Pemilihan Presiden telah selesai dan akan di umumkan hasilnya paling lama tanggal 28 Mei 2019. Data sementara yang di keluarkan oleh KPU, Jokowi menggungguli perolehan suara Prabowo.Panasnya situasi Pilpres terus terasa sampai ke akar rumpun, kedua kubu terus memberikan serangan, hingga gerakan-gerakan massa pun tumpah di jalanan untuk saling klaim.Situasi ini yang kian memanas membuat gerakan-gerakan sosial seperti gerakan mahasiswa mulai dilanda dilema. Pada saat bersuara menyampaikan sesuatu hal untuk evaluasi pemerintahan maka dituduh pendukung kubu yang lain dan begitu juga sebaliknya.Ini tidak persoalan apakah pro Jokowi atau pro Prabowo. tetapi ini adalah personal hilangnya gerakan-gerakan sosial pada masa sebelum Pilpres dan sesudah Pilpres.Gerakan-gerakan sosial termasuk gerakan mahasiswa hampir tidak pernah terdengar dan naik kepermukaan memperlihatkan warna nya. Namun lebih sering terlihat gerakan-gerakan massa seperti #Ganti Presiden, #JokowiPresiden, Gerakan 212 (bahkan ada reuninya), hingga gerakan-gerakan pro dan kontra KPU - Bawaslu, dan yang lagi marak tentang people tower.Lalu bagaimana dengan gerakan-gerakan sosial?...Pada saat terpilihnya Jokowi pada tahun 2014, banyak pihak yang menggantungkan harapan di pundaknya untuk sebuah perubahan, termaksud gerakan-gerakan sosial yang ada.Namun, beda halnya untuk periode yang kedua ini (apabila Jokowi menang), harapan-harapan yang menggebu-gebu sudah tidak sama lagi seperti 5 tahun yang lalu.
Gerakan-gerakan sosial termasuk gerakan mahasiswa harus kembali kepada fungsinya dan mulai kembali membangun kekuatan-kekuatan politik dengan menciptakan basis sosial ke setiap  desa.
Mengenal dan melakukan penyadaran bahwa kondisi yang terjadi pada masa-masa pemilu bukanlah suatu pertarungan ideologi keagamaan, tetapi yang terjadi saat ini adalah suatu pertarungan para oligarki pengusaha dan penguasa yang ada di negeri ini.
Pengorganisasian suatu desa harus mulai dilakukan kembali dengan berdialog agar dapat membangun suatu kesadaran dan kemandirian desa dalam bidang perekonomian melalui suatu pertanian.
Mempersiapkan suatu desa agar dapat berkembang bersama-sama untuk mengepung para oligarki pengusaha dan penguasa yang ada di kota.
Penulis : Hizkia Ronaldus Silalahi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H