Dalam bidang psikologi ada istilah Illusory Superiority. Illusory Superiority adalah bias dalam pikiran manusia yang membuat manusia memandang semua yang baik dalam dirinya secara berlebihan dan memandang hal-hal yang jelek dan buruk dalam dirinya hanya sebagai hal yang kecil. Karena bias ini kita jadi terlihat orang yang jauh lebih baik dalam ilusi pikiran kita dibandingkan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Saat perang saudara di inggris tahun 1600an, seorang filsuf asal inggris yang bernama Thomas Hobbes berpikir sedikit lebih maju dari kebanyakan orang saat itu mengenai Illusory Superiority.Â
Dia tidak setuju dengan pendapat bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan bermoral. Justru dia berpikir bahwa jika tidak ada aturan-aturan yang bersifat memaksa, maka manusia akan berpaling untuk saling berbuat jahat satu sama lain dan akan menjadi mimpi buruk dalam kehidupan bermasyarkat.Â
Yang Hobbes ingin sampaikan adalah, tanpa adanya struktur yang memerintah, (yang dikatakan joker sebagai "schemers"), Manusia tidaklah lebih dari binatang. Pembunuh dan pencuri. Dengan dasar pemikiran inilah Hobbes berpikir tentang pentingnya pemerintah dan aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Dalam satu hal, Joker dan Hobbes akan duduk bersama-sama dan sepakat mengenai naluri dasar manusia. Yaitu, dengan dorongan yang cukup terhadap sisi jahat manusia, maka manusia akan menjadi jahat. Tapi, dalam hal lain Joker dan Hobbes berseteru. Hobbes yang berpendapat pentingnya mengenai pemerintah dan aturan, maka joker berpikir pemerintah dan aturan hanyalah hal yang menghalangi manusia untuk menjadi seadanya.
Itulah mengapa Joker menaruh bom di dua kapal feri, membunuh polisi, "memberikan dorongan pada sisi jahat" dalam diri orang yang menjadi simbol keadilan dan kebenaran di kota Gotham (jaksa Harvey Dent). Pada akhirnya Joker walaupun berhasil dikalahkan batman, tapi dia berhasil mengeluarkan sisi gelap dari Harvey Dent yang menjadi simbol keadilan dan kebenaran masyarakat kota Gotham.
Menyebarkan pemikiran nihilisme
"Introduce a little anarchy, upset the established order and everything becomes chaos. I'm an agent of chaos. Oh, and you know the thing about chaos? It's fair"
Untuk memahami Joker, kita sebaiknya memahami dulu pencipta dari Joker dalam film The Dark Knight yaitu Christopher Nolan. Beberapa film yang disutradarai oleh Christopher Nolan mengeksplorasi dan mengandung filosofi dari Friedrich Nietzsche yaitu filosofi nihilisme (Memento, Following, Inception dan tentunya Batman The Dark Knight)
Filosofi nihilisme menentang tentang adanya suatu tatanan yang memang sudah ada sejak dahulu kala sebelum semuanya ada, menentang tentang adanya pribadi yang menciptakan semua hal, menentang tentang adanya aturan, dan berkata bahwa pada dasarnya kehidupan tidak mempunyai tujuan dan arti tertentu.
Dalam satu adegan Joker berkata, "the only sensible way to live in this world is without rules". Joker mempunyai pemikiran bahwa semua hal mengenai moral dan aturan yang berasal dari luar diri sendiri adalah sesuatu yang menghalangi manusia untuk menjadi orisinil. Itulah mengapa Joker ingin masyarakat kota Gotham mencapai sesuatu yang dalam filosofi nihilisme katakan ubermensch.
Ubermensch sendiri artinya kehendak untuk berkuasa. Joker menerapkan pada dirinya sendiri kehendak untuk berkuasa terhadap dirinya sendiri dan seperti yang dikatakan Alfred kepada Bruce Wayne mengenai Joker, "some men aren't looking for anything logical, like money. They can't be bought, bullied, reasoned, or negotiated with. Some men just want to watch the world burn".
Di sinilah letak keindahan dari nihilisme. Manusia sendirilah yang akan memberikan dan menentukan nilai, tujuan dan arti pada kehidupannya masing-masing. Jika seseorang telah mencapai fase ubermensch, maka orang itu tidak akan terpengaruh faktor-faktor dari luar diri.Â