Mohon tunggu...
Hans Z. Kaiwai
Hans Z. Kaiwai Mohon Tunggu... Dosen -

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih

Selanjutnya

Tutup

Money

Memilih Kepala Daerah: Suatu Pendekatan Ekonomi Perilaku

19 Maret 2017   04:07 Diperbarui: 19 Maret 2017   04:09 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya kesadaran baru bahwa individu berada dalam suatu lingkungan sosial, maka jaringan sosial tersebut akan memengaruhi seorang individu dalam berperilaku. Jadi nilai dan pandangan kita, alternatif tindakan yang kita lakukan, pengetahuan kita akan konsekuensi dari suatu tindakan kita ambil—semua pengetahuan ini, semua pilihan ini—berasal dari interaksi dengan lingkungan sosial kita. Dimana selanjutnya kesemuanya itu akan memengaruhi tindakan dan perilaku kita, termasuk keputusan memilih dalam PILKADA.

Kita ketahui bersama bahwa PILKADA merupakan dimensi politik dalam perecanaan pembangunan daerah lima tahun ke depan. Artinya visi dan misi pembangunan daerah lima tahun ke depan akan ditentukan oleh masyarakat pemilih pada saat pemungutan suara. Dan tentunya pilihan itu ditentukan demikian, oleh karena mereka memiliki kesamaan visi dengan visi yang diusung seorang kandidat (kita mempunyai mimpi yang sama).

Rujukan sosial

Dalam masa kampanye sekarang ini, para kontestan PILKADA sedang memaparkan apa yang menjadi visi, misi, strategi dan programnya. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan masyarakat pemilih bahwa dia adalah orang yang layak diberi mandat untuk memimpin dan membawa masyarakat secara bersama-sama dalam merealisasikan visi bersama tersebut. Masing-masing kandidat akan menggunakan berbagai strategi untuk mengomunikasikan ide dan pemikirannya, sehingga pada saatnya nanti dia dapat menyakinkan pemegang hak suara untuk memilihnya sebagai kepala daerah.

Berdasarkan informasi, pengetahuan dan pengalaman yang dialami oleh masyarakat pemilih, mereka akan mengambil keputusan baik saat ini terutama bagi mereka yang telah menetapkan pilihannya maupun pada saatnya nanti bagi mereka yang belum menetapkan pilihannya. Sinyal yang diberikan oleh kandidat akan meningkatkan ukuran dari rujukan sosial bagi pemilih potensial yang belum memutuskan pilihannya.

Pengambilan keputusan para pemilih terkait dengan konteks sosial dan sekaligus merupakan rujukan sosial yang memengaruhi keputusan mereka dalam memilih seorang kandidat. Karakter dan kepribadian seorang kandidat serta rekam jejaknya terutama dalam hal responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berperilaku antikorupsi dan nepotisme, orientasi pengabdiannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semuanya ini termanifestasi menjadi rujukan sosial yang terkonstruksi dalam konteks sosial (pilihan bersama).

Jadi alasan seorang individu untuk memilih salah satu kandidat dan bukan kandidat yang lain tidak terjadi dalam suatu ruang yang kosong, tetapi tergantung pada berbagai cara dimana orang lain beraksi dan beropini. Hal ini dipandang sebagai konteks sosial dimana seseroang individu harus mengambil keputusan. Oleh sebab itu mengamati perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya harus ditempatkan pada keputusan individu dalam hubungannya dengan dampak potensial dari interaksi sosial dan hasil sosial itu sendiri.

Kiranya melalui kampanye bersih dan bermartabat yang saat ini dilakukan oleh kontestan PILKADA, semakin menambah informasi, pengetahuan dan pengalaman individu dalam masyarakat, dan sekaligus semakin memperkuat bukti dan rujukan sosial bagi masyarakat pemilih untuk menentukan pilihannya.  Sehingga pada saatnya nanti mereka dapat menggunakan hak pilihnya untuk menentukan seorang kandidat menjadi kepala daerah secara demokratis. Ada rujukan sosial dan masyarakat telah belajar berdemokrasi untuk melanjutkan estafet pembangunan ke periode berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun