Bali telah menorehkan reputasi yang tak terbantahkan sebagai salah satu destinasi budaya yang terkemuka di Indonesia dan bahkan seluruh dunia. Setiap sudut tanah Bali menyajikan budaya dan keindahan alam yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satunya ialah Puri Agung Kerambitan. Puri Agung Kerambitan tidak hanya menawarkan destinasi wisata seni dan budaya namun, juga menawarkan sumber sejarah bagi sejarawan.
Puri Agung Kerambitan yang berlokasi di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali merupakan puri yang menyimpan banyak cerita dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap sudut dari puri ini menawarkan sekilas pandang ke masa lalu yang mengungkapkan bagaimana kehidupan Kerajaan Tabanan yang berlangsung pada saat itu.Â
Sejarah dan Perkembangan Puri
Puri Agung Kerambitan pada awalnya merupakan hadiah yang diberikan oleh Raja Tabanan. Raja Tabanan menganugrahkan sebuah puri namun, dengan satu syarat. Syaratnya yaitu puri tersebut harus dibangun di daerah yang mengeluarkan asap. "Setelah raja Tabanan mencari, beliau akhirnya menemukan asap yang muncul dari tanah dan dikelilingi pohon karra yang pada saat itu sedang musimnya, dari itulah nama kerambitan diambil, karra yang berarti pohon dan enbitan yang berarti musim" kata Anak Agung Made Adnya di Kabupaten Tabanan, Senin (26/2).
Dalam wawancara, Ngurah Made Adnya Praba mengatakan bahwa peninggalan dari kerajaan Tabanan Bali ini didirikan pada tahun 1650 oleh Raja Dalem Wirakerti dan mulai terbuka untuk pariwisata pada tahun 1980 yaitu pada masa pemerintahan mendiang Tabanan Alm. AA. Ngurah Anom Mayun. Beliau juga mengatakan bahwa Puri Agung Kerambitan sejajar dengan Mataram Islam (Demak) yang berdiri pada abad ke-17 dimana terjadi cikal bakal dari tanah jawa (Majapahit) jika ditarik dari garis keturunan kakek neneknya yaitu Ken Arok dan Ken Dedes.
Suasana Puri Agung Kerambitan
Saat memasuki puri, pengunjung akan disambut oleh "Gapura Candi Bentar," yang berbentuk seperti dua telapak tangan yang menyatu, seolah mengucapkan selamat datang. Di area halaman gapura, terdapat patung dwarapalla yang berfungsi menjaga dan menyeleksi setiap orang yang akan masuk ke dalam bangunan tersebut. Selain itu pengunjung akan disambut oleh salah satu keturunan yang menghuni puri tersebut dengan salam khas Bali yaitu Om Swastiastu.
Puri Agung Kerambitan memiliki 7 lokasi utama didalamnya, yaitu saren agung, pamerajan agung, cangkem kodok, ancak saji, jaba tandek, tandakan dan pawongan. Di ancak saji puri sering mengadakan pertunjukkan seni tari dan seni tabuh untuk menjamu para tamu kerajaaan (Tugu Hadi Iswara, 2019).
Selain Ancak Saji, Puri Agung ini juga memiliki tempat yang Bernama Tapak Sirih, sebuah tempat yang dipergunakan sebagai pusat kegiatan spiritual seperti upacara tradisional. "Dengan Istana Tapak Sirih itulah mata airnya bergema menyambut tamu agung di Bali yang membutuhkan budaya dan seni" kata Anak Agung Made Adnya di Kabupaten Tabanan, Senin (26/2).
Fakta Menarik
Terdapat fakta menarik dari sejarah Puri ini yaitu  kunjungan dari Ir. Soekarno, Presiden pertama Indonesia pada sekitar tahun 1950-an. Kunjungan yang dilakukan oleh Soekarno ini didorong oleh ketertarikannya terhadap kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh Puri Agung Kerambitan, selain itu juga didorong oleh hubungan persahabatan yang sudah terjalin lama antara Soekarno dengan Anak Agung Ngurah Anom.
 Perjalinan hubungan Soekarno dengan Puri Agung Kerambitan dimulai pada tahun 1957 sampai dengan 1965, yang di mana menjadi tahun yang penuh gejolak dalam sejarah Indonesia setelah Indonesia berhasil merdeka dari Jepang pada tahun 1945. "Pada saat itu, Guruh, Putra Soekarno ingin belajar kesenian musik tradisional  dan akhirnya dibuatkan kamar yang berada didekat tempat kesenian itu berlangsung" kata Anak Agung Made Adnya di Kabupaten Tabanan, Senin (26/2).
Tidak hanya Guruh Soekarno Putra saja yang telah menjalin hubungan namun, terdapat juga Sukma Fatmawati dan istri ke-6 dari Soekarno yang bukan berlatar belakang dari negeri Indonesia melainkan negara sakura Jepang yaitu, Dewi Ratnasari. Dibangunnya ruangan terkhusus untuk Soekarno di Puri Agung Kerambitan ini sebagai bentuk penghormatan yang diberikan kepada presiden pertama Indonesia dan dikhususkan untuk putra-putri Soekarno apabila sedang melakukan kunjungan di Bali dan datang ke daerah Tabanan. Selain terpajang lukisan Soekarno dan Anak Agung Ngurah Anom Mayun untuk mengenang persahabatan, di dalam ruangan khusus tersebut juga terdapat beberapa barang yang memiliki hubungan dengan Soekarno. Seperti dokumen berupa buku-buku cetakkan Jepang yang isinya kumpulan koleksi lukisan di Istana Negara dan simbol dari Pancasila yang diukir di emas batangan oleh Soekarno sendiri yang disimpan secara rapi beserta dengan beberapa pakaian Soekarno.
Ruangan khusus ini dikeramatkan oleh Puri Agung Kerambitan dengan cara di setiap hari kamis, pihak Puri Agung Kerambitan memberikan sesajen yang berisi sesuatu yang disukai oleh "Bapak Proklamator" tersebut. Biasanya kesukaan Soekarno adalah buah manggis, durian dan rokok 55. "Kalau dulu itu biasanya dikasih satu bungkus rokok 55, namun karena di Indonesia sudah ngga berproduksi lagi jadi sekarang dirubah cuma 1 batang rokok aja" kata Anak Agung Made Adnya di Kabupaten Tabanan, Senin (26/2).
Sesajen ini bukan sekadar makanan, tetapi sebagai simbol penghormatan bagi Ir. Soekarno dan jasanya terhadap negara serta keluarganya yang telah menjalin ikatan persahabatan erat dengan Puri Agung Kerambitan. Sampai saat ini, hubungan tersebut masih terus terjalin dengan baik. Hal itu ditandai dengan kunjungan yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri salah satu putri Soekarno ke Puri Agung Kerambitan ketika tengah melakukan kampanye politik di Daerah Tabanan, Bali.
Hubungan antara Soekarno dengan Puri Agung Kerambitan mencerminkan sebuah falsafah dari Jawa yang berbunyi Tresno Jalaran Soko Kulino, 4 kata dari falsafah tersebut mempunyai arti yang luas nan mendalam bagi hubungan ini, pasalnya hubungan ini ada hingga saat ini karena terbangun oleh kebiasaan bersama antara keluarga Soekarno dengan Puri Agung Kerambitan. Kehadiran Soekarno di Puri Agung Kerambitan ini tidak hanya mempererat hubungan antara kedua pihak, tetapi juga memberikan dorongan bagi pelestarian seni dan budaya di Bali. Kunjungan tersebut menjadi momen yang bersejarah serta dapat menjadi sumber belajar sejarah bagi siswa ataupun mahasiswa.
Adanya objek wisata ini diharapkan tradisi Puri Agung Kerambitan tetap diingat dan lestari serta menjadi simbol penting dari warisan budaya dan sejarah yang terus dijaga oleh keluarga besar yang menghuni puri ini dari generasi ke generasi. Apalagi di tengah era globalisasi yang sangat dinamis, di mana banyak kebudayaan dari seluruh dunia telah mempengaruhi cara hidup masyarakat Indonesia sehingga budaya lokal semakin terkikis. Puri Agung Kerambitan memiliki peran penting dalam perkembangan seni, budaya, dan tradisi di daerah Tabanan. Terutama bagi para pelajar yang ingin merasakan kekayaan budaya bali secara langsung. Kita dapat mengetahui latar belakang pembangunan istana, konflik atau peristiwa penting yang terjadi di sekitarnya, serta peran para penguasa dalam membangun dan mempertahankan kerajaan Kerambitan. Mengamati dan mempelajari peninggalan-peninggalan tersebut, mereka dapat memperoleh gambaran yang lebih nyata tentang kehidupan pada masa Kerajaan Kerambitan dan menghargai warisan budaya yang dimiliki. Keberadaan Puri Kerambitan menjadi tonggak penting untuk mengatur jalannya kebudayaan agar tetap eksis.
Referensi:
Kajian Peninggalan Sejarah, Pendidikan Sejarah 4(B), Universitas Negeri Semarang.
Tugu Hadi Iswara. (2019). ALIH FUNGSI BANGUNAN ANCAK SAJI PURI AGUNG MAS DI KECAMATAN UBUD. Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA). Vol.2.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI