Mohon tunggu...
samy phantom
samy phantom Mohon Tunggu... Pustakawan - keren , itu menulis

Fiksi // Cinta Sepak Bola, freestyle // Ghostwriter Amateur // Komunitas Menulis Buku Pasuruan // FORKOMPAS // Diary Book // Culinary // coffee writer-blogger // Member NulisYuk // insta @samyphantom

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulislah sebagai spirit : Jangan menunggu sempurna.

31 Oktober 2020   05:20 Diperbarui: 31 Oktober 2020   09:20 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Fb dan WAG

Yakin tulisan kita baik? Pikirkanlah sebelum menilai-tulis.Dalam menulis pilihlah menuangkan nya melibatkan perasaan karena itu akan mengarahkan kita ke hal yang bermanfaat.

Untuk itu baik kamus maupun terjemahan online sangat dianjurkan. Bisa juga memakai persamaankata.com. Terdapat beberapa variasi kata yang mampu membantu tulisan kita menjadi lebih berwarna.

Aku sadar. Selama ini aku selalu menaungi diriku dengan kemalasan, kecurigaan apakah tulisanku ini berbobot atau hanya sekadar sampah. Karenanya tidak terjadi perubahan dalam ideku. Bahkan bisa lenyap hanya perkara kecil.
Meskipun itu tidak berpengaruh pada ide selanjutnya. Namun ide yang sekarang akan hilangnya sebab memikirkan ketakutan naskah yang ditulis tidak menjadi sempurna.

Mengutip motivasi dari rumah menulis mentorship indonesia, menulis sejatinya hanya menuliskan apa yang kita ketahui dan beberapa mencontoh sedikit dari sumber sebagai bagian dari sumber kita, menulis aja dulu. Nanti baru diedit. Baca ulang hingga menemukan kecocokan antar paragraf dan isi.

Menulis tidak harus menunggu sempurna, bahkan itu akan membuat kita semakin terbebani, kemudian tenggelam dalam kebingungan. Usahakan sambil membaca tulisan lain yang lebih berbobot agar mampu menaikkan level tulisan kita. Asah dengan perlahan, tidak perlu tergesa-gesa dalam menyelesaikan.

Alternatif lain, anda bisa menggunakan speechnotes atau google keyboard, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk selanjutnya akan saya posting nanti di edisi selanjutnya tentang perbedaan masing-masing aplikasi tersebut. Yang penting mulailah menulis untuk kebaikan.

Terakhir baca ulang tulisan kita, hingga menemukan hasil yang pas. Kenikmatan menulis hanya bisa dirasakan penulis itu sendiri. Lain halnya dengan membaca yang bisa dirasakan semua orang.

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun