Di "Perempuan di Titik Nol", prostitusi jadi simbol perlawanan Firdaus, tapi di "Perempuan dalam Budaya Patriarki", Nawal menunjukkan bahwa pendidikan adalah kunci buat menghancurkan patriarki. Lo bakal sadar kalau pendidikan, dalam bentuk apapun, bisa bikin lo paham tentang hak lo dan cara buat ngelawan ketidakadilan. Firdaus mungkin ngambil jalur yang lebih ekstrem, tapi di sisi lain, Nawal juga ngasih solusi dengan pendidikan buat jebol tembok patriarki yang udah mendarah daging di masyarakat.
5. "Kebebasan Itu Lebih dari Sekadar Fisik, Bro!"
Dari "Perempuan di Titik Nol", lo bakal ngeliat kalau kebebasan itu lebih dari sekadar lo bisa jalan-jalan bebas atau keluar masuk rumah tanpa batasan. Firdaus, di penjara sekalipun, merasa lebih bebas daripada di luar, di mana dia terus dikontrol oleh laki-laki dan masyarakat. Kebebasan, di buku ini, didefinisiin sebagai kebebasan batin dan mental. Lo bisa relate kan, kayak kadang kita ngerasa bebas di luar, tapi tetep dikekang sama ekspektasi dan standar sosial?
"Lo Bukan Cuma Apa yang Dunia Labelin ke Lo!"
Patriarki tuh suka ngelabelin perempuan dengan berbagai macam sebutan yang merendahkan: "perawan", "pelacur", "wanita baik-baik", dsb. Nawal El Saadawi dalam dua bukunya bikin lo sadar banget kalau label-label itu cuma cara buat mengontrol lo. Firdaus, misalnya, dari kecil udah dapet label sebagai korban, sebagai 'wanita murah'. Tapi dia gak peduli lagi sama label itu ketika dia akhirnya bilang, "Gue pilih jalan gue sendiri."
Kita sebagai Gen Z sering banget dicekokin label dari orang lain, mulai dari cara berpakaian, gaya hidup, bahkan apa yang kita share di medsos. Tapi Nawal ngajarin kita buat gak terjebak di label-label itu, dan buat ngambil kendali atas identitas kita sendiri.
6. Cowok Juga Korban, dan Mereka Gak Nyadar."
Yang bikin "Perempuan dalam Budaya Patriarki" beda adalah, Nawal juga nyorot bahwa patriarki tuh gak cuma menghancurkan cewek, tapi juga cowok. Mind-blowing banget waktu lo sadar kalau cowok pun dijebak dalam ekspektasi yang bikin mereka gak bisa jadi diri sendiri. Mereka ditekan buat selalu tampil kuat, gak boleh nangis, harus dominan, dan itu bikin cowok juga suffer. Ini bikin lo sadar bahwa patriarki tuh masalah buat semua orang, bukan cuma cewek. Jadi, kalau kita mau ngancurin patriarki, kita semua harus bareng-bareng melawan. Keseteraan gender bukan ada untuk "mengadu domba" laki laki dan perempuan tapi lebih ke bagaimana "cowo maupun cewe" bekerjasama untuk menjaga kehormatan dan mengembangkan value masing masing sesuai potensinya.
7. "Gender Itu Rekayasa Sosial."
Nawal dalam "Perempuan dalam Budaya Patriarki" mengungkapkan hal yang bikin lo mikir ulang tentang segala hal yang selama ini lo anggap 'normal'. Misalnya, peran gender. Cewek harus lembut, cowok harus kuat? Itu semua bukan karena nature, tapi karena budaya. Peran gender dibentuk dari kecil lewat pendidikan, norma-norma, dan tradisi yang bikin lo merasa lo harus sesuai sama ekspektasi itu. Game changer banget, apalagi buat kita yang dari kecil udah dicekokin peran gender tertentu. Saat lo paham ini, lo bisa mulai questioning peran-peran yang selama ini lo jalanin dan mulai menciptakan jalan lo sendiri. Lo akan mulai mengerti apa yang sebenarnya lo inginkan dalam menjalani hidup.
8. "Cewek Bukan Korban Abadi, Tapi Pejuang yang Berhak Punya Pilihan"