Bukankah se-cerdas apapun pemikiran, akan semakin sulit membuat pilihan? Karena selanjutnya kita akan bicara sebagai seorang "tamu", menjadi bagian dari budaya, sosio-antropologi, otonomi daerah, kearifan lokal, bahkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakatnya.
Apa yang sesungguhnya diinginkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Program Nusantara Sehatnya?
1. Menjadi Agent Of Change
Izinkan aku memulainya dengan mengutip komentar di laman salah satu akun sosial media kementerian Kesehatan RI. Berinisial FM mengatakan "Semoga pak menteri bisa membuka mata dengan lebar-lebar. Agar melihat dengan jelas para sukarelawan dan honor di Puskesmas yang nasibnya belum jelas!"
Aku tersentak! Bukankah Nusantara Sehat justru menekan angka sukarela itu? Bukankah Nusantara Sehat membuka peluang bagi siapapun yang ingin bergabung? Ah, apakah itu hanya gumam ku saja?
Aku terpaksa menarik kesimpulan sendiri bahwa tidak semua orang paham akan hambatan dan tantangan menjadi Nusantara Sehat. Tapi, aku juga harus menuntut diri ku untuk memahami bahwa satu-satunya jalan jika tak ingin dikritik adalah berdiam dan tak melakukan apa-apa. Apakah yang mengatakan melakukan hal itu?
Eits, tunggu! Bukankah agama kita tak mengajarkan ber-suudzon?
QS 49 (Al Hujurat) : 11 -- 12 ; Boleh jadi orang yang disalahkan itu lebih baik dari kita dan prasangka (kecurigaan) itu lebih dekat dengan dosa
Jika sudah demikian, mari kita netral-kan pikiran terlebih dahulu. Kita yakini dulu bahwa sudut pandang yang berbeda perlu kita hargai dan belum tentu salah. Bagaimana jika justru ia yang benar?
Lihat dan perhatikan premis nya!Â
Jika anda tidak tahu siapa yang berbicara maka anda tidak akan tahu kenapa dia berbicara. Â Kita bisa sepakat?!
Jika iya. Mari kita elaborasi-kan lagi. Apakah generasi Nusantara Sehat yang tidak memahami daerah atau daerah yang tidak memahami generasi Nusantara Sehat? Nusantara Sehat untuk daerah atau daerah untuk Nusantara Sehat? Siapa yang menuntut dipahami dan siapa yang dituntut memahami?
Apakah kita semua sudah sama-sama peduli pada diri kita, pada siapa kita, atau bahkan masing-masing mengurusi kepentingan dan ambisi sendiri? Atau semua sedang ramai-ramai menikmati kesalahan? Atau bahkan kita sendiri tidak memahami motivasi-motivasi kita?
Mari pelan-pelan kita ambil napas dalam-dalam!
Nusantara Sehat berbasis tim dituntut memiliki program-program inovasi dalam menyelesaikan sesuatu permasalahan di penempatan. Berbicara soal inovasi maka kita akan berbicara sesuatu yang baru dalam rangka akselerasi perbaikan.
Apakah semua berjalan mulus? Jika aktivitas anda saat ini adalah berada ditempat ter-nyaman, angkat kaki sambil menikmati secangkir kopi depan Televisi, maka bisa dipastikan anda akan dengan mudah menilai dengan kata-kata yang kadangkala tak patut didengarkan.
     You make it look so easy!
     Semua tak se-gampang anggapan itu! Ada berbagai bentuk macam "perlawanan" yang dilakukan demi itu semua. Terlalu banyak konflik internal yang perlu pelan-pelan kami tengahi. Iri-irian gaji, penggelapan berbagai bentuk dana, pimpinan yang jarang ditempat, berbagai data dan kegiatan fiktif, pelayanan puskesmas lumpuh dan sebagainya.
"Hampir setahun pertama, tim kami kehilangan arah. Keadaan yang terlalu kaya akan sebuah problematika yang membuat kami kesulitan harus memulai dari mana"Â pungkas Ni'mah Rahmawati, NST batch 4 Puskesmas Miyah.
     Anda ingin katakan; kenapa tidak melaporkan itu semua? Bah, anda terlalu emosional bersikap. Lapor atau apapun semacamnya bukan tupoksi Nusantara sehat. Meskipun, di lapangan sering dianggap sebagai mata-mata Kementerian Kesehatan sih hehe.
     Ince Mariana NST Batch 7 "kami tak ingin terlihat egois untuk mengatakan bahwa kami sudah berhasil menjadi agen perubahan. Tetapi setidaknya hal-hal yang sebelumnya belum ada menjadi ada seperti kolaborasi kegiatan, perubahan-perubahan kecil, itu cukup bermakna bagi kami".
     Pada kesempatan lain melalui media voice note whatsApp, seorang berinisial SNA NST Batch 7 mengungkapkan "ada banyak kejanggalan yang terjadi di tempat kami bang Rian.Â
Segala upaya kami mengkomunikasikan dengan baik, justru kami di ancam untuk dibawa ke dukun. Pimpinan juga mengancam akan melihat lewat dukun segala hal yang kami laporkan ke kemenkes.Â
Jika laporannya tidak mereka sukai, maka entah apapun akan dilakukannya lewat dukun itu. Itu kejadiannya 6 bulan awal penempatan. Masing-masing dari kami harus melaporkan ke orang tua kami, untuk meminta doa perlindungannya"
     So?Â
     Ah, sudahlah! aku tak ingin terlalu egois menggambarkan segala halnya melalui tulisan ini kepada anda. Siapapun anda,berhak untuk melihat dan menilai dari sudut pandang anda. Tapi dengan segala harap dan kerendahan hati, izinkan kami mengajak anda mari berjuang bersama memberi dampak bersama Nusantara Sehat.Â
2. Menjadi Motivator, Fasilitator dan Katalisator dalam proses peningkatan budaya kerja
     Mula-mula, kita satukan dulu persepsi kita tentang definisi apa itu Motivator, apa itu Fasilitator dan apa itu katalisator. Berpedoman pada KBBI, Motivator adalah orang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu/pendorong/penggerak. Fasilitator adalah orang yang menyediakan fasilitas/penyedia untuk melaksanakan sesuatu. Dan Katalisator adalah seseorang yang menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa.
     Aku ingin mulai dari sebuah pernyataan Desi Afyati NST Batch 8. "Masyarakat bukannya tidak ingin berubah, tetapi tidak ada yang menggerakkan untuk berubah karena keterbatasan pengetahuannya dibidang kesehatan."
     Menurut anda, apa makna dari sebuah kalimat ini?
     Tapi Bukankah salah satu fungsi Puskesmas adalah Pusat Pemberdayaan Masyarakat?
     Tentu saja! tapi aku tak ingin mengucilkan peran siapapun di pedalaman. Dan tak mau pula menduga-duga. Karena apa yang ku ketahui belum tentu benar-benar ku ketahui. Apa yang ku tahu adalah hasil sumbangan dari tuhan, alam dan manusia lain.
     Dikutip dari laman komentar salah satu akun sosial media kementerian Kesehatan RI. Inisial RR mengatakan "Apa yang dibanggakan dari Nusantara Sehat, gelombang kedua pada malas semua!"
     Jujur, aku sedikit gemetar membacanya. Pikiran ku melayang-layang. Ribuan pertanyaan menyergap ku. Masih sangat teringat jelas dalam benak ku bagaimana segala bentuk kondisi hutan rimba, terpaan ombak, gunung, lembah, rawa menjadi teman terbaik.
     Tapi jujur, aku bertanya pada diri sendiri; apakah kau sedang berbicara dengan ku? Kita memang hanya bisa berusaha memperhitungkan tanpa bisa memastikan apapun hasilnya.
     Untuk itu, dengan segala kebodohan dan kecerobohan ku. Ku mohon ucapan-ucapan itu ditujukan atau dialihkan kepada ku. Aku lebih tepat mendapatkan kata-kata seperti itu. Aku lebih cocok untuk di "dzolimi". Tapi tolong, bukan pada wadah perjuangan kami yaitu Nusantara sehat.
    Â
     Data kemenkes menunjukkan bahwa 80% cakupan program meningkat, respon time puskesmas meningkat dan kunjungan pasien puskesmas meningkat setelah kehadiran Nusantara Sehat.     Nah loh! Ini sesungguhnya menunjukkan apa? Ah, anda ingin katakan itu-kan hal biasa karena Nusantara Sehat di gaji?
     Its Okey! Kita elaborasi-kan lagi sedikit. Tanpa mengurangi rasa hormat ku pada siapapun. Berdasarkan temuan Ombudsman di lapangan dengan sampel di Kabupaten Supiori menunjukkan tingkat ke-tidak-hadir-an ASN periode Januari-Maret 2019 khusus di Dinas Kesehatan saja menunjukkan angka 76,26%.
     Izinkan ku ulangi! Angka ketidakhadiran ASN 76,26%. Waw, mengagumkan bukan? Apakah mereka tidak di gaji?
     Aku sedikit ragu, tapi ya sudahlah. Biarkan itu menjadi rahasia yang dikonsumsi publik. Tentu saja, kami juga ingin menggeser-kan paradigma itu. Dengan ikut berpartisipasi dan berjuang agar bisa menjadi bagian dari ASN. Doakan saja yah!
     "Alhamdulillah, yang semula banyak data dan kegiatan fiktif. Semenjak kehadiran kami, berkat kerjasama yang baik semua pihak, semua menjadi tergerak menjadikan kegiatan yang nyata" Lanjut Pungkas Desi Afyati, NST Batch 8.
     Anda ingat sebuah ungkapan ini?
     "Tidak masalah jika saya gagal, setidaknya saya mewariskan konsep ke orang lain, bahkan jika saya tidak sukses, seorang akan sukses". Izinkan kalimat dari Jack Ma ini menjadi semangat kami selama 720 hari diseluruh pelosok seantero nusantara.
3. Berperan aktif dalam peningkatan jejaring dengan lintas sektor dalam upaya meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat
     Memang, bagi sebagian orang beristirahat didalam ruangan sambil menyalakan pendingin ruangan jauh lebih nyaman. Namun, ribuan dari generasi Nusantara Sehat bertebaran seantero nusantara, untuk menggugah dan menggerakkan hati bagi siapa saja agar mau, tahu dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya. Mereka memiliki tekad yang kuat tanpa memandang segala musim.
     Bahkan ribuan wajah itu memancarkan rona kemerahan akibat terbakar matahari. Pikiran mengembara kemana-mana, disebabkan rasa rindu nya pada orang tua, kerabat, keluarga, teman, pacar, istri dan sahabat. Segala hal itu dipaksa nya tenggelam, meskipun hatinya merintih.
     Apakah kau tau semua itu?
     Berinisial DA NST Batch 8 mengatakan kepada ku "tidak ada sesuatu yang paling menyakitkan bagi seorang bidan kecuali diketahuinya seorang bayi meninggal karena kurangnya koordinasi dan kerjasama yang baik"
     Itu seakan pukulan tajam membuat jiwa saya merosot, dada saya sesak, tangan saya gemetar, hati saya luluh-lantah. Tak ada cara lain untuk bertindak, selain bergerak, bergerak dan bergerak sembari memohon dikuatkan jiwa dan perlindungan dari sang pencipta. Tak peduli lagi namanya akses yang sulit, jangkauan yang luas. Tim kami terus melakukan kunjungan dan koordinasi ke seluruh desa. lanjutnya melalui media voice note whatsApp.
     Aku tak ingin memaksakan siapapun anda untuk menilai ini. Karena sejatinya kehidupan adalah dicintai dan mencintai, menerima dan memberi. Biarkan mereka menunjukkan rasa cintanya pada Nusantara dengan caranya, bukan pada penilaian anda.
Rizalul Nurdin, NST batch 6 Puskesmas Serawai "Alhamdulillah bang Rian, sebelum kedatangan tim, puskesmas mendapatkan rapor merah. Â Dan hari ini dengan segala upaya berbagai pihak terutama lintas sektor yang terus kami bangun komunikasi yang baik, Puskesmas kami mendapatkan akreditasi Utama, 2 desa wilayah kerja menjadi contoh desa ODF di kabupaten dan mendapatkan beberapa penghargaan dari daerah." Pungkasnya
     Untuk anda atau siapapun bahwa disini menuntut perjuangan dan ketekunan. Meskipun sebagian orang melihat Nusantara sehat hanya sebatas pada gajinya. bukankah kehidupan bukan hanya sebatas itu?Â
QS 99 (Az-Zalzalah) : 9 ; Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat  zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H