Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang berasal dari kata kai (改) yang berarti perubahan dan zen (善) yang berarti lebih baik. Kaizen bermakna "perbaikan terus menerus". Falsafah Kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus pada upaya perbaikan terus menerus yang berkelanjutan. Strategi Kaizen adalah manejemen harus memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan melalui penyempurnaan mutu, biaya, penjadwalan, pengiriman, dan layanan. Pada dasarnya, prinsip kaizen lumrah ditemukan dalam perusahaan sehingga perubahan perubahan yang terlaksana memberikan dampak baik kedepannya.
Melihat prinsip Kaizen, mahasiswi Universitas Diponegoro bernama Hizkia Nathalia yang diterjunkan dalam KKN TIM 2023/2024 bertempat di Desa Puhgogor, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo merasakan urgensi untuk melakukan edukasi kepada pelaku UMKM, khususnya kelompok UMKM Desa Puhgogor.
Pada prinsip Kaizen terdapat budaya 5S namun dalam bahasa Indonesia kita terjemahkan menjadi 5R. Apa saja sih 5S yang penting untuk pemberdayaan UMKM ini?
1. Seiri atau Ringkas
Dalam UMKM kita harus bisa memilah barang yang masih digunakan dan yang sudah tidak digunakan lagi agar space dan produksi kita lebih efisien.
2. Seiton atau Rapi
Demi kelancaran kegiatan produksi, hendaknya barang yang digunakan disimpan pada tempat yang sudah ditentukan agar tidak berantakan. Selalu pastikan bahwa barang tersebut kembali ke tempatnya semula.
3. Seiso atau Resik
Jagalah kebersihan. Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing dengan ungkapan ini. Dalam Kaizen pun kebersihan menjadi salah satu faktor utama keberjalanan sebuah usaha. Pastikan semua barang yang digunakan dalam sistem produksi bersih dan layak digunakan, sehingga memudahkan pekerjaan kedepannya.
4. Seiketsu atau Rawat
Pastikan bahwa tempat kerja/tempat produksi Anda kembali dalam kondisi semula walaupun setelah digunakan. Jangan lupa untuk memakai pakaian yang bersih dan rapi, jika dibutuhkan gunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan K3.
5. Shitsuke atau Rajin
Membiasakan dan menjaga kedisiplinan untuk menerapkan sistem kerja secara kontinu.Â
Penulis melakukan Edukasi kepada UMKM Desa Puhgogor secara door to door sehingga lebih nyaman. Salah satu UMKM yang penulis kunjungi adalah UMKM Tempe, yang berlokasi di Dukuh Ngesong RT 01/RW 02, UMKM tempe tradisional ini sudah berdiri sejak zaman orde baru, sekitar tahun 1997. Ibu Sri Mulyani atau yang kerap disapa Mbak Mul merupakan seorang penyandang disabilitas yang tidak menyerah begitu saja dengan keadaan yang ada. Penulis memberikan edukasi mengenai prinsip kaizen dengan harapan prinsip tersebut dapat diimplementasikan secara langsung oleh semua pelaku UMKM Desa Puhgogor. Kabar baiknya, beberapa dari pelaku UMKM di Desa Puhgogor secara tidak langsung sudah melakukan prinsip Kaizen dalam usahanya dan sudah merasakan dampak positif dari prinsip Kaizen.
Penulis: Hizkia Nathalia M.H
NIM:13020220140105
DPL: Ir.Denis,S.T.,M.Eng.,IPM., ASEAN.Eng.
NIP: 199104172018071001
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H