Mohon tunggu...
Hisyam Suratin
Hisyam Suratin Mohon Tunggu... Konsultan - but first, coffee.

Penikmat kopi yang menceritakan kembali isu sosial, seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada: Ada Seni Perang Sun Tzu di Sana

15 Februari 2017   11:24 Diperbarui: 15 Februari 2017   12:01 5984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ENAM. Berpura-pura Menyerang Dari Timur, dan Menyeranglah Dari Barat.

Langsug saja kita menuju pada taktik keenam. Lagi-lagi cukup sederhana. Tentu anda mengenal strategi branding. Kita ambil satu saja "Diferensiasi adalah Jurus Utama". Ya, melawan arus bisa menjadi salah satu pilihan.

Kalau sebagian politisi bertujuan memeperkaya diri dengan menempuh karir politik, dia melakukan hal sebaliknya. Lebih lagi kalau ini adalah team.

Dalam permainan sepak bola, ada pemain yang bertugas menyerang dan mencetak goal, ada yang difungsikan sebagai benteng pertahanan, dan ada pemain tengah yang diperankan sebagai pengatur permainan. Tapi, jangan lupa, ada pelatih yang memiliki kuasa menciptakan strategi dalam pertandingan, dan berhak mengganti pemain sesuai kebutuhannya.

Dengan menciptakan "dummy", diharapkan lawan bisa tertipu. Mereka responsif dengan pergerakan target palsu. Lalu mengambil keuntungan untuk melancarkan serangan utama. Jelas ini taktik yang berbahaya.

Dari tiga taktik saja kita sudah pantas begidik. Ini juga menjadi salah satu bukti kenapa banyak tokoh yang berteriak lantang, meski mereka kerap juga sekali tiga uang dengan memasarkan produk kelompoknya. Jelasnya, ini ada suatu hal besar yang mereka (tokoh) khawatirkan.

Bayangkan saja, satu persen kelompok sudah bisa menguasai lebih dari 80% perekonomian negeri ini. Luar biasa ini disusun dan dirancang. Long term strategy memang cukup ampuh untuk menang.

Sesungguhnya persaingan ini milik kelompok maskulin. Ada tiga hal yang menjadi ujung maskulinitas, harta, tahta, dan wanita.

Ketika sudah menggenggam harta, lalu mencari kuasa untuk bertahta, kemudian memiliki wanita. Jadi bersiaplah wanita, bisa jadi nantinya ayu versi kita identik dengan ayu di suatu wilayah geografis di dunia ini.

Namun, hal tersebut tidak terlalu merepotkan bagi saya. Kalau boleh memiliki kriteria fisik, saya suka dengan yang seperti itu. Manja, lucu, bikin gemes.

Oh ya, soal Antasari, ini bisa diintepretasikan sebagai turunan taktik ke 14 "Pinjam Mayat Orang Lain Untuk Menghidupkan Kembali Jiwanya". Mengembalikan sesuatu yang telah dilupakan untuk kepentingan sendiri. Sungguh, sebagai penikmat strategi, ini indah sekali. Permainan perang yang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun