Postmodernitas ditandai dengan lahirnya totalitas struktur sosial baru, perkembangan teknologi dan informasi yang pesat, serta terbenttuknya masyarakat kontemporer, dunia simulasi dan hiperrealitas.Â
Berbagai pergeseran makna dan nilai-nilai modernitas yang syarat dengan subjek ke-aku-an membuat para pendukung postmodernisme bersemangat untuk mneggaungkan  nilai-nilai dalam postmodern. Â
Modernisme yang identik dengan universalitas, monisme, batasan-batasan yang mampu membelenggu, logosentrisme, nilai absolut dirombak oleh postmodern menjadi kebenaran yang bersifat relative, kebebasan, pluralisme dan perhargaan nilai-nilai perbedaan serta keberagaman.Â
Perombakan nilai-nilai tersebut membuat semua orang merasa memilki kemerdekaan untuk berkspresi dalam setiap hal apapun tanpa terkecuali. Berbagai genre music, seni, film konten media social, kultural populer kini sangat berwarna-warni. Masyarakat kontemporer memiliki berbagai privilege dan preferensi yang sangat luas dan beragam demi memenuhi segala kebutuhannya.
Namun, sayangnya berbagai kebebasan nilai-nilai kebenaraan yang relatif, penghargaan atas keberagaman dan narasi-narasi kecil membuat konflik, konsumerisme dan kapitalisme semakin membesar.Â
Pasalnya setiap orang merasa memiliki kebebasan dan memilki kebenaran masing-masing yang dipegang, di satu sisi teknologi yang semakin berkembang, hukum dan masyarakat yang belum mampu bertransformasi secepat perkembangan teknologi membuat hal tersebut menjadi permasalahan yang besar dalam era postmodernisme.Â
Akibatnya, banyak yang lupa bahwa yang diuntungkan dari peradaaban atau era baru ini adalah para penguasa kapitalisme yang dengan mudahnya menggiring manusia kedalam tujuanya, dikonstruksikan melalui berbagai media dan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H