Mohon tunggu...
Historypedia
Historypedia Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Kompasiana Historypedia

Akun Kompasiana Historypedia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kronologi Lengkap Pertempuran Magelang (1945)

30 Mei 2023   23:15 Diperbarui: 2 Juni 2023   14:22 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat P-47 Thunderbolt yang digunakan Inggris; Bandara Kemayoran, Nov. 1945. (Sumber: IWM)

Dukungan angkatan udara dan kedatangan pasukan gabungan Inggris-Jepang memperkuat posisi Inggris, yang mampu mempertahankan posisi mereka. Laporan Kido Butai (1946) menyebutkan bahwa kompi Kapten Yamada berhasil membebaskan 120 orang Eropa dan 220 orang Jepang yang ditawan pihak Indonesia. Mullaly (1957) menimpali laporan ini, menyebutkan Kompi Yamada diperintahkan membersihkan area di utara Magelang dan berusaha mencapai Kompi A yang terkepung di Hotel Montagne. Akhirnya, setelah merebut sejumlah senjata dan menawan beberapa pejuang, Kompi Yamada berhasil memaksa para pejuang di Hotel Nitaka menyerah (Kido Butai [1946]).

Berakhirnya Pertempuran

Walaupun Gubernur Wongsonegoro dan Brigadir Bethell gagal mencapai Magelang, usaha menghentikan pertempuran tidak berhenti di situ. Leland (1946) menulis bahwa Presiden Sukarno meminta melalui radio agar pertempuran dihentikan, tanpa hasil. Esoknya, pada jam 1 siang, Sukarno sampai di Semarang lalu bertemu dengan Wongsonegoro dan Bethell. Meski Sukarno, Wongsonegoro, dan Bethell ingin langsung pergi ke Magelang, para petinggi TKR ingin mereka pergi ke markas TKR di Yogyakarta untuk berunding. Usul untuk bertemu di Salatiga gagal terlaksana karena pimpinan TKR bersikeras bertemu di Yogyakarta. Sukarno dan Wongsonegoro pun berangkat ke Yogyakarta tanpa Bethell, yang khawatir akan keselamatannya mengingat nasib naas Brigadir Mallaby di Surabaya.

Sukarno dan Wongsonegoro tiba di Yogyakarta sore itu juga. Mereka bertemu dengan Mayor Jenderal Urip Sumoharjo, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sri Pakualam VII, serta pimpinan lokal Magelang di sana (Amin & Kurniawan [2018]). Leland (1946) menyebutkan bahwa para pemimpin Indonesia kemudian memutuskan Pertempuran Magelang harus berhenti pada 2 November 1945; malam harinya, rombongan Sukarno kembali ke Semarang. Kabar keputusan tersebut sampai ke Magelang pada jam 10, 2 November, dan setelahnya Sukarno, Wongsonegoro, Bethell, dan rombongan dari kedua belah pihak akhirnya berangkat ke Magelang.

Iring-iringan Presiden Sukarno, Brigadir Bethell, dan Gubernur Wongsonegoro tiba di markas Batalyon 3/10 di Magelang pada sore hari (Mullaly [1957]). Harnoko (1985) dan Sedjarah Militer (1968) menuliskan kedua belah pihak menyepakati sejumlah 12 pasal kesepakatan antara pihak Inggris dan Indonesia.

Persisnya apa isi pasal-pasal tersebut kurang jelas. Sedjarah Militer (1968) memuat isi Pasal 2: "Sekutu akan tetap menempatkan pasukan² jang setjukupnja di Magelang untuk melakukan kewadjibannja … Besarnja pasukan ini ditetapkan oleh Panglima Sekutu; djumlah ini tidak akan lebih besar dari apa jang Panglima Sekutu pandang perlu untuk mendjalankan pekerdjaanja." Inti pasal ini kurang lebih sesuai dengan yang dikabarkan Leland (1946), yang menyebutkan bahwa pihak Indonesia akan membantu menjaga para bekas interniran hingga dapat dievakuasi ke Semarang. Selebihnya, kedua belah pihak juga sepakat Kompi Yamada akan diperintahkan kembali ke Semarang secepatnya dan suatu komite kontak akan dibentuk untuk mempermudah komunikasi antara kedua belah pihak (Mullaly [1957]; Harnoko [1985]). Disepakatinya pasal-pasal ini menandakan usainya Pertempuran Magelang.

Pertempuran Magelang mengakibatkan korban dengan jumlah yang signifikan. Leland (1946) menyebutkan 30-an hingga 40-an korban di pihak Inggris-India dan Jepang: 8 tewas dan 25 luka-luka dari antara prajurit Gurkha, dan 2 tewas dan beberapa luka-luka dari antara Kompi Yamada. Kerugian pihak Indonesia jauh lebih besar: Tull (1946) menyebut angka 200 korban dan Leland (1946) memperkirakan 300 korban dari pihak Indonesia. Bahkan, Nooteboom (1945) menuliskan total korban di pihak Indonesia mencapai 600 orang. Di antara ratusan korban ini, tidak lupa disebutkan kembali 54 orang yang menjadi korban tragedi Kampung Tulung.

Tank ringan M3 Stuart yang digunakan Inggris di area Semarang-Ambarawa; 1945. (Sumber: IWM)
Tank ringan M3 Stuart yang digunakan Inggris di area Semarang-Ambarawa; 1945. (Sumber: IWM)

Kesepakatan antara Inggris dan Indonesia yang dimediasi oleh Sukarno memuat ketentuan bahwa pihak Inggris diperbolehkan menempatkan pasukan yang dianggap wajar di Magelang sampai tugas Inggris di Magelang terpenuhi. Oleh karenanya, setelah pasukan Kapten Yamada kembali ke Semarang, Mullaly (1957) menuliskan bahwa dua peleton transportasi dan empat tank ringan dikirim ke Magelang.

Dalam waktu tiga minggu seusainya Pertempuran Magelang, Inggris pun merampungkan evakuasi 2.500 bekas tahanan perang dari Magelang ke Ambarawa (McMillan [2005]). Meski Sedjarah Militer (1968) dalam hlm. 41 menyebutkan, "Agaknja karena sudah tak tertahan lagi bagi Sekutu, maka pada … 21 Nopember 1945 malam hari, setjara diam-diam mereka meninggalkan kedudukannja dan mundur kedjurusan Ambarawa," ternyata hal ini malahan sesuai dengan kesepakatan Inggris-Indonesia: sebagaimana dimuat dalam berkas ke-13 dari Leland (1946), paragraf 36 menyebutkan Inggris berjanji akan menarik diri dari Magelang setelah evakuasi para bekas interniran selesai.

Sayangnya, pada saat itu, Palagan Ambarawa telah dimulai dan akan berkobar selama nyaris sebulan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun