Perkenalkan, nama saya Eko Ardilles. Saya baru saja menjadi pegawai di PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat dengan Surat Keputusan per tanggal 1 Februari 2016. Dari 34 provinsi dan ribuan kecamatan di seluruh Indonesia yang menjadi lingkup kerja PT PLN (Persero), saya ditempatkan di sini, Wilayah Kalimantan Barat, yang berkantor di Pontianak. Dengan lokasi penempatan ini, saya tidak bisa mengatakan saya tidak beruntung, begitu jugasebaliknya.
Dilihat dari lingkup kerjanya, Wilayah Kalimantan Barat membawahi empat Area dan satu Sektor. Keempat Area dan Sektor ini membawahi rayon-rayon atau unit-unit, lalu rayon atau unit membawahi sub-sub rayon (bila ada). Melalui tulisan ini, saya ingin menceritakan sedikit kisah saya saat berkunjung ke Sub Rayon Tanjung Satai atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tanjung Satai dan Sub Rayon Semitau atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Semitau yang baru saja saya lakukan dalam dua bulan terakhir.
Saya melakukan kunjungan ke PLTD Tanjung Satai pada Senin sampai Selasa, 26-27 September 2016. Adapun tujuan kunjungan ini ialah untuk mempersiapkan PLTD Tanjung Satai dalam mengikuti lomba Hari Listrik Nasional (HLN) ke-71, dan sekaligus juga untuk melihat unjuk kerja mesin secara langsung.
PLTD Tanjung Satai terletak di Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Perjalanan ke PLTD ini saya tempuh dengan setengah jam perjalanan menggunakan pesawat dari Pontianak ke Ketapang, kemudian dilanjut dengan perjalanan darat selama 2 jam ke Sukadana, kemudian menaiki speedboat selama sekitar 45 menit. Sesampainya di pelabuhan kecil di Pulau Maya pada siang hari, saya dan tiga orang teman saya (satu dari wilayah dan dua dari area) disambut oleh Mas Andika (Penanggungjawab PLTD Tanjung Satai) dan teman-teman alih daya di sana. Kulihat senyum sumringah menempel di wajah Mas Andika pada waktu itu. Karena jauhnya perjalanan, saya belum bisa membalasnya dengan senyuman yang sama.
Karena letaknya yang berada di satu pulau, PLTD ini hanya menyuplai listrik ke Pulau Maya, dan tidak bisa dihubungkan dengan jaringan lain dari luar pulau untuk memperoleh suplai listrik tambahan.Di PLTD Tanjung Satai terdapat dua mesin yang beroperasi. Dalam sehari, karena sulitnya akses dan alasan operasional lainnya, mesin-mesin itu beroperasi selama 12 jam, mulai dari pukul 18.00 PM sampai 06.00 AM. Dua belas jam? Iya benar. Bukankah satu hari itu 24 jam? Itupun benar. Seumur hidup, baru kali itu saya “menikmati” suplai listrik yang hanya 12 jam dalam sehari. Sebagai tambahan, baru kali itu juga saya menggunakan air hujan untuk mandi. Pegawai PLTD Tanjung Sataimenampung air hujan untuk keperluan mandi, cuci, dan sejenisnya.
“Tapi tidak boleh mengeluh juga bang, kalau dilihat-lihat banyak orang yang lebih sulit lagi,” kata Dedi tiba-tiba saat menceritakan sebagian kisah hidupnya. Pada waktu itu kami sedang duduk di teras mes, sambil menunggu pukul 22.00 tiba untuk mencatat parameter mesin yang diperlukan. Laki-laki yang bercita-cita melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah ini ialah salah seorang tenaga alih daya di PLTD Tanjung Satai. Ia lulusan SMK, jauh dari universitas, dan jauh dari orangtua. Setelah selesai mengambil data pada pukul 22.00, saya berjalan ke ruang tidur, merenung, lalu terlelap.
Besoknya, sebelum mesin berhenti beroperasi saya ambil lagi data yang diperlukan untuk melihat unjuk kerja mesin disana. Setelah mesin berhenti beroperasi, tentu saja listrik padam. Nyaris tidak ada yang bisa saya lakukan pagi itu. Lokasi PLTD Tanjung Satai sendiri ada di tengah-tengah pepohonan lebat, dan untuk ke pemukiman terdekat sebaiknya menggunakan sepeda motor karena alasan jarak. Sayapun menunggu di mes. Jauh di dalam diri, jiwa saya berontak ingin segera balik ke Pontianak. Akan tetapi, karena jam keberangkatan speedboat hanya ada siang, saya harus bersabar. Hingga akhirnya, siang pun datang. Kepulangan kami diantar dengan senyuman yang sama dari Mas Andika dan juga Dedi. Kali ini saya bisa membalasnya karena alasan yang sama sekali tidak baik, yaitu karena saya kembali ke kota.
Seminggu setelah keberangkatan ke PLTD Tanjung Satai, saya berkunjung ke PLTD Semitau di Rayon Putussibau. Kunjungan kali ini tujuannya untuk menjadi tenaga bantu pekerjaan overhaul salah satu mesin pembangkit listrik di sana.Overhaul merupakan salah satu jenis pemeliharaan yang dilakukan setelah mesin mencapai jumlah jam kerja tertentu, kalau pada sepeda motor bisa diibaratkan sepertiservice. Di PLTD Semitau, pada saat itu akan dilaksanakan semi overhaul, karena mesin sudah mencapai 12.000 jam kerja. Perjalananini dilaksanakan dari tanggal 3-10 Oktober 2016.
PLTD Semitau terletak di Kecamatan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu.Untuk mencapai PLTD Semitau, terlebih dahulusaya dan seorang teman saya menaiki pesawat dari Pontianak menuju Putussibau dengan waktu tempuh selama satu jam.Besoknya, dari Rayon Putussibau ke PLTD Semitau, saya, teman saya, dan satu orang pegawai dari rayon menempuh perjalanan selama tiga jam melewati jalan bagus ditambah satu jam melewati jalan rusak.
Kecamatan Semitau masih bisa dikatakan ramai jika dibandingkan dengan Pulau Maya. Kehidupan masyarakatnya terpusat di satu jalan lurus. Di sana ada rumah-rumah penduduk, ada warung, dan letaknya dekat dengan PLTD Semitau. Hari pertama di Semitau, selain makan dan “ngopi”, waktu banyak saya habiskan dengan beristirahat. Beristirahat dengan diiringi deru mesin.
Masyarakat kebanyakan pasti berupaya menghindari kebisingan dari mesin-mesin PLTD. Selain mengganggu aktivitas, kebisingan yang melebihi ambang batas bisa menimbulkan penyakit. Para pegawai yang bekerja di PLTD mau tidak mau harus mendengarkan kebisingan itu, bahkan hingga 24 jam dalam sehari karena lokasi mes yang dekat dengan mesin. Jika orang lain tidak bisa tidur karena bising, maka pegawai PLTD merasakan hal yang sebaliknya. Mereka hanya bisa tidur lelap jika ada kebisingan. Sebab kalau tidak, berarti mesin ada gangguan, listrik padam sehingga bisa menimbulkan serbuan dari masyarakat, bukan untuk membantu perbaikan mesin tentu saja. Deru mesin merupakan lagu pengantar tidur mereka.