Hiskia Riopratama
Mahasiswa Fakultas Bioteknologi
Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Pada saat ini seluruh masyarakat Indonesia sedang Bersama-sama menghadapi kasus Covid-19 yang kian melonjak tinggi, termasuk di Provinsi Kaliman Tengah dimana kasus Covid-19 ini tiap harinya makin bertambah. Namun kita juga tidak boleh mengabaikan penyakit lainnya. Seperti penyakit tular vektor yaitu DBD ( Demam Berdarah Dengue) yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus.Â
Tentu kita sebagai masyarakat Kalimantan Tengah harus waspada akan penyakit ini mengingat pada saat ini Provinsi Kalimantan Tengah sedang memasuki musim penghujan, dimana kondisi tersebut merupakan salah satu kondisi dimana nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus mendukung untuk terjadinya perkembangbiakan sehingga dapat memicu terjadinya peningkatan kasus DBD di Kalimantan Tengah.
Dilansir dari data BPS ( Badan Pusat Statistik) bahwa kasus DBD di Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sampai 2019 terjadi peningkatan, namun ada penurunan kasus di tahun selanjut dan data tersebut masih dalam evaluasi mengingat kasus DBD tertutupi dengan meningkatnya kasus Covid-19. Oleh karena itu kita tetap harus tetap mewas padai penyakit DBD ini mengingat peningkatan kasus DBD sering terjadi ketika musim penghujan dan penyakit ini juga sangat berpotensi terjadinya kematian apabila terlambat untuk ditangani.
Adapun faktor penyebab terjadinya peningkatan kasus DBD ini iyalah kondisi lingkungan dan perilaku manusia yang buruk, contohnya lingkungan kotor dan lembab, banyak genangan air disekitar lingkungan. Tentunya ini akan mendukung tempat terjadinya perkebangbiakan nyamuk dan berpotensi tinggi untuk timbulnya kasus penyakit DBD di Kalimantan Tengah.Oleh karenanya perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap kasus DBD ini yang perludilakukan oleh berbagai pihak seperti pemerintah,instansi Kesehatan, dan masyarakat itu sendiri.
Adapun metode baru yang dapat dilakukan untuk pengendalian DBD saat ini iyalah dengan cara pengendalian secara biologis yaitu dengan melepaskan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia dan menfaatkan intraksi nyamuk Aedes aegypti melalui perkawinan dengan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia. Dimana Wolbachia ini sejenis bakteri yang dapat menghambat perkembangan virus dengue pada nyamuk. selain itu juga nyamuk yang terinfeksi Wolbachia ini dapat meninfeksi nyamuk lainnya melalui perkawinan dan menghasilkan anakan yang juga membawa bakteri Wolbachia. Sehingga jika inovasi ini dilakukan di Kalimantan Tenga tentunya ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus DBD di Kalimantan Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H