Mohon tunggu...
Hisyam Suratin
Hisyam Suratin Mohon Tunggu... Konsultan - but first, coffee.

Penikmat kopi yang menceritakan kembali isu sosial, seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada: Ada Seni Perang Sun Tzu di Sana

15 Februari 2017   11:24 Diperbarui: 15 Februari 2017   12:01 5984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jumpingland.com.mx

Hari ini pemilihan pimpinan daerah berlangsung serentak. Katanya ini pesta demokrasi, tapi kita semua tahu, di pusat negara, pesta ini ricuh sebelum berlangsung. Pesta kekuatan sih, sepertinya.

Namun, begini, ijinkan saya ikut berkomentar sebagai pribadi. Setelah sebelumnya turut berpartisipasi dalam kontestasi dukung-serang-bela pada panggung media sosial. Tentu dengan akun ribuan followers yang tidak pernah saya monetasi sejak pertama dibangun pada akhir 2012.

Sejauh satu bulan terakhir saya berpartisipasi dalam panggung topeng itu, banyak terkuak jika kegaduhan ini memang aktualisasi kekuatan kuasa personal dan kelompok politik (politik dalam substansi dasar). Lalu, politik praktis yang kini menjadi alat itu sebagai peran praktis menutup wajah aslinya.

Dalam kosmologi jawa kita memahami bahwa beberapa tokoh dengan pemikiran dalam, seperti Jayabaya dan Raden Ngabehi Rangga Warsito (kita kenal sebagai Ronggowarsito) telah jauh memberi analisanya. Ini bukan soal nubuat atau hasil olah spiritual yang merujuk pada tindakan "mendahului Tuhan". Melainkan lebih jauh pada kemampuan olah pikir dalam membuat "risk management" pada sebuah proposal strategi mempertahankan bangsa. Tapi, kita tidak perlu melihat dari sudut pandang pribadi bangsa ini. Mari kita lihat dari sudut pandang lain.

Ada 36 strategi dalam kumpulan seni perang Sun Tzu, namun bagi saya ini adalah taktik, karena terlalu spesifik untuk dikatakan strategi. Dan kita tidak akan berbicara seluruhnya, cukup 3 saja. Ya, 3 taktik saja sudah membuat bulu roma kita bergidik. Siapkan diri anda.

SATU. Perdaya Langit Untuk Melewati Samudra.

Cukup jelas bukan? Sangat sederhana. Ya, memang hanya diperlukan satu konsep sederhana, tapi perlu pemikiran komprehensif untuk melihat kesederhanaan itu.

Saat anda sering mendengar "omah ngarepe biasa, tapi njerone apik tenan", bersyukurlah, anda berhasil melihat kesederhanaan itu. Lalu apa masalahnya? Ya, saat anda akhirnya harus masuk dalam dunia industri, saya yakin anda akan memahami itu. Sedikit mendengar "ya, biar kita tidak perlu membayar upeti yang gede, memperbesar production cost itu". Tentu dengan dialeg yang tidak dapat saya gambarkan dalam tulisan.

DUA. Kepung Wei Untuk Menyelamatkan Zhao.

Dengan sederhana, ini dijelaskan sebagai taktik menyerang hal berharga musuh untuk menjatuhkan psikologinya.

Apa yang paling berharga bagi bangsa yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila pertama ideologinya? Tentu, keyakinan itu sendiri. Ya, memang sebagian orang menyebut blunder, tapi percayalah, mereka cukup lihai memanfaatkan situasi. Dalam kondisi apapun bisa merubahnya menjadi hal menguntungkan. Lalu apa untungnya? Ya, ada beberapa pengamat yang menyebutkan ini menjadi ajang show off kekuatan. Bukankah itu terlalu riskan?

ENAM. Berpura-pura Menyerang Dari Timur, dan Menyeranglah Dari Barat.

Langsug saja kita menuju pada taktik keenam. Lagi-lagi cukup sederhana. Tentu anda mengenal strategi branding. Kita ambil satu saja "Diferensiasi adalah Jurus Utama". Ya, melawan arus bisa menjadi salah satu pilihan.

Kalau sebagian politisi bertujuan memeperkaya diri dengan menempuh karir politik, dia melakukan hal sebaliknya. Lebih lagi kalau ini adalah team.

Dalam permainan sepak bola, ada pemain yang bertugas menyerang dan mencetak goal, ada yang difungsikan sebagai benteng pertahanan, dan ada pemain tengah yang diperankan sebagai pengatur permainan. Tapi, jangan lupa, ada pelatih yang memiliki kuasa menciptakan strategi dalam pertandingan, dan berhak mengganti pemain sesuai kebutuhannya.

Dengan menciptakan "dummy", diharapkan lawan bisa tertipu. Mereka responsif dengan pergerakan target palsu. Lalu mengambil keuntungan untuk melancarkan serangan utama. Jelas ini taktik yang berbahaya.

Dari tiga taktik saja kita sudah pantas begidik. Ini juga menjadi salah satu bukti kenapa banyak tokoh yang berteriak lantang, meski mereka kerap juga sekali tiga uang dengan memasarkan produk kelompoknya. Jelasnya, ini ada suatu hal besar yang mereka (tokoh) khawatirkan.

Bayangkan saja, satu persen kelompok sudah bisa menguasai lebih dari 80% perekonomian negeri ini. Luar biasa ini disusun dan dirancang. Long term strategy memang cukup ampuh untuk menang.

Sesungguhnya persaingan ini milik kelompok maskulin. Ada tiga hal yang menjadi ujung maskulinitas, harta, tahta, dan wanita.

Ketika sudah menggenggam harta, lalu mencari kuasa untuk bertahta, kemudian memiliki wanita. Jadi bersiaplah wanita, bisa jadi nantinya ayu versi kita identik dengan ayu di suatu wilayah geografis di dunia ini.

Namun, hal tersebut tidak terlalu merepotkan bagi saya. Kalau boleh memiliki kriteria fisik, saya suka dengan yang seperti itu. Manja, lucu, bikin gemes.

Oh ya, soal Antasari, ini bisa diintepretasikan sebagai turunan taktik ke 14 "Pinjam Mayat Orang Lain Untuk Menghidupkan Kembali Jiwanya". Mengembalikan sesuatu yang telah dilupakan untuk kepentingan sendiri. Sungguh, sebagai penikmat strategi, ini indah sekali. Permainan perang yang menyenangkan.

Dan saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan taktik ke 36 sekaligus yang terakhir dari Sun Tzu, yang kini telah diabadikan dalam peribahasa Cina "Jika seluruhnya gagal, mundur".

***
Referensi pemikiran :
- Sajak Tiongkok 36 Strategi, ditulis oleh Sun Zi Bingfa pada abad ke-6.
- Miriam Budiardjo. 1977. Dasar-Dasar Ilmu PolitIk.Jakarta : Gramedia Pustaka

Foto : pixabay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun