"Tidak ada sesuatu binatang melata pun di bumi, melainkan Tuhan yang memberi rezekinya dan mengetahui tempat berdiam binatang itu dan penyimpanannya. Semua sudah tertulis"
Beberapa kesempatan yang berbeda, melalui pesan massanger masuk beberapa pertanyaan soal Nusantara Sehat. Ada beberapa pertanyaan yang mengingatkan saya pada pendapat kawan yang dianggap sebagai "suara bermain-main".
"Mas, berapa sih gaji Nusantara Sehat?!"
"Kegiatan-kegiatan banyak mengeluarkan uang pribadi tidak, mas?!"
"Bisa untung tidak yah, minimal untuk menabung gitu mas?!"
"Bagaimana medan nya mas, apakah sulit?!"
 Kau tau! pertanyaan ini seolah hari ini saya sedang dapat kiriman surat cinta dari si dia. Kau tau kenapa? Ada senyum dan tawa kala itu. Meski tentu saja keingat kata kawan 'jika berharap gaji, maka mending stop saja dah ikut Nusantara Sehat dari sekarang'!
Eits, wait! Apa itu Nusantara Sehat sudah paham kan? Nusantara Sehat adalah salah satu kebijakan program dari Kementerian Kesehatan dalam penugasan khusus (team based dan individu) dalam kurun waktu 2 tahun untuk menjawab berbagai tantangan persoalan kesehatan (pemerataan SDMK, peningkatan akses, mutu dll) di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan, serta daerah bermasalah kesehatan.
Saya meyakini satu hal! Apapun itu, Tidak ada cara untuk mengetahuinya lebih dalam selain melibatkan diri didalamnya. Toh Bayi sebelum panggil ibu pun melalui proses mempelajari vokal abjad terlebih dahulu. Soal gaji? Memang adakalanya ia menyelinap kuat kedalam pikiran kita.
Selepas 40 hari dihabiskan dalam proses pendidikan di Jakarta, saya pernah mengatakan istilah 'alangkah tidak bijaknya seorang ibu, memberi uang jajan yang sama kepada kedua anaknya. Yang satu masih SD dan satu lagi SMA'.Â
Lelucon memang! Tapi, sebenarnya saya ingin menggambarkan bagaimana perbedaan kebutuhan antara wilayah Indonesia Bagian barat dan Indonesia Bagian Timur. Jika 50 ribu dibagian barat bisa dihabiskan selama 1-2 hari, maka dibagian timur hanya bisa menikmati semangkuk bakso. Tp it's OK lah yah, apapun bentuk dan kuantitas rezeki itu perlu kita syukuri, bukankah demikian?
"Siapapun takkan pernah bisa menghitung nikmat-Nya yang terpendar di bumi  ataupun seribu pahala surga yang bersembunyi di balik langit (modifikasi puisi Saib E. Tabrizi)"
Dalam hemat saya, minimal ada tiga hal yang melandasi generasi muda ikut nusantara sehat. Pertama adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan. Kedua mereka yang ingin memperkaya kisah hidup dengan pengalaman, hitung-hitung sekalian bisa traveling gitu yah dan ketiga adalah mereka yang sejak awal benar-benar ingin mendedikasikan diri untuk daerah-daerah pelosok indonesia.
Sebagai seorang beragama, sepertinya kita sepaham bahwa segala sesuatu semata tergantung niat dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niat nya. Lalu, bagaiamana jika sejak awal niatnya adalah gaji?
Dalam Kepicikan pengetahuan saya, Nusantara sehat akan menjadi lahan yang sangat subur yang penuh warna, lucu, haru, sedih, bahagia, nano-nano dah pokoknya. Kau tau kenapa?!
 'Perjalanannya' bukan hanya sekedar bagaimana hari ini diri kita bisa makan dan minum atau sulitnya mencari makan dan minum tetapi justru bagaimana mampu memanusiakan manusia.
Pun kau tahu, bahwa dinegeri kita diatur bahwa setiap orang berhak untuk hidup sehat. Lalu bagaimana potret diberbagai daerah pelosok? Terkadang kita akan melihat rakyat sipil yang tak tau apa-apa dipaksakan untuk menelan anyir. Ada air mata disana. Tapi mereka terlalu tak berdaya untuk mengeluhkan itu.
Perjuangan nusantara sehat salah satunya adalah menghadirkan akses kesehatan tersebut. Kita akan menyaksikan senyuman tipis lahir dibibir-bibir wajah polos mereka. Bahkan saya yakin, dibeberapa tempat saat datang dan pulangnya tim nusantara sehat diwarnai dengan isak tangis. Untuk itu, saya mengatakan bahwa nusantara sehat adalah 'perjalan cinta'.
Pun kau harus tau. Harus! Cintalah yang mengilhami para pejuang Nusantara sehat untuk berjuang dalam berbagai medan, tak peduli berapa kilometer duri gunung yang diinjak, cuaca buruk atau akses lumpuh sekalipun, semangat muda dalam memberikan akses atau menghadirkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat itu tergambar kuat.
Biasa saja? Jangan anggap remeh! Beberapa kali  kami pun harus menelan luka yang sama ketika melihat teman seperjuangan gugur di medan perjuangan dan pengabdian ini. Bahkan hari ini, luka itu masih basah. Sangat basah, bahkan!
 'Perjalanan' di daerah penempatan Nusantara sehat akan menjadi penjara sosial bagi generasi muda yang gagal dalam beradaptasi. Bagaimana tidak? Jika kehidupan sebelumnya akses terhadap segala modernitas sangat mudah bak hidup dikota las vegas, maka hari ini seakan terlepas di 'sangkar bumi'. Tak ada suara riuk pikuk yang menemani anda selain desiran ombak (kepulauan) dan nyanyian binatang malam secara bergantian yang seakan saling mengisi (wilayah pegunungan). Smartphone termahalpun menjadi tak punya arti. Masih mau menganggap remeh?
Tapi dengan jujur saya katakan, lewat Nusantara Sehatlah akan diasah rasa cinta kita terhadap negeri ini. Jiwa kebangsaan tumbuh 'se-centi demi centi'. Meskipun tak sebesar kata cinta dan rasa kebangsaan yang 'diumbar' oleh politisi disenayan. Kenapa bisa demikian?
Pertunjukan pemamdagan disparitas, pengasingan, terlupakan seakan menunjukkan 'ini indonesia kita' akan melekat kuat selama dua tahun. Segala hal menjadi terbatas, segala hal ketinggalan, segala hal terabaikan dan segala hal terlupakan. Maka jangan heran, jika anda akan menemukan kebenaran wajah indonesia dalam bingkai kedaerahan yang sangat mengejutkan, kadang tak menyenangkan. Disitulah empati dan merasa diri belum mampu berbuat banyak untuk negeri ini diasah.
Nusantara sehat menjadi pendidikan termahal bagi generasi muda. Menjadi langkah awal pembuka kesadaran, bahwa butuh kerjasama semua pihak dalam mengurus 'tanah' kita ini. Tentu, peran anak muda dan semangat muda tak bisa diabaikan begitu saja. Lewat Nusantara sehatlah kita diberikan kesempatan melihat wajah indonesia dengan segala kompleksitasnya yang dibingkai dalam ke-otonomi-daerahan.
Tak mudah menjadi Nusantara sehat, yang berjuang dalam segala keterbatasan. Jika salah dalam menempatkan diri, Maka tak ada peluang untuk bergeser, roda seperti tak berputar, waktu bak berhenti, seakan disini adalah 'takdir' yang tersesat, roda zaman terkunci.
 Waktu yang tak bisa dikembalikan, masa muda yang tergadaikan, kebersamaan dengan keluarga yang hilang, nyawa yang terancam, masihkah mau nyinyir atau kritik soal gaji?
Sungguh! Dimanapun kau berada, apapun niatnya untuk bergabung bersama Nusantara Sehat dan tangan saya hanya bisa menulis "semoga engkau dimudahkan untuk segera bergabung. Karena berbuat untuk sesama adalah salah satu jalan yang diridhoi-Nya". Selamat berkiprah!
*Puskesmas Mare, Maybrat -- Papua Barat*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H