Mohon tunggu...
Maulana Hirzin
Maulana Hirzin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan

Seorang warga sipil yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menemukan Solusi dalam Literasi

17 Juli 2024   17:26 Diperbarui: 17 Juli 2024   17:41 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: 

Maulana Hirzin An nabi dan Iyan Sofyan

(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD

Universitas Ahmad Dahlan)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 279.819.777 jiwa per Jumat 5 Juli 2024 berdasarkan penjabaran Worldometer dari data terbaru PBB. Namun, dengan jumlah penduduk Indonesia yang tinggi tidak diikuti dengan tingkat literasi yang tinggi pula. Literasi sering dikaitkan dengan membaca buku. Akan tetapi, literasi lebih dari sekedar membaca buku. Literasi ialah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, dan memahami teks tertulis. Namun, definisi literasi telah berkembang seiring waktu dan mencakup lebih dari sekadar kemampuan dasar membaca dan menulis.

Saat ini, literasi juga mencakup pemahaman teks secara kritis, interpretasi informasi, dan kemampuan berpikir kritis.Data terbaru dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) telah mengungkapkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen, atau satu dari 1.000 orang yang gemar membaca. Data ini menjadi sorotan dan menimbulkan tudingan bahwa Indonesia mengalami masalah "darurat literasi" atau literasi yang rendah.

Kondisi kemampuan literasi siswa Indonesia berdasarkan riset yang dilakukan UNESCO pada 2022 menyatakan bahwa minat membaca di Indonesia masih berada pada peringkat ke-60 dari 70 negara. Posisi ini menyatakan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia semakin rendah. Hal tersebut sudah dibuktikan melalui berbagai survei internasional.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya karena penggunaan smarthphone atau ponsel pintar. menjadikan semuanya bisa didapatkan hanya dari satu genggaman saja. Ponsel pintar ini tentu sangat berguna, mudah, bahkan menghibur. Bukan hanya orang tua, anak-anak kini juga menggunakannya. Ponsel menawarkan banyak tayangan dan fitur, seperti permainan, Youtube, Tiktok dan lain sebagainya, sehingga menggeser minat seseorang terhadap kegiatan membaca buku. Hal ini tentu saja berdampak pada kemampuan literasi.

Tentu jika hal tersebut dibiarkan akan berdampak buruk bagi kehidupan. Dampak Negatif dari kurangnya minat literasi yang dinyatakan dalam buku generasi emas karya Ahmad Rifa’I, yaitu: (1) Banyak generasi muda yang menjadi generasi pemalas, (2) Kurangnya pengetahuan yang dimiliki, sehingga tidak mampu bersaing dengan daerah lain bahkan negara luar, (3) Sulit mendapatkan pekerjaan karena minimnya pengetahuan, (4) Generasi muda yang malas membaca akan sulit dalam bersosial karena wawasan yang kurang, (5) Generasi muda akan sulit mengembangkan potensi dalam diri karena sempitnya pengetahuan, (6) Banyak generasi muda yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan cenderung egois karena sibuk dengan gawainya.

Maka dengan dampak yang telah disebutkan, Kita perlu berupaya untuk menemukan solusi atau titik terang dari permasalahan rendahnya tingkat literasi di dalam negeri. Upaya ini tidak hanya menjadi tugas tenaga pendidik saja, akan tetapi melibatkan berbagai pihak serta elemen masyarakat. Mulai dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Lalu apa saja langkah maupun solusi dalam literasi?

  • Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan literasi.
  • Dalam upaya meningkatkan literasi, menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang adalah langkah penting. Bagaimana tidak, akses terhadap sumber literasi yang memadai memungkinkan peningkatan literasi. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan literasi di Indonesia. Pemerintah dapat membangun perpustakaan di setiap kabupaten dan kota untuk memastikan akses literasi yang merata. Perpustakaan ini harus dilengkapi dengan buku-buku yang berkualitas, baik dalam bentuk cetak maupun digital. Kemudian yang tak kalah pentingnya, Melakukan renovasi dan modernisasi perpustakaan yang sudah ada agar lebih menarik dan nyaman untuk dikunjungi. Khususnya bagi anak muda, mereka cenderung menyukai ruangan dengan desain kekinian apalagi aesthetic.
  • Program Literasi di Sekolah

Program literasi di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi di kalangan siswa. Berikut adalah beberapa program literasi yang dapat diterapkan di sekolah untuk meningkatkan literasi di Indonesia:

  • Jam Membaca Harian.
  • Setiap hari, siswa diberi waktu khusus untuk membaca buku pilihan mereka. Program ini bisa dilakukan selama 15-30 menit setiap pagi atau sebelum pulang sekolah. Tujuannya adalah untuk membiasakan siswa membaca secara rutin.
  • Perpustakaan Sekolah yang Aktif
  • Perpustakaan sekolah harus dilengkapi dengan buku-buku menarik dan relevan untuk berbagai usia dan tingkat pendidikan. Selain itu, perpustakaan bisa mengadakan kegiatan seperti:
  • Buku Mingguan: Memilih buku tertentu untuk dibaca bersama dan didiskusikan.
  • Lomba Membaca: Mengadakan kompetisi membaca untuk memotivasi siswa membaca lebih banyak buku.
  • Membentuk klub buku di mana siswa bisa berkumpul untuk mendiskusikan buku yang mereka baca. Ini membantu siswa untuk berpikir kritis dan berbagi pandangan mereka tentang cerita dan karakter dalam buku.
  • Peningkatan Akses Teknologi
  • Penyediaan Perangkat Teknologi: Menyediakan komputer, tablet, dan akses internet di perpustakaan dan sekolah-sekolah untuk memudahkan akses ke e-book dan sumber daya literasi digital. Dengan mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran di kelas, misalnya:
  • Penggunaan Tablet dan Komputer: Memberikan akses kepada siswa untuk menggunakan tablet atau komputer selama pembelajaran, memungkinkan mereka mengakses sumber daya online dan aplikasi edukasi.
  • Smartboard dan Proyektor: Menggunakan smartboard atau proyektor untuk menampilkan konten digital di kelas, seperti presentasi interaktif, video edukasi, dan simulasi.
  • Offline Content Delivery: Menggunakan aplikasi yang memungkinkan pengguna mengunduh konten saat ada akses internet dan mengaksesnya secara offline, membantu daerah dengan konektivitas internet yang terbatas.

Permasalahan literasi di Indonesia merupakan permasalahan yang perlu kita selesaikan. Maka perlu kiranya diri kita juga turut andil dalam upaya peningkatan literasi dalam negeri. Apapun profesi kita mari bersama sama meningkatkan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun