Mohon tunggu...
Rika Bandari
Rika Bandari Mohon Tunggu... -

Humble, sweet and faster learning.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

12 Hours of An Amazing Adventure (Lima Sekawan)

26 April 2017   11:33 Diperbarui: 27 April 2017   01:00 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dari Toa Se Bio kita berlima melanjutkan perjalanan menuju Old batavia melalui pintu kecil untuk mengunjungi  Toko Merah, Gedung Putih naik 'Bajaj Gila' yang ikhlas mengangkut kamia berlima (Theo sebagai navigator karena duduk disamping Pak Kusir yang sedang bekerja, ups....disamping pramudi maksudnya, Joe, aku, kaka dipangku dan uci ) dengan ukuran badan masing2 yang gak kecil loh, duduk di bangku belakang. Thanks to abang Bajaj yang udah menambah keseruan cerita hari ini :).

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sesampainya di Toko Merah, kami sedikit kecewa karena untuk berfoto didepan gedung ini kami harus membayar sejumlah uang.  Alhasil dengan sedikit mencuri2, hanya foto ini yang bisa kami ambil berbekal kamera seadanya dari HP yang seadanya juga :).  Dulunya Toko Merah adalah rumah kediaman Gubernur Jenderal VOC Gustaf Willem Baron van Imhoff yang dibangun pada tahun 1730 diatas tanah seluas 2.471 m2.  Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman. Nama "Toko Merah" berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Tionghoa, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. 

Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga nampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Namun ada juga yang mengatakan bahwa nama "Toko Merah" itu diambil Setelah peristiwa Geger Pecinan yang pada saat itu banyak mayat orang Tionghoa bertebaran di Kali Besar sehingga permukaan air menjadi warna merah. Di samping itu dalam akta tanah No. 957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920 disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik NV Bouwmaatschapij "Toko Merah". Sumber Wikipedia  

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tujuan selanjutnya ke Gedung Putih disudut jalan Kali Besar Barat, Gedung ini dulunya adalah Gedung Ex Chartered Bank of India, gedung tiga lantai ini masih berdiri kokoh. Perletakan batu pertama gedung yang telah berusia 3/4 abad, dilakukan pada 27 Februari 1921 oleh anak perempuan dari Manager Chartered Bank of Batavia: Juice Murray Stewart. Untuk masuk kedalamnya, kita diharuskan membayar idr 100.000 selama 1 jam kepada penjaga gedung.  

Kamipun memanfaatkan sebaik-baiknya waktu yang sudah dibayarkan tersebut.  Setelah menghabiskan waktu 1 jam lebih foto2 di gedung putih (walau awalnya sedikit ragu saat diberi jatah 1 ja, karena  merasa terlalu lama.  Tapi ternyataaaa....jiwa-jiwa  narsis dari diri masing-masing personil sepertinya keluar tanpa bisa dikendalikan, didukung lokasi yang vintage banget, alhasil, 1 jam berjalan terlalu cepat :D ), 

Setelahnya kami  memutuskan untuk bersantai di Historia Cafe sambil minum-minum cantik (karena minumannya intsagramable kalau kata Theo & Joe). Gak berasa udah hampir jam 5 sore, akhirnya kami melanjutkan lagi perjalanan ke Jembatan Kota Intan, duduk2 taman didepan De Rivier Hotel sambil dengerin Uci cerita mengenai Keraton Jayakarta, asal mula nama Jalan Tiang Bendera. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tujuan berikutnya,  kami berencana meneruskan perjalanan ke Pelabuhan Sunda Kelapa (PSK), karena ternyata Joe belum pernah kesana dan gak tahu juga yang namanya Museum Bahari, poor Joe :p.  Awalnya Uci mau langsung aja lewat bawah rel terus ke arah VOC Galangan, tapiii....iseng ah belokin ke arah Jalan Nelayan Timur biar bisa mampir di bekas Gudang Sisi Timur (udah lama juga gak kesana) trus menyusuri perkampungan dibelakangnya baru ke PSK. Ternyata keadaannya sudah jauh berubah, sayang gak ada fotonya karena gelap. 

Perkampungan dibelakang Gudang Sisi Timur  juga sudah banyak sekali berubah, mereka ternyata sedang berproses menjadi kampung percontohan, jadi ya lebih rapi dibanding terakhir kali kesana 5 tahun yang lalu. Terus berjalan, akhirnya sampai lagi di jalan pasar ikan, dari kejauhan Uci kasih tahu yang mana Menara Syahbandar, yang mana Museum Bahari, karena sejak Kampung Nelayan digusur ( yang ternyata Joe juga baru tahu), kedua bangunan itu teutama Museum Bahari tampak jelas. Daaaannn.....sampai juga akhirnya di PSK, masuk dari pintu dua, mampir dulu di Ind*m***t buat beli camilan dan minuman. 

Saat sedang melihat2 deretan kapal2 kayu yang eksotis, kita ditawari untuk naik sampan sambil melihat perkampungan yang tersisa dari penggusuran, trus mau diajak melihat mercusuar. Awalnya kita menolak, karena sudah malam rada2 gimana gitu kalau harus naik sampan kecil ketengah laut, tapi dasar Theo dan rasa penasarannya, akhirnya kami sewa juga sampan itu.  Ikut dengan penuh rasa gamang, tapi lagi2 demi sebuah eksistensi, kami (khususnya aku dan Uci) mencoba untuk kalahkan rasa takut.....hahaha (makan tuh eksistensi :p), bersampanlah kami menuju ke tengah laut, tapi apa mau dikata, ombak yang mulai tinggi saat mulai memasuki laut lepas, membuat sampan harus dipaksa memutar haluan sebelum sampai ke mercusuar -yang entah ada dimana-, kami putuskan pulang sambil deg2an. Itulah moment yang menjadi penutup petualangan hari ini.

Sebelum pulang makan nasi goreng debu diseberang pintu masuk, walaupun plus2 debu .... inilah makanan ternikmat hari ini yang kita pesan satu2 dan dihabiskan, mungkin karena lapar juga sih....xixixi.

Selesailah petualangan seru hari ini bersama orang2 yang seru juga. Thank you guys for made our day full of happines, see you next trip to pulo geulis kali yeee, dan ade musti ikut :). Photo2 menyusul yaaa, masih dikumpulin.

Good night and have a pleasant dream :*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun