Hizkia Sean K
Abstrak
Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Tak terkecuali untuk kalangan bawah. Pendidikan yang kurang merata masih menjadi permasalahan dalam negara ini. Pemerataan pendidikan sebaiknya mulai diperbaiki. Dengan pemerataan pendidikan membantu menjadikan masyarakat yang memiliki kualitas yang lebih baik.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan hak dari semua masyarakat. Sebenarnya semua masyarakat dapat hak untuk bersekolah. Bukan hanya bagi orang kaya saja tetapi semua kalangan masyarakat. Tetapi secara realitanya saja di Negara ini, biaya pendidikan yang masih tergolong mahal bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Seperti yang tertuang pasal 31 Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut. Tetapi dalam pembiayaan masih belum merata yang mengakibatkan banyak masyarakat yang masih susah dalam pembiayaan. Hal tersebut yang membuat masyarakat memikir kembali untuk mencari ilmu. Untuk biaya kehidupan saja bagi kalangan bawah mereka masih memikirkan apa yang akan mereka makan di kemudian hari. Banyak masyarakat yang memutuskan berhenti bersekolah dan langsung bekerja di usia muda untuk membantu perekonomian keluarga. Ini yang menyebabkan tingkat pendidikan di Indonesia masih kurang di bandingkan dengan Negara lain.
Pembahasan
Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan mengatakan bahwa Indonesia mengalami krisis pendidikan yang sangat kompleks. Dari krisis putus sekolah kualitas guru yang kurang, kualitas kurikulum yang belum standar hingga infrastruktur yang belum memadahi. Guru memiliki kedudukan tertinggi dalam hal penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Masih banyak daerah yang membutuhkan guru sebagai tenaga didik, baik di kota, desa dan pedalaman. Penyebaran guru masih belum merata masih banyak daerah yang membutuhkan tenaga didik dan ada pula daerah yang terlalu berlebihan tenaga didik. Infrastuktur juga menjadi masalah dalam masalah pendidikan yang ada. Masih banyak sekolah yang mengalami kerusakan dan belum mendapatkan bantuan. Demikian juga dengan masalah dalam biaya pendidikan. Mahalnya pendidikan yang ada membuat orang miskin memutuskan untuk tidak bersekolah. Yang menghasilkan asumsi bahwa orang miskin tidak boleh bersekolah
Dahulu pada jaman penjajahan pendidikan hanya bagi keluarga bangsawan dan bangsa belanda. Kaum golongan bawah dahulu di persulit dengan aturan yang memberatkan. Pada masa sekarang pendidikan dapat di ikuti oleh semua kalangan baik kalangan golongan atas maupun golongan bawah. Tetapi pendidikan sekarang menuntut biaya yang cukup banyak. Pendidikan dapat di ikuti oleh golongan atas dan golongan bawah yang harus benar benar pintar untuk mendapatkan beasiswa pendidikan demi membayar biaya. Ada lagi keluhan dari masyarakat yang golongan tengah. Mereka mengeluhkan bahwa pendidikan di perguruan tinggi cukup mahal bagi mereka. Mereka ingin mendapatkan beasiswa tetapi persyaratan yang tidak dapat dipenuhi. Bukan itu saja alasan golongan menengah ke bawah tidak melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi. Mereka berpikir bahwa dari pada mereka berkuliah mengeluarkan uang yang cukup banyak kenapa mereka tidak langsung bekerja dan membantu orang tua mereka. Padahal tuntutan mendaftar lowongan pekerjaan sekarang sudah meningkat, pekerjaan sekarang meminta lulusan memiliki lulusan S1. Ada beberapa yang memberikan kemudahan pendaftaran kerja dengan lulusan SMA tetapi upah yang di terima belum tentu dapat menjamin kehidupan mereka.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17000 pulau. Masih banyak wilayah pelosok yang belum mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai standar pendidikan. Bahkan masih banyak di daerah pedalaman masih belum mendapatkan buku pendidikan untuk mereka pelajari. Pendidikan yang ada di Indonesia masih terpusat pada Pulau Jawa saja belum menyeluruh di semua daerah. Di daerah pulau lain pendidikan sudah mulai berkembang secara baik pada kota besar saja, belum sampai kepada daerah pedalaman. Seorang siswa yang ingin menempuh pendidikan yang tinggal di suatu pedalaman harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Bahkan ada yang harus menginap di daerah yang menyediakan sekolah. Pembangunan sekolah masih belum merata di semua daerah.
Pendidikan di Indonesia masih belum merata dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Seperti masih rendahnya kualitas dan jumlah tenaga pendidik yang mengajar adalah faktor tidaknya merata pendidikan di Indonesia. Pendidik yang berkualitas cenderung hanya berada di kota besar saja. Bahkan di pulau Jawa yang sangat padat. Tenaga pendidik yang berkualitas baik lebih cenderung berada di kota besar. Jadi penyebaran tenaga pendidik di luar daerah masih kurang. Dengan kurangnya tenaga didik pada daerah terpencil membuat orang yang berada pada pedalaman tidak dapat mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka hanya belajar dari orang tua mereka. Pembelajaran yang di berikan oleh orang tua mereka hanya mendasar. Bahkan terkadang orang tua mereka ada juga yang buta huruf dan tidak mengajarkan pembelajaran. Jika masyarakat pedalaman ingin belajar mereka harus menempuh perjalanan ke daerah yang menyediakan sarana untuk belajar.
Setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan fasilitas belajar yang layak. Tetapi berdasarkan fakta yang ada masih banyak tempat pendidikan yang masih kurangnya fasilitas pendidikan. Fasilitas yang layak dan mendukung cenderung berada di pulau Jawa, Sumatra dan Bali. Seperti adanya dukungan Internet, Lab, dan Lapangan. Itu pun tidak semuanya sekolah yang berada di pulau Jawa, Sumatra, Bali mendapatkan fasilitas tersebut. Fasilitas yang layak cenderung berada di sekolahan yang membutuhkan biaya yang mahal, atau berada di sekolahan  yang unggulan. Fasilitas pendidikan mendukung dalam sistem pembelajaran siswa sehingga dalam pembelajaran siswa dapat belajar dengan lebih baik.
Ada sebuah cerita dari staf khusus presiden Indonesia tentang seorang pelajar di pedalaman Papua yang harus menempuh perjalanan jauh demi menempuh pendidikan. Seorang pelajar di Papua harus menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan sebuah pendidikan. Tepatnya di perbatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini. Pelajar di daerah tersebut harus menempuh jarak selama 2 jam dan menyeberangi sungai demi menempuh pendidikan. Dengan alasan di wilayah tersebut belum tersedia tempat untuk menuntut pendidikan. Dengan kejadian tersebut pemerintah seharusnya segera melihat bahwa pendidikan di Indonesia masih di katakan belum merata bagi semua masyarakat. Semua masyarakat baik di pedalaman maupun di kota besar sebenarnya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Memiliki kebebasan dalam mendapatkan pendidikan merupakan hak semua masyarakat.
Bukan hanya di Papua saja pendidikan belum merata, tetapi juga di Aceh pendidikan masih belum merata. Dari data yang ada di Aceh masih banyak anak yang putus sekolah dikarenakan jarak yang di tempuh untuk melanjutkan sekolah lanjut memiliki jarak yang cukup jauh. Anak hanya mendapatkan pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) saja. Dengan jarak tempuh yang jauh anak tidak ingin melanjutkan sekolahnya justru memilih untuk membantu orang tuanya bekerja di kebun. Sebuah survei tahun 2021 meneliti bahwa di SD 25 Araselo, dusun Dama Buleun, Desa Riseh Tunong, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Banyak siswa memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dan membantu orang tua mereka di kebun. Pada tahun ini siswa kelas 6 di SDN 25 Sawang Cuma meiliki 12 orang saja. Bahkan sebagian dari mereka belum memiliki rencana melanjutkan ke bangku sekolah menengah pertama (SMP). Bukan hanya masalah fasilitas sekolah saja yang jauh dari wilayah mereka, tetapi juga dikarenakan permasalahan ekonomi keluarga mereka yang membuat mereka susah untuk melanjutkan bersekolah.
Pada tahun 2018 Republik Indonesia masuk ke dalam 15 negara dengan biaya pendidikan yang tinggi. Di Indonesia rata rata biaya pendidikan anak hampir sama dengan Prancis, India dan Mesir dengan jumlah 16.000 US Dollar. Biaya tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Bagi masyarakat kalangan atas memanglah biaya tersebut tergolong normal. Tetapi untuk golongan bawah biaya itu tergolong mahal. Orang tua di Asia memiliki sikap optimis terhadap masa depan anak mereka. Sebesar 87% orang tua di India optimis terhadap masa depan anak mereka. Begitu dengan orang tua di China, mereka optimis dengan masa depan anaknya sebesar 84%. Angka tersebut di atas rata rata angkat optimis masa depan cerah bagi anak di seluruh dunia yang hanya 75%. Begitu pula di Indonesia memang pendidikan penting bagi anak mereka sampai orang tua mereka melakukan apa pun demi anak mereka bersekolah. Memang benar setiap anak memiliki hak untuk belajar. Tetapi dengan biaya pendidikan yang tinggi terkadang menjadi kesulitan tersendiri bagi keluarga di Indonesia untuk menyekolahkan anak mereka. Terkadang orang tua sudah mengusahakan berbagai mana cara demi menyekolahkan anaknya tetapi anak mereka sadar bahwa ekonomi keluarga mereka sulit dan mereka memutuskan untuk tidak sekolah dan membantu orang tua.
Kualitas guru juga menjadi permasalahan dalam pendidikan. Rendahnya kualitas guru berpengaruh terhadap kualitas pendidikan yang ada. Hasil dari UKG atau Uji Kompetensi Guru dari tahun 2012 sampai 2015, sekitar 81% guru di Indonesia nilainya bahkan tidak mencapai nilai minimum. UKG sendiri merupakan salah satu evaluasi untuk mengukur kompetensi guru dan yang dinilai adalah penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kemampuan guru dalam menyiapkan strategi belajar untuk siswa dan mengelola kelas, pemahaman atas mata pelajaran yang diampu serta kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Dalam hal ini kualitas guru harus segera di perbaiki untuk menghasilkan generasi yang lebih baik dan memberikan hak atau kebebasan bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Bukan hanya sisi negatif saja. Sekarang sudah mulai banyak kelompok bahkan tenaga pendidik yang berusaha dalam menyebarkan ilmu pengetahuan. Mereka rela menempuh perjalanan yang jauh bahkan melewati banyak jalur ekstrim. Contohnya kisah perjuangan seorang guru yang bernama Pak Asep. Dahulu sebelum menjadi PNS Pak Asep menjadi guru honorer. Seperti yang kita ketahui gaji seorang guru tidak banyak dan Pak Asep berusaha menambah penghasilan dengan menjadi satpam di kantor PT. Telkom Cabang Sukabumi. Dan setelah menjadi PNS dia diberi tugas mengajar di pedalaman. Dengan pengalamannya menjadi guru honorer Pak Asep menerima tugas untuk mengajar di pedalaman. Di tempatnya mengajar hanya Pak Asep saja yang PNS . Untuk menuju lokasi Pak Asep harus menyeberangi sungai. Di masa pandemi sekarang ada beberapa kendala dari sinyal dan hampir 80% anak anak di sana belum memiliki gawai atau HP android. Hal ini yang sebenarnya harus menjadi perhatian pemerintah dalam memerdekakan anak anak dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Penutup
Pemerintah sebenarnya harus selalu melihat bagaimana kondisi dari sistem pendidikan dan pemerataan pembelajaran yang ada. Apakah sistem pendidikan yang ada sudah bisa di ikuti oleh semua kalangan? Apakah pemerataan pendidikan yang ada sudah menyebar di semua daerah? Apakah tenaga pendidik sudah cukup untuk semua daerah? Semua itu harus menjadi pertimbangan pemerintah dalam menentukan sistem atau cara agar pendidikan di negeri ini menjadi lebih maju. Pendidikan adalah hak dari semua masyarakat tetapi masih saja pendidikan belum merata bagi semua kalangan masyarakat. Dari kendala biaya yang ada lokasi belajar yang jauh dari wilayah mereka dan tenaga didik yang kurang merata bagi daerah daerah terpencil. Bukan hanya pemerintah saja yang dapat memperbaiki dan memberikan semua orang kebebasan dan kemerdekaan dalam mendapatkan ilmu. Jika pemerintah saja tidak ada dukungan dari luar maka sistem yang di buat tidak akan berjalan. Kita juga dapat membantu pemerintah dalam memberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar. Dengan membagikan ilmu kita, kita juga berbagi kemerdekaan bagi orang orang yang membutuhkan pendidikan. Kita dapat memberikan ilmu kita yang mendasar. Dengan demikian kita juga membantu dalam menyebar luaskan ilmu kita kepada semua orang.
Daftar Pustaka
Akbar, Jihad. 2021. Billy Mambrasar: Anak Pedalaman Papua Naik Perahu 2 Jam buat Sekolah, https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/billy-mambrasar-anak-pedalaman-papua-naik-perahu-2-jam-buat-sekolah/3?page=all, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.33
Asmuda, Alfath. 2021. Anak-Anak di Pedalaman Aceh Utara Banyak Putus Sekolah, https://www.merdeka.com/peristiwa/anak-anak-di-pedalaman-aceh-utara-banyak-putus-sekolah.html, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.36
Sebayang, Rehia. 2018. RI Masuk Dalam Negara Biaya Pendidikan Termahal di Dunia, https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180416125235-33-11142/ri-masuk-daftar-negara-biaya-pendidikan-termahal-di-dunia, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.40
Unicef. 2020. Pendidikan dan Remaja, https://www.unicef.org/indonesia/id/pendidikan-dan-remaja?gclid=Cj0KCQiAm5ycBhCXARIsAPldzoXK3VQSZqwE04oujNcB_30XaR2VrFUTIXSqDzotlcSw2IRssnHWtaUaAiZQEALw_wcB#programme-resources, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.45
Webbly, sosialitas. 2013. Masalah Pendidikan di Indonesia. http://sosialitas.weebly.com/masalah-pendidikan-di-indonesia, diakses pada 1 Desember 2022 pukul 13.50
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H