Dumbo (1941) merupakan sebuah film garapan Disney yang menjadi serpihan masa kecil setiap anak-anak di seluruh dunia yang dimana film tersebut cukup menarik untuk ditonton hingga saat ini. Akan tetapi, film ini juga mengandung kontroversi gelap yang sangat tidak cocok untuk anak-anak usia dini.
Disney merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang hiburan dan media yang sangatlah melegenda di seluruh dunia. Disney itu sendiri didirikan oleh Walt Disney pada tanggal 16 Oktober 1923 yang dimana pada kala itu dapat dikatakan bahwa industri hiburan sedang dalam tahap pembangunan yang begitu pesat.
Dalam menggencarkan usaha mereka di bidang hiburan dan media, perusahaan ini secara resmi membuka wahana hiburan yang diberi nama Disneyland pada tahun 1955. Wahana hiburan tersebut berisikan karakter-karakter ikonik Disney itu sendiri yakni seperti Micky Mouse, Donald Duck, Snow White dan lain-lain. Karakter tersebut diambil dari film-film yang dibuat oleh Disney itu sendiri.
Jauh sebelum adanya Disneyland, Disney itu sendiri sudah banyak mengeluarkan film-film kartun yang cukup fenomenal di telinga masyarakat seluruh dunia. Berbicara tentang media terkhususnya industri perfilman, Film Dumbo (1941) masuk ke dalam 5 besar film perdana garapan Disney itu sendiri. Dimulai dari Snow White and The Seven Dwarfs (1937), Pinocchio (1940), Fantasia (1940), Dumbo (1941) dan Bambi (1942).
Apa itu Film “Dumbo (1941)”?
Dumbo (1941) merupakan film animasi klasik garapan Disney yang terinspirasi dari buku cerita anak karya Helen Aberson dan Harold Pearl berjudul “Dumbo: The Flying Elephant”. Film ini sangatlah membekas dalam ingatan anak-anak kecil di kala itu hingga saat ini yang dimana, hal tersebut dikarenakan film ini menceritakan tentang seekor anak gajah yang bernama “Jumbo Jr” yang kemudian diberi nama “Dumbo” oleh rekan-rekan gajah sirkusnya. Dumbo itu sendiri digambarkan sebagai anak gajah yang lucu dan baik hati.
Di dalam film ini, ia seringkali mengalami perundungan dari gajah-gajah sirkus lainnya lantaran ia tidak memiliki keahlian dalam atraksi sirkus meskipun ibu dari Dumbo itu sendiri merupakan seekor gajah sirkus yang cukup handal. Dumbo dapat dikatakan sebagai anak gajah yang memiliki talenta khusus, hal tersebut dikarenakan ia memiliki telinga yang sangat lebar dan telinga tersebut dapat membuatnya terbang di udara. Dilansir dari IMDb, film ini mendapatkan rating yang cukup baik yakni 7/10.
Kontroversi dalam film “Dumbo (1941)”
Meskipun film ini sangat menyita perhatian baik anak-anak pada kala itu, Dumbo (1941) memiliki beberapa hal yang cukup kontroversial. Kontroversi pertama yakni, terdapat adegan yang menunjukan seekor tikus bernama Timothy mengajak Dumbo untuk mengonsumsi minuman beralkohol yang kemudian membuat Dumbo melakukan perjalanan psikedelik dikarenakan ia sedang berada dibawah pengaruh minuman alcohol tersebut. Tentunya hal ini sangat tidak cocok untuk dilihat oleh anak-anak kecil karena hal tersebut bisa saja dibenarkan dan dilakukan oleh mereka yang tentunya hal tersebut dapat mencelakakan diri mereka sendiri.
Kontroversi selanjutnya yakni, penulis berasumsi bahwa sirkus hewan merupakan salah satu bentuk nyata dari eksploitasi hewan karena dalam film tersebut, memperlihatkan hewan-hewan yang dapat dikatakan hidup dalam tekanan sirkus yang membuat mereka kehilangan kebebasan dan kemerdekaan bagi diri mereka sendiri. Hewan-hewan di sirkus juga seringkali diperlakukan kasar oleh pemilik sirkus sehingga, hal tersebut merupakan sesuatu yang cukup bertentangan dengan pola pikir penulis.
Meskipun memiliki beberapa kontroversi, film ini tetap mendapatkan posisi yang cukup baik di dalam hati generasi-generasi muda saat ini. Seperti contohnya 3 narasumber yang telah penulis wawancarai terkait film ini.
Pandangan khalayak tentang Film Dumbo (1941) serta kontroversinya
Penulis mengumpulkan 3 narasumber yang bernama Kia(18 tahun), Urlan(18 tahun) dan Umza(18 tahun). Ketiga narasumber ini seringkali menonton film ini ketika mereka duduk dibangku sekolah dasar atau SD. Dimulai dari Kia, yang dimana ia merupakan Mahasiswa UAJY jurusan Teknik Sipil angkatan 2022. Kia merupakan anak yang cukup menyukai film kartun fiksi dan ia sangat menaruh simpati terhadap film ini. Ia berkata “Meskipun ini film lama atau klasik, menurut saya film ini sangat-sangat membantu saya untuk menjadi seseorang yang pantang mundur kala itu dan hingga saat ini pun saya tetap merasakan efek dari film Dumbo (1941)”.
“Itulah alasan mengapa film ini cukup tertanam dalam memori saya pribadi”. Adapula komentarnya mengenai kontroversi dari film ini, yakni “Seiring berjalannya waktu, saya juga menyadari bahwa konsep film ini cukup gelap. Karena bagi saya pribadi, sirkus hewan itu metode penyiksaan yang cukup menjadi teror buat hewan-hewan itu sendiri. Akan tetapi, pada kala itu Disney berhasil menepis asumsi itu dengan “menghaluskan” setiap adegan yang dapat dikatakan cukup kasar dan yang kemudian dapat diterima oleh anak-anak kecil”.
Narasumber kedua yakni Urlan merupakan Mahasiswa UAJY jurusan Arsitektur angkatan 2022 cukup mengapresiasi film ini, akan tetapi ia memiliki latar belakang yang berbeda dengan narasumber sebelumnya. Ia pernah terlibat dalam kegiatan anti miras ketika ia masih dibangku Sekolah Menengah Atas atau SMA. Urlan berpendapat bahwa “Ini merupakan film klasik Disney yang berhasil membuat saya tidur nyenyak ketika saya berumur 7 tahun.
Film ini seolah-olah mendoktrin saya untuk tetap tersenyum di dalam situasi apapun yang dimana secara tidak langsung saya diajarkan untuk tetap semangat meskipun tekanan terus saya dapatkan”. Ia juga memiliki sebuah pandangan yang cukup kritis mengenai film ini, yakni “Saya kembali menonton film ini di tahun 2018 dan saya menyadari ada beberapa adegan yang seharusnya tidak ditayangkan salah satunya yakni adegan ketika Dumbo mabuk. Kala itu, dengan polosnya saya mengganggap bahwa ini merupakan langkah yang seharusnya dilakukan oleh Dumbo. Akan tetapi dengan segala pemahaman yang saya punya, saya baru sadar bahwa hal tersebut sangatlah buruk. Dan sejak saat itu, minat saya terhadap film ini berkurang sehingga saya lebih memilih film live actionnya yakni Dumbo (2019) karena dalam film tersebut, adegan itu sudah dihilangkan”.
Narasumber ketiga atau terakhir yakni Umza yang merupakan Mahasiswa UAJY jurusan Teknik Sipil angkatan 2022. Umza memiliki latar belakang yang jauh berbeda dengan kedua narasumber sebelumnya yakni sebenarnya ia cenderung ke film dengan genre Horor. Akan tetapi ketika ia masih kecil, ia pernah menonton film ini dan inilah responnya “Saya memang menyukai film kartun pada kala itu, tapi untuk film Dumbo (1941) saya rasa film ini cukup membosankan. Karena saya merasa bahwa alur cerita yang disajikan sangat monoton sehingga saya tidak bisa menikmati film ini. Berbeda dengan film selanjutnya yakni Bambi (1942) yang dimana alur ceritanya dapat saya mengerti kala itu.
Akan tetapi, film ini memiliki pesan yang dimana kita jangan merasa malu dengan apa yang kita miliki justru, kita perlu mengembangkan potensi atau hal yang kita miliki menuju ke sesuatu yang positif”. Umza juga menambahkan terkait beberapa hal kontroversial yang ada dalam film ini, yakni “Saya melihat banyak disini terdapat beberapa adegan penyiksaan hewan yang sejujurnya cukup menyahat hati sehingga bagi saya untuk audiens anak-anak kecil, film ini agak berat dan untungnya Disney mengemas hal tersebut dengan baik sehingga semua terlihat aman”.
Demikianlah, penjelasan tentang Film Dumbo (1941) dan kontroversinya serta pandangan khalayak terhadap film ini. Kita perlu berterima kepada Disney karena mereka telah menemani masa kecil kita dengan hal-hal yang luar biasa meskipun masih banyak kekurangan yang ditonjolkan pada kala itu. Sampai bertemu lagi dilain waktu dan saya ucapkan terimakasih.
Salam filmologi.
Daftar Pustaka
https://whatculture.com/film/10-things-you-probably-didnt-know-about-dumbo-1941
https://decentfilms.com/reviews/dumbo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H