Wira menatap langit yang gelap dan dingin. Bulan januari sudah hampir berakhir, tapi dia masih merasa seperti baru kemarin dia tiba di Bandung. Dia masih ingat betapa senangnya dia ketika diterima di program Pertukaran Mahasiswa Merdeka-3 di UPI Bandung. Dia berharap bisa belajar banyak hal baru, bertemu orang-orang baru, dan menikmati keindahan kota kembang.
Dan dia tidak salah. Selama empat bulan di Bandung, dia mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Dia belajar banyak hal dari dosen-dosen dan teman-teman sekelasnya. Dia mengunjungi tempat-tempat menarik, seperti Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Dago Pakar, dan lain-lain. Dia juga menemukan teman-teman baru yang sangat baik dan menyenangkan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang dari luar negeri. Mereka saling berbagi cerita, ilmu, dan tawa. Mereka menjadi keluarga kedua bagi Wira.
Tapi semua itu harus berakhir. Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka-3 hanya berlangsung selama satu semester. Setelah itu, mereka harus kembali ke universitas asal mereka masing-masing. Wira merasa sangat sedih dan tidak siap untuk berpisah dengan teman-temannya.Â
Dia merasa seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Dia tidak sendirian. Teman-temannya juga merasakan hal yang sama. Mereka sering berkumpul di kamar kos atau di kafe untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka bercerita tentang kenangan-kenangan indah yang mereka buat di Bandung. Mereka juga berjanji untuk tetap berhubungan dan saling mendukung. Mereka berpelukan dan menangis. Mereka tidak tahu kapan mereka bisa bertemu lagi.
Hari terakhir pun tiba. Wira harus berangkat ke bandara untuk kembali ke Medan. Dia membawa koper dan tasnya yang berisi barang-barang dan kenangan. Dia juga membawa foto-foto dan surat-surat dari teman-temannya. Dia berpamitan dengan teman-temannya yang sudah menunggunya di depan Dormitory atau Asrama. Mereka berpelukan erat dan berucap selamat tinggal. Mereka berjanji untuk tidak melupakan satu sama lain.
Wira naik bus yang telah disiapkan pihak PIC Program Pertukaaran Mahasiswa Merdeka batch-3 UPI Bandung menuju bandara. Dia melihat jendela dan melihat kota Bandung yang perlahan-lahan menjauh. Dia merasakan sesak di dadanya. Dia menahan air matanya. Dia berusaha tersenyum. Dia berterima kasih kepada Tuhan atas semua yang telah diberikan-Nya. Dia berdoa agar teman-temannya selalu bahagia dan sukses. Dia berharap agar suatu hari nanti, dia bisa kembali ke Bandung dan bertemu dengan teman-temannya lagi.
Wira kini telah berada dalam bus. Setelah duduk didalam bus air matanya kini menetes, ia tak sanggup untuk menahan kepedihan ini. Dia menutup matanya dan mengingat semua kenangan yang telah dia buat di Bandung. Dia merasakan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menangis. Dia menangis di bulan januari.
***
Wira membuka matanya. Dia melihat langit yang cerah dan hangat. Bulan januari sudah berakhir, tapi dia masih merasa seperti baru kemarin dia meninggalkan Bandung. Dia masih ingat betapa sedihnya dia ketika harus berpisah dengan teman-temannya. Dia berharap bisa bertemu dengan mereka lagi, dan melanjutkan kisah mereka di Bandung.
Tapi dia tahu itu tidak mungkin. Dia harus melanjutkan hidupnya di Medan. Dia harus menyelesaikan studinya di universitas asalnya Universitas Negeri Medan. Dia harus mencari pekerjaan dan masa depan yang lebih baik. Dia harus move on. Berbagai cara telah dilakukannya untuk bisa melupakan masa-masa selama dia berada di Bandung bersama dengan teman-temannya itu, mulai dari menyibukkan diri dengan mengikuti kegiatan organisasi sampai ikut terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Akan tetapi sulit baginya untuk melupakan momen-momen yang tak biasa ia ulang kembali dan hanya terjadi sekali dalam hidupnya.
***