Mohon tunggu...
Hisyam ChamidBararau
Hisyam ChamidBararau Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolektivisme Vs Individualisme, Mana Lebih Baik?

21 Januari 2023   21:00 Diperbarui: 21 Januari 2023   20:58 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya kolektif telah menjadi suatu ajaran bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak aneh jika disebut masyarakat yang suka berkumpul karena hal tersebut sudah menjadi pengikat bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Banyak sebutan bagi kegiatan perkumpulan seperti simpin, kongkow, nongkrong, dan yang lainnya. 

Dengan adanya budaya kolektif, masyarakat Indonesia sering dikenal dengan keramahannya dan rasa kekeluargaan yang tinggi, dimana budaya ini tidak hanya sekedar ajaran budaya saja namun juga sudah menjadi bagian dari usaha untuk melangsungkan kehidupan. Kolektivisme ini merupakan nilai dimana masyarakat tergabung dalam ikatan yang kohesif. Individu wajib untuk menjaga loyalitas terhadap kelompoknya. 

Banyak yang menyimpulkan bahwa kegiatan ini merupakan usaha perhatian individu terhadap masyarakat tempat ia tinggal. Kolektivisme menekankan pentingnya tujuan kelompok diatas tujuan individu, kewajiban kelompok diatas hak individu, dan kebutuhan kelompok atas keinginan individu. 

Lawan dari kolektivisme adalah Individualisme, dimana individualisme ini mengacu pada masyarakat yang memiliki sedikit ikatan antar individu-individu dan setiap orang diharapkan untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Masyarakat dengan budaya indivisualisme percaya bahwa sebuah pekerjaan yang memberikan kualitas bagi waktu pribadi untuk keluarga merupakan hal yang utama. 

Masyarakat dengan kebudayaan Individualisme dapat dikatakan akan lebih menekankan pada nilai-nilai individual, seperti kekuasaan dan pencapaian pribadi. Kelompok dengan budaya Individualisme akan lebih fokus pada anggota dan kebutuhan spesifiknya. 

Para anggota akan bekerja untuk dirinya sendiri, bukan kelompok, dan fokus pada tujuan masing-masing. Persaingan pun sudah menjadi hal yang biasa dalam budaya ini. Walaupun demikian, ambisi ambisis setiap anggota juga bisa membuat anggota tersebut menghalalkan segala cara untuk mendapatkan posisi yang diinginkan. Selain itu rasa kekeluargaan akan jauh berbeda dengan kelompok yang membudayakan kolektivisme. Pada kelompok Kolektivisme Konstribusi anggota kelompok dianggap sangat penting. Dalam mengambil sebuah keputusan pun akan melewati proses diskusi yang panjang. Dalam hal ini, keputusan yang diambil hanya dari pertimbangan satu anggota saja akan sangat tidak dianjurkan.

Maka dari itu, anggota kelompok akan cenderung kurang mandiri dan bergantung pada anggota yang dianggapnya memiliki pengaruh yang besar terhadap kelompok. Masyarakat dengan budaya Individualisme berpandangan serta berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan manusia setara. Manusia bisa saja tidak setara jika dilihat dari sisi atribut duniawi seperti kekayaan, pendidikan, jabatan, dan lainya. Namun secara moral setiap manusia adalah sejajar di hadapan Tuhan.

Kelompok ini membebaskan individunya untuk mengekspresikan dirinya, melakukan pencapaian dengan cara dan penilaiannya masing-masing selama tidak merugikan individu lainnya. Berbeda dengan Kolektivisme yang memandang bahwa individu pada dasarnya tidak memiliki hak atas dirinya sendiri. Tingkah laku, keputusan, dan sebagainya diatur serta ditentukan oleh kelompok. 

Demi kelompoknya pengorbanan individu dipandang sebagai sebuah kewajaran dan bahkan bisa dijadikan sebuah kewajiban. Maka dari itu, jika ada kelompok yang berbudaya kolektivisme yang anggotanya mencoba untuk melakukan terobosan atau menempuh cara yang berbeda, anggota tersebut akan dianggap sebagai pemberontak. 

Sudah menjadi hal yang umum terjadi di Indonesia, pada saat suatu organisasi berkumpul dan ada beberapa anggota yang tidak menghadiri forum tersebut, maka anggota itu akan dianggap tidak menghargai forum. Demikian pula individu tidak diperkenankan melakukan suatu gobrakan tertentu dengan caranya sendiri tanpa persetujuan kelompoknya. 

Perlukah kita untuk mencoba bersikap Individualisme? Beberapa ahli berpendapat bahwa beberapa masyarakat Indonesia perlu bersikap Individualisme untuk mengembangkan dirinya. Ada anggota kelompok yang mungkin memiliki sifat introvert yang terpaksa bergabung dalam budaya kelompok Kolektif. Mereka akan merasa tertekan untuk menghadiri forum karena berfikir jika dia tidak menghadiri akan dianggap beda dan dianggap tidak mementingkan kelompok. 

Kita mengakui masyarakat Barat lebih unggul dalam bidang ekonomi mungkin dikarenakan budaya Individualismenya yang mampu untuk mengembangkan diri mereka. Sedangkan masyarakat Timur, untuk mengembangkan dirinya saja terkadang menjadi bahan pembicaraan dalam kelompok, dan dianggap bahwa dia lebih mementingkan dirinya dari pada kelompoknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun