Mohon tunggu...
hisyam haikal
hisyam haikal Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya ingin menulis

PNS adalah takdirku, menulis adalah jiwaku

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berangkatlah Nak

27 September 2019   07:45 Diperbarui: 27 September 2019   08:10 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tadi malam kamu -kita berdua- bercerita panjang sekali

Tentang ini negeri

Katamu korupsi sudah begitu ngeri

Para koruptor ingin menguasai negeri

Bikin aturan itu ini

Buat menguntungkan diri sendiri

Sebenarnya Ibu tak seberapa ngerti

Sekolah Ibu kan tak sampai tinggi

Baca buku juga tak setiap hari

Beda denganmu anakku lelaki

Kepintaranmu nyata sekali

Caramu bicara bikin Ibu tak ragu lagi

Tak baik-baik saja memang negeri ini

Tadi pagi

Kamu pamit, memeluk Ibu lama sekali

Kamu cium pipi Ibu kanan dan kiri

Tak mampu Ibu sembunyikan air mata ini

Bukan sedih, bukan sama sekali

Ibu bangga padamu Ngger, anakku lelaki

Kamu baik-baik di sana, jaga diri

Musuhmu bukan polisi atau TNI

Mereka cuma menjalankan titah petinggi

Mereka juga anak lelaki

Dari orangtua yang saling mencintai

Mereka mungkin bapak dari anak lelaki

Sama seperti bapakmu yang tiada kini

Karenanya jangan engkau sakiti

Karena musuhmu bukan polisi apalagi TNI

Musuhmu ada di balik setiap wajah sembunyi

Yang ingin negeri ini hancur sama sekali

Demi memuaskan birahi pribadi

Ngger anakku lelaki

Kalau bapakmu masih ada di sini

Dia pasti bangga sekali

Dulu, saat engkau masih bayi

Dia berseru lantang sekali

Kamu anakku lelaki

Dilahirkan untuk meluruskan negeri

Paling depan kamu berdiri

Meneriakkan kebenaran, bukan popularitas diri

Jauh dari sekedar sensasi

Ngger anakku lelaki

Berangkatlah berdemonstrasi

Bekal sudah ibu siapkan rapi

Dalam ransel dekil yang kamu bilang kawanmu sejati

Air minum dan sebungkus nasi

Pisang goreng tiga empat biji

Usahakan berbagi

Pada kawan-kawanmu kanan dan kiri

Atau bahkan pada pak polisi

Doa ibu terselip dalam sekali

Di dasar hatimu anakku lelaki

Ngger anakku

Nanti malam ibu tunggu kamu kembali

Kita makan malam sambil menyimak berita di televisi

Kamu pasti lelah sekali

Pulang ya Nak, Ibu pasti rindu sekali

(Malam itu, seorang ibu duduk di beranda sebuah rumah. 

Mukena isya masih belum lepas dari tubuh tuanya. 

Tasbih di tangan tak henti berputar laksana tarian sufi. 

Ia menunggu anaknya lelaki. 

Yang entah pulang, entah tak akan pernah dilihatnya lagi)

Stasiun Pasar Minggu, 6:06

27 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun