Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Jelang Pilkada 2018 Berikut Tips Pemilih Muda untuk Memilih Calon Pemimpin Berintegritas

31 Januari 2018   18:16 Diperbarui: 31 Januari 2018   18:18 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karrikasm.wordpress.com

Tidak terasa sebentar lagi gelaran pesta rakyat pilkada serentak 2018 akan segera diselanggarakan pada bulan Juni 2017. Sebanyak 171 daerah akan menggelar pilkada secara serentak, Juni 2018. Pilkada terakhir menjelang pemilihan presiden dan anggota legislatif 2019.

Memilih calon pemimpin berintegritas memang tidak mudah apalagi banyak kasus korupsi yang menjerat kepala daerah. Hingga Oktober 2016, setidaknya 17 gubernur telah divonis bersalah dalam perkara korupsi yang ditindak KPK. Dua gubernur terakhir yang dijerat KPK dengan status tersangka adalah Ridwan Mukti (Bengkulu) dan Nur Alam (Sulawesi Tenggara). 

Ridwan Mukti yang memenangkan Pilkada Bengkulu tahun 2016 sebelumnya menjabat Bupati Musi Rawas selama dua periode. Tersangkut kasus dugaan suap proyek pembangunan jalan, Juni lalu Ridwan mundur sebagai gubernur.Adapun, Nur Alam yang berstatus tersangka kasus dugaan suap penerbitan izin sektor sumber daya alam sebelumnya berkarier sebagai wakil ketua DPRD Sultra.

Ada perkiraan bahwa isu SARA kembali akan memanaskan tensi Pilkada 2018. Pilkada serentak 2018 yang akan digelar Juni mendatang tampaknya masih dibayang-bayangi dengan penggunaan isu suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Di dalam kompetisi yang sangat sengit, di mana pertarungan itu begitu luar biasa untuk memenangkan pilkada, akan selalu ada pihak-pihak atau oknum yang menggunakan cara ilegal tapi dianggap efektif untuk memenangkan pilkada. 

Contohnya Pilkada DKi Jakarta pada 2017 lalu. Dibuinya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akibat kasus penistaan agama demi menjegalnya terpilih kembali sebagai gubernur DKI Jakarta dan munculnya larangan untuk tidak mendoakan pendukungnya, tampaknya menjadi cerminan buasnya isu SARA dalam Pilkada Jakarta itu. Belum lagi politik uang dan isu politik identitas yang sudah menjadi mainstream.

Tidak hanya sampai disitu dalam even ini biasanya banyak beredar hoax di media sosial yang semakin membuat masyarakat bingung melihat mana yang merupakan kebenaran ataupun kebohongan publik. Bahkan juga pernah ada kelompok penyebar hoax yang teroganisisr seperti Grup Saracen  yang satu persatu anggotanya sudah tertangkap di pertengahan tahun 2017. Untuk satu pesanan, kelompok ini menerima bayaran Rp 75 juta hingga Rp 100 juta. Sampai segitunya ulah oknum-oknum tidak bertanggung jawab ini

Sering kita lihat adu pendapat di dunia maya yang dipenuhi dengan kata-kata tidak sopan dan umpatan yang akhirnya berujung bui seperti kasus Jamil Adil. Jamil Adil Warga Kampung Bantaeng, Jalan Kebon Baru, Cilincing, Jakarta Utara ini, ditangkap polisi pada tanggal 29 Desember 2016 lalu. Dia bahkan nekat menulis ujaran kebencian berupa penghinaan dan caci maki pada Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavians serta menyebar postingan tersebut ke grup Polsek Cilincing. Keterlaluan

Maka kita perlu menjadi pemilih yang cerdas dan selektif khususnya Pemilih muda yang mendapatkan kesempatan mermilih untuk pertama kalinya. Maka dari itu perlu adanya strategi jitu untuk memilih calon pemimpin berintegritas. Berikut tips-tips memilih calon kepala daerah berintegritas

1 Mengetahui Visi dan Misi Setiap Kandidat

Janji manis adalah hal yang sering dilontarkan menjelang pemilihan umum. Kandidat bisa menjanjikan berbagai hal, namun pada akhirnya visi-misinya lah yang akan menjadi penyambung lidah bagi aksi yang benar-benar akan dia lakukan. Dari visi-misi itu lah kita bisa melihat komitmen calon pasangan terhadap berbagai isu. Semua informasi tentang komitmen program mereka telah tersedia di hadap mata. Tinggal browsing internet sebentar juga ketemu, kok.

2. Menggali Idealismemu

Anak muda Indonesia terkadang kurang memperhatikan pentingnya idealisme mereka. Kita sebagai anak muda kerap terseret mainstream. Memilih berdasarkan  apa yang menjadi tren di masyarakat. Padahal sangat penting untuk mengetahui apa yang penting buat kita. Setelah mengetahui visi dan misi kandidat, tanyakan pada dirimu sendiri sebelum memutuskan memilih: "Apa yang paling aku harapkan dari kandidat presiden selanjutnya?" ; "Indonesia seperti apa yang ingin aku lihat di masa depan?". 

Kalau kita belum atau enggak mau mengasosiasikan diri dengan idealisme manapun, pertanyaan mendasar tersebut bisa jadi panduanmu untuk menentukan pilihan. Cari kandidat yang kamu rasa paling mungkin mewujudkan harapanmu. Sesuaikan keinginanmu dengan program dan visi mereka. Pilihlah kandidat yang secara rasional paling dekat dengan idealisme yang kamu yakini.

3. Jangan Malas Luangkan Waktu Nonton Debat

Perkembangan media komunikasi memberikan kita kemudahan untuk melihat secara langsung bagaimana calon presiden dan wakil presiden kita memberikan pandangannya tentang sebuah isu.. Luangkan waktu untuk nonton debat ini. Jangan cuma nonton acara yang isinya gossip hot, sinetron-sinetron yang mengaduk aduk perasaan, joget-joget + bagi-bagi uang yang kurang mendidik.

Dalam setiap debat, kandidat Presiden dan Wakil Presiden akan dihadapkan pada isu yang berbeda. Di situ kita dapa dengan jelas mengetahui bagaimana program-program nyata yang akan ia laksanakan kelak jika terpilih. Kalau perlu, catat poin dari setiap debat sedetil mungkin dan elaborasikan lagi di debat selanjutnya. Dengan begini kita bisa melihat mana yang memang benar-benar memegang komitmen mereka dan mana yang hanya tebar pesona janji manis politik.

Kalau ketinggalan siaran langsungnya di televisi, kita bisa memanfaatkan fasilitas streaming siaran tunda di situs-situs internet penyedia layanan streaming video seperti youtube, dailymiotion, dll.  Banyak sekali jalan untuk mengetahui sudut pandang calon pemimpin yang akan mengomandani negeri ini. Tinggal kita saja yang harus pintar-pintar memanfaatkan.

4  Kepo-in Mereka di Media Sosial

Semua kandidat calon kepala daerah  punya akun di jejaring sosial. Mereka juga sama seperti kita, menggunakan akun media sosial untuk menyampaikan ide, curhatan dan gagasannya. Gak ada salahnya jika mulai sekarang kamu follow akun mereka untuk mendapatkan perkembangan informasi tentang masing-masing kubu secara real time. Kalau punya pertanyaan kamu pun bisa langsung mention mereka.

5. Mengetahui Detil Rekam Jejak Kandidat dan Selektif

Janji manis bisa menipu, namun apa yang sudah pernah dilakukan akan jadi bukti nyata bagaimana kinerja masing-masing kandidat. Mereka adalah pribadi yang bisa dinilai secara rasional dari rekam jejak yang mereka miliki.

Dari web masing-masing calon kamu bisa mengetahui riwayat kerja yang pernah mereka lakukan. Prestasi apa yang pernah dicapai, permasalahan apa yang dihadapi dan diselesaikan, plus kegagalan apa yang pernah terjadi selama masa jabatan. Apa yang pernah mereka lakukan saat menduduki jabatan akan jadi peta yang baik untuk menunjukkan bagaimana mereka akan bertindak saat memegang pucuk komando tertinggi di negara ini.

6. Tidak tergoda dengan iming-iming para calon

Jangan tergoda dengan calon yang memberikan iming-iming berupa uang atau sembako, hal ini bisa saja termasuk politik uang. Anda boleh saja menerima jika membutuhkan, tapi pastikan Anda memilih calon yang benar-benar berkualitas saat pemilihan. Bukan hanya karena iming-iming dari calon. 

Banyak masyarakat yang kurang peduli dengan hal ini sehingga salah memilih pemimpin. Mereka terbuai dengan pencitraan yang gencar dilakukan para calon. Pemikiran pendek tentang calon pemimpin yang mengayomi rakyat kecil justru menjadi bumerang bagi diri sendiri. Ingatlah, kesejahteraan sesaat bisa menjerumuskan Anda dalam kesusahan yang panjang. Pastikan Anda memilih calon tanpa tekanan dari pihak manapun.

7. Cari Sumber Berita yang Netral. Biasakan Bersikap Kritis dan Kroscek Informasi

Sekarang ini black campaign bertebaran dimana-mana. Informasi ngawur yang disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab demi menjatuhkan pihak lawan kerap jadi sumber data yang menyesatkan. Ngerinya, gak cuma oknum aja. Media cetak dan elektronik juga kerap ditunggangi oleh kepentingan.

8. Mengetahui teknis pemilihan dengan baik

Ketika kita sudah merasa yakin dengan pilihan Anda, pastikan kita  mengetahui prosedur memilih yang benar. Hadirlah tepat waktu saat pemilihan, gunakan pakaian yang rapi dan sopan, dan ikuti prosedur memilih sesuai arahan petugas. Jangan sampai suaramu di pilkada tidak sah karena hal-hal bodoh yang tidak sesuai prosedur pemilihan.

Hal yang Sepatutnya Tidak Jadi Pertimbanganmu Dalam Memilih Calon Kepala Daerah

Keyakinan kepada Tuhan adalah hal paling personal yang dimiliki oleh seseorang. Akan gak adil jika kita sebagai manusia berusaha menilai seseorang dari hubungan vertikal-nya dengan Sang Maha. Siapa kita sih, bisa menilai keimanan seseorang?

Secara konstitusi, siapapun yang berkewarganegaraan Indonesia- dengan latar belakang agama apapun -- berhak mencalonkan diri menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Satu-satunya syarat tentang agama hanya tercantum pada pasal 6 UUD 1945 poin (a) yaitu "Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa".

Selain berangkat dari sudut pandang Hak Asasi Manusia dan pemahaman bahwa keimanan tidak bisa diukur oleh manusia, mengesampingkan urusan agama juga jadi bukti bahwa kamu mempercayai sistem check and balance dalam demokrasi Indonesia. Tidak peduli agamanya apa, seorang pemimpin tidak akan bisa semena-mena menjalankan pemerintahan sesuai keinginannya sendiri. Dalam sebuah negara demokrasi, keinginan rakyat akan didengar dan disuarakan lewat wakil-wakil kita yang terhormat di DPR. Belajar memilih secara objektif dan meletakkan isu agama disamping bisa jadi awal yang baik bagi sistem demokrasi kita.

2. Punya Istri Atau Enggak / Bagaimana Anak-Anaknya?

Isu soal keluarga juga bukan jadi hal yang relevan untuk jadi bahan pertimbanganmu memilih. Capres dan Cawapres ini adalah manusia biasa yang juga punya kelemahan dalam kehidupan personal. Banyak juga kok pemimpin yang kehidupan personalnya tidak mulus. Punya keluarga dan anak-anak yang tanpa cela itu tentu kebahagiaan bagi setiap individu, namun jika masih ada kekurangan maka bukan berarti dia buruk sebagai calon pemimpin.

3." Suku X Ya? Iiih Kalau Orang Suku X Kan Gini" (kemudian berspekulasi)

Kultur tempat seseorang dibesarkan memang bisa membentuk nilai-nilai dalam dirinya. Namun, kultur tidak serta merta membentuk perilaku. Semuanya kembali pada karakter dan integritas diri orang tersebut. Lagian udah bukan jamannya banget nggak sih memilih seseorang berdasar suku? Kita sepatutnya sudah harus lebih dewasa menghadapi perbedaan.

4. Dia Kaya Atau Enggak Sih?

Katanya, kalau milih calon pemimpin yang udah settle secara finansial maka kemungkinan korupsi bisa diperkecil. Well, mau sekaya apapun orang itu kalau nggak punya integritas ya tetap saja bisa tergoda untuk korupsi. Lebih baik pilih dia yang berintegritas dan mau diaudit secara terbuka, terlepas dari jumlah kekayaan yang sudah dimiliki saat ini.

Nah, itu tadi beberapa cara yang bisa kamu terapkan agar jadi pemilih cerdas di pemilu mendatang. Sudah lebih siap dong menghadapi pesta demokrasi Indonesia?

Pesta demokrasi rakyat yang hanya berlangsung 5 tahun sekali janganlah menjadi ajang pertarungan opini yang memecah belah bangsa. Bagaimana mungkin kita mendapatkan pemimpin yang baik jika kita saja masih sibuk dengan perbedaan pendapat yang menimbulkan perpecahan. Maka jadikan ajang Pilkada ini sebagai pemersatu kita,bukan pemecah. Mari kita ramaikan dan damaikan Pilkada tahun ini agar terpilih pemimpin yang amanah dan mampu membawa kita kepada kesejahteraan. Selamat memilih dengan bijak dan cerdas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun