Mohon tunggu...
Mohammad Hisyam Muzaki
Mohammad Hisyam Muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Saya mahasiswa aktif UIN Raden Mas Said Surakarta program studi Hukum Keluarga Islam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perceraian: Analisa, Faktor, Dampak, dan Solusi

6 Maret 2024   17:36 Diperbarui: 6 Maret 2024   17:46 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Analisa Artikel "Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri", Jurnal Buana Gender PSGA LPPM IAIN Surakarta, Volume 1, Nomor 1 Januari-Juni 2016.

Artikel ini menyajikan analisis tentang dampak perceraian dan pemberdayaan keluarga, dengan fokus pada kasus di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Dampak perceraian di Indonesia telah meningkat, tetapi fenomena ini tidak dapat digeneralisir karena setiap daerah memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda. Berdasarkan catatan Kemenag di Wonogiri, ada 10.000-11.000 pernikahan setiap tahun, dengan angka perceraian berkisar 8-9 persen. Tingginya angka perceraian dan kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat menjadi perhatian dalam penelitian ini.

Pemberdayaan keluarga di Wonogiri dilakukan melalui Badan Amil Zakat Daerah (Bazda), yang memberikan santunan-jaminan sosial untuk usaha, termasuk modal ekonomi untuk membantu keluarga miskin, termasuk keluarga pasca perceraian. Program pemerintah tidak mencakup pembinaan keluarga sakinah, yang menjadi tujuan dari pernikahan, karena alasan ini tidak didukung oleh anggaran yang cukup.

Artikel ini menyajikan data dan analisis dari berbagai sumber, termasuk hasil penelitian lokal dan nasional, yang menunjukkan bahwa perceraian dan pemberdayaan keluarga adalah masalah yang kompleks dan mengakibatkan berbagai masalah sosial. Upaya-upaya yang dilakukan lembaga yang punya otoritas atau kewenangan dalam mengurusi masalah tersebut, termasuk program pemerintah, perlu dibangun lebih kuat untuk mengatasi tingginya angka perceraian dan mengurangi dampak sosial terhadap masyarakat

Faktor-Faktor Penyebab Perceraian

Faktor-faktor penyebab perceraian dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pasangan atau hubungan mereka, seperti:

A. Ketidakcocokan: Ketidakcocokan adalah ketidaksesuaian antara karakter, sifat, kebiasaan, pandangan, atau tujuan hidup pasangan. Ketidakcocokan dapat menyebabkan pertengkaran, ketidakharmonisan, dan ketidakpuasan dalam pernikahan.

B. Perselingkuhan: Perselingkuhan adalah perilaku yang melanggar kesetiaan dan komitmen dalam pernikahan, seperti berselingkuh, berhubungan intim, atau jatuh cinta dengan orang lain. Perselingkuhan dapat merusak kepercayaan, rasa hormat, dan cinta antara pasangan.

C. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT): KDRT adalah tindakan yang menimbulkan penderitaan fisik, psikis, seksual, atau ekonomi pada pasangan atau anggota keluarga lainnya. KDRT dapat menimbulkan rasa takut, sakit, trauma, dan hilangnya rasa aman dalam pernikahan.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri pasangan atau hubungan mereka, seperti:

A. Masalah Ekonomi: Masalah ekonomi adalah kesulitan yang dihadapi pasangan dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti penghasilan, pengeluaran, hutang, atau pengangguran. Masalah ekonomi dapat menimbulkan tekanan, ketegangan, dan konflik dalam pernikahan.

B. Tradisi: Seperti Tradisi Boro, Tradisi Boro adalah tradisi yang membolehkan suami menikah lagi tanpa izin istri pertama, yang banyak terjadi di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Tradisi boro dapat menyebabkan perempuan mudah ditinggalkan oleh suami, dan merasa tidak dihargai, tidak dicintai, dan tidak bahagia dalam pernikahan.

C. Pengaruh Lingkungan: Pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang berasal dari orang-orang di sekitar pasangan, seperti keluarga, teman, tetangga, atau media sosial. Pengaruh lingkungan dapat berupa dukungan, saran, kritik, desakan, godaan, atau gangguan yang dapat mempengaruhi keputusan, sikap, atau perilaku pasangan dalam pernikahan.

Dampak dan Akibat Perceraian

Dampak dan akibat perceraian dapat dibagi menjadi dua, yaitu dampak pada pasangan yang bercerai dan dampak pada anak-anak. Dampak pada pasangan yang bercerai, antara lain:

- Stres: Stres adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan ketegangan, kecemasan, kesedihan, atau kebingungan akibat perceraian. Stres dapat mengganggu kesehatan, kinerja, dan kualitas hidup pasangan yang bercerai.

- Depresi: Depresi adalah gangguan mood yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, bersalah, atau tidak berharga akibat perceraian. Depresi dapat menyebabkan pasangan yang bercerai kehilangan minat, motivasi, dan harapan dalam hidup.

- Kemiskinan: Kemiskinan adalah kondisi ekonomi yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, atau kesehatan akibat perceraian. Kemiskinan dapat menyebabkan pasangan yang bercerai mengalami kesulitan, keterbatasan, dan ketidakadilan dalam hidup.

Dampak pada anak-anak, antara lain:

- Trauma: Trauma adalah luka batin yang ditimbulkan oleh pengalaman yang menyakitkan, menakutkan, atau mengancam jiwa, seperti perceraian orang tua. Trauma dapat menyebabkan anak-anak mengalami gangguan emosional, perilaku, atau kognitif.

- Kesehatan: Kesehatan adalah kondisi fisik dan mental yang bebas dari penyakit, cacat, atau gangguan akibat perceraian orang tua. Kesehatan dapat terganggu oleh stres, depresi, kurang gizi, atau penyakit menular yang dialami oleh anak-anak.

- Pendidikan: Pendidikan adalah proses belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap anak-anak akibat perceraian orang tua. Pendidikan dapat terhambat oleh rendahnya prestasi, tingginya tingkat putus sekolah, atau kurangnya dukungan dari orang tua atau guru.

- Kriminalitas: Kriminalitas adalah perilaku yang melanggar hukum, norma, atau etika yang dilakukan oleh anak-anak akibat perceraian orang tua. Kriminalitas dapat berupa tindakan kekerasan, pencurian, penyalahgunaan narkoba, atau pergaulan bebas.

Solusi Kelompok Kami Mengatasi Masalah Perceraian dan Dampaknya

Solusi kelompok kami mengatasi masalah perceraian dan dampaknya adalah sebagai berikut:

1. Mencegah Perceraian: Mencegah perceraian adalah upaya untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya perceraian. Cara-cara untuk mencegah perceraian, antara lain:

- Meningkatkan komunikasi: Komunikasi adalah proses pertukaran informasi, gagasan, atau perasaan antara pasangan. Meningkatkan komunikasi dapat membantu pasangan untuk saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain.

- Menyelesaikan konflik: Konflik adalah ketidaksesuaian atau pertentangan antara pasangan. Menyelesaikan konflik dapat membantu pasangan untuk menemukan solusi yang adil, bijak, dan damai.

- Menjaga kesetiaan: Kesetiaan adalah sikap atau perilaku yang menunjukkan komitmen dan loyalitas terhadap pasangan. Menjaga kesetiaan dapat membantu pasangan untuk mempertahankan kepercayaan, rasa hormat, dan cinta.

2. Menangani Perceraian: Menangani perceraian adalah upaya untuk mengatasi atau mengurangi dampak negatif dari perceraian. Cara-cara untuk menangani perceraian, antara lain

- Mencari bantuan profesional: Bantuan profesional adalah bantuan yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian, pengalaman, atau kredibilitas dalam bidang tertentu, seperti psikolog, konselor, pengacara, atau ulama. Mencari bantuan profesional dapat membantu pasangan yang bercerai untuk mendapatkan saran, dukungan, atau solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi mereka.

- Membina hubungan baru: Hubungan baru adalah hubungan yang dibangun oleh pasangan yang bercerai dengan orang lain, seperti teman, keluarga, atau pasangan baru. Membina hubungan baru dapat membantu pasangan yang bercerai untuk merasakan kembali kebahagiaan, kepercayaan, dan harapan dalam hidup.

- Memberdayakan diri sendiri: Pemberdayaan diri sendiri adalah proses meningkatkan kemampuan, kemandirian, dan kesejahteraan diri sendiri. Memberdayakan diri sendiri dapat membantu pasangan yang bercerai untuk mengembangkan potensi, bakat, atau minat mereka, serta mencapai tujuan atau cita-cita mereka.

- Mendukung anak-anak: Dukungan anak-anak adalah bantuan yang diberikan oleh orang tua atau orang lain kepada anak-anak yang mengalami perceraian orang tua. Mendukung anak-anak dapat membantu anak-anak untuk mengatasi dampak negatif dari perceraian, seperti:

    - Memberikan kasih sayang: Kasih sayang adalah perasaan atau tindakan yang menunjukkan cinta, perhatian, atau kepedulian kepada anak-anak. Memberikan kasih sayang dapat membantu anak-anak untuk merasakan kembali rasa aman, nyaman, dan dicintai oleh orang tua.

    - Memberikan penjelasan: Penjelasan adalah informasi atau alasan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak tentang perceraian. Memberikan penjelasan dapat membantu anak-anak untuk memahami bahwa perceraian bukanlah salah mereka, dan bahwa orang tua masih mencintai dan memperhatikan mereka.

    - Memberikan bimbingan: Bimbingan adalah arahan atau nasihat yang diberikan oleh orang tua atau orang lain kepada anak-anak tentang cara hidup, belajar, atau berperilaku. Memberikan bimbingan dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan, sikap, atau nilai yang baik dan positif.

Penulis:

Ananda Maida Septiana

Adithya Wicaksono

Mohammad Hisyam Muzaki

Farhad Najib

Afif Zaidan Arsalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun