Teweh sudah selesai dibangun bahkan masa energize dilakukan diawal tahun ini selama satu bulan. Sedangkan SUTT Teweh – Buntok baru  selesai dibangun oleh UIP pada tanggal 11 agustus 2016 Rencana pengoperasian system Bangkanai – Muara teweh – Buntok (BMB, istilah yang disebut oleh GM PLN Wilayah Kalsel dan Kalteng) adalah tanggal 22 agustus 2016  jika semua persyaratan sudah terpenuhi yaitu RLB (Rekomendasi Teknik) dari PLN Pusat Sertifikasi (PLN Pusertif) dan surat persetujuan operasi Gas dari Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementrian ESDM.

Pada tanggal 11 agustus 2016, surat ijin tentang pengoperasian gas dikeluarkan oleh Ditjen Minyak dan Gas Bumi dengan mempersyaratkan antara lain : maksimal gas yang diperbolehkan untuk flaring(pembakaran Gas Suar Bakar) adalah 2,0 mmscfd dan berlaku sampai dengan 30 september 2016. Hal ini bermaksud agar pengoperasian sistem BMB bisa optimal dalam menyerap gas di site sumur Gas yang ada didaerah ds Karendan.  

Sangat jelas bahwa tantangan dalam pengoperasian Sistem BMB adalah jumlah pembakaran gas (flaring gas) maksimal sebesar 2 mmscfd (kurang lebih 10 MWh per harinya). Batasan ini lebih dimaksudkan untuk meminimalkan pencemaran lingkungan hidup disamping keterbatasan kapasitas instalasi pembakaran gas buang. Sedangkan dari sisi PLN selaku pemakai gas ini adalah saving costyang besar karena mekanisme pembelian gas oleh PLN kepada pihak OPHIR bersifat Take or Pay(pembayaran fixed cost dengan volume 5 mmsfd). Artinya sekalipun pemakain gas hanya 3 mmscfd namun PLN harus membayar sebesar 5 mmscfd. Sebuah lossing cost yang tinggi dan berdampak pada ineffisiensi. Kesepakatan ini hanya berlaku sampai dengan akhir desember 2016 (awalnya sampai dengan 30 september 2016). Sedangkan untuk tahun 2017 sudah disepakati volume take or pay adalah sebesar 20 mmscfd. PLN WKSKT optimis dapat memenuhi penyerapan volume gas tersebut pada tahun 2017 dengan asumsi pembangunan transmisi Buntok – Tanjung sudah selesai dan energize pada bulan desember 2016.

Karena itu selama pembangunan transmisi SUTT 150 kV Buntok – Tanjung belum selesai, kontinuitas supply gas oleh OPHIR sangat dipengaruhi oleh penyerapan beban pada sistem BMB. Beberapa faktor yang harus dikejar demi kelangsungan operasi PLTMG Bangkanai antara lain : penambahan beban distribusi melalui PB/PD, keandalan mesin dan perangkat pendukung di PLTMG Bangkanai, keandalan system transmisi Bangkanai – Muara Teweh – Buntok, keandalan SUTM feeder ekspress (TWH1 , BTK2 dan BTK3). Tuntutan tersebut diatas dibebankan kepada Manajer Area Kuala Kapuas, Manajer AP2B dan Manajer sector Barito. Mereka di juluki Pangdam Pembebanan, Pangdam Operasi dan Pangdam Pembangkitan oleh GM WKSKT bapak Purnomo.

Setelah melalui proses pengecekan dan evaluasi kegagalan saat energize, pada tanggal 27 agustus 2016 jam 18:28 WIB PLTMG Bangkanai dapat beroperasi sampai dengan Muara Teweh dengan beban kurang lebih 7,3 MW. Namun beberapa jam berikutnya kembali PLTMG mengalami trip. Kendala awal saat pengoperasian BMB antara lain proses sinkron antar mesin 15 dan 13 maupun dengan blackstartnya. Kegagalan berikutnya adalah proses energize ke system transmisi bankanai – teweh, disebabkan lamanya proses sinkron PLTMG dengan transmisi sehingga dengan kondisi pembebanan yang rendah mesin PLTMG mengalami trip (dibutuhkan waktu kurang dari 40 menit jika beban < 2 MW). System proteksi yang diberlakukan oleh pihak OPHIR sedemikian ketatnya tidak lain untuk menghindari kerusakan atau ledakan di instalasi pembuagan gas suar nya (exhaust manifold dan silencer).

 Tahapan energize berikutnya yang tidak kalah menegangkan adalah proses energize sampai dengan Buntok melalui SUTT Teweh – Buntok yang belum pernah dioperasikan sebelumnya. Dan keraguan akan belum ready nya SUTT Teweh – Buntok terbukti ketika dilakukan injeksi tegangan, system BMB mengalami Black Out. Dari hasil pengukuran didapatkan indikasi short circuit di jalur tersebut. Berhari – hari dilakukan analisa dan simulasi perhitungan untuk mengetahui pasti titik lokasi terjadinya short circuit tersebut. Dan………ditemukan adanya pohon rotan kecil di T265 – T266 yang menyentuh phasa T. Sungguh sebuah upaya yang luar biasa dari tim Kalselteng. SIstem Buntok dimulai energize dan sinkron dengan Bangkanai pada 7 september 2016 jam 18.06 WIB. Namun dalam malam itu terjadi Black Out sebanyak 2 kali sehingga diputuskan pengoperasian PLTMG bangkanai hanya berhenti sampai dengan muara teweh. 

Kerja keras di tambah dengan daya analisa yang kuat menjadi suatu rangkaian upaya dalam menemukan solusi permasalahan kegagalan sinkronisasi system Buntok dengan Sistem Bangkanai – Muara Teweh. Dampak yang dirasakan terhadap kondisi ini tidaklah kecil, yaitu seringnya terjadi Black Out menjadikan ketidaknyamanan yang dirasakan masyarakat khususnya muara teweh dan Buntok. Karena itu diperlukan perhitungan dan analisa yang matang sebelum dipertimbangkan untuk mulai mengenergize system Buntok, bukan sebagai cara trial error. Dan akhirnya energize Buntok berhasil dilakukan pada tanggal 8 september pukul 13:54 WIB.

Perjalanan panjang beroperasinya PLTMG Bangkanai telah terlalui. Banyak proses dan pembelajaran yang didapatkan selama penantian itu. Tahapan berikutnya adalah tetap menjaga keandalan system BMB yang meliputi sisi pembangkitan, transmisi dan distribusi demi untuk mempertahankan kontinuitas supply gas, karena tidak menutup kemungkinan pihak operator gas dalam hal ini OPHIR akan menutup kran sumur gas jika persyaratan batasan maksimal flaring gas terlampui. Penyambungan baru di wilayah teweh dan Buntok harus bergerak cepat, selain upaya untuk penambahan beban juga untuk memenuhi rasa dahagakebutuhan daya listrik yang selama ini tidak mencukupi.

Dengan beroperasinya sistem BMB ini akan berdampak positif kepada pengusahaan PLN wilayah kalselteng antara lain : penurunan Biaya Pokok Produksi (BPP), mengatasi defisit daya yang selama ini terjadi, pemakaian fuel mix energy primer menjadi lebih baik, peningkatan penjualan dan tentunya memperbaiki image PLN dimata masyarakat kaimantan tengah khususnya di barito utara dan selatan. Disamping itu juga diharapkan akan menjadi trigger kemajuan ekonomi di wilayah kabupaten barito utara dan selatan melalui akselerasi iklim investasi. Peningkatan rasio elektrifikasi juga menjadi parameter yang akan disasar oleh PLN WKSKT dengan telah beroperasinya PLTMG Bangkanai, sesuai dengan misi “KERJA NYATA MELISTRIKI NEGERI” .

Ochiem


*Tulisan ini dikirim ke Kompasiana pada tanggal 25 Oktober 2016. Karena satu dan lain hal, tulisan ini ditayangkan pada 26 Oktober 2016. Tulisan ini tetap masuk ke dalam tahap penjurian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun