Mohon tunggu...
Rony Tamat
Rony Tamat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Zhengming: Konsep Politik Konfusius

16 April 2021   10:49 Diperbarui: 16 April 2021   10:57 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hironimus Jesanto Tamat

 

Berbicara tentang politik berarti berbicara tentang pemerintah, rakyat, atau hal-hal yang berkaitan dengan banyak orang atau masyarakat. Karena berkaitan dengan orang banyak, maka seorang pemimpin atau penguasa, dalam pemerintahannya perlu memperhatikan kesejahteraan orang banyak tersebut. Semuanya itu tentu demi tercapainya suatu pemerintahan yang bijaksana dan adil. Demikian halnya dengan Konfusius, dalam ajarannya ia lebih mengedepankan tindakan dari seorang penguasa. Ia menegaskan bahwa seorang penguasa hendaknya bertindak sebagaimana ia adalah penguasa. Karena bagi Konfusius, suatu negara akan berjalan dengan baik jika semua yang mendiami suatu negara bertindak sesuai dengan kewajibannya masing-masing. Atau dalam bahasa Konfusius setiap orang haruslah berlaku dan bertindak sesuai dengan nama yang ia sandang. Ajarannya itu, ia tuangkan dalam sebuah konsep yang disebutnya sebagai Zhèngmíng ( 正名 )  atau yang kerap kali disebut sebagai penegakkan nama-nama.

 Zhèngmíng ( 正名 )

Pengertian Zhèngmíng ( 正名 )

Zhèngmíng ( 正名 ) atau penegakkan nama-nama berarti segala sesuatu dalam kenyataan sebenarnya harus disesuaikan dengan implikasi yang melekat padanya oleh nama-nama. Sederhananya adalah melakukan sesuatu sesuai hak dan kewajiban. Dengan kata lain penegakkan nama ini berarti nama harus sesuai dengan realitas yang dinamai.

Pemakaian yang benar itu, meskipun dikenakan pada semua pemakaian bahasa, pertama-tama dikenakan pada tindakan-tindakan dan hubungan manusia. “ Biarkanlah penguasa adalah seorang penguasa, bawahan seorang bawahan, ayah seorang ayah, putra seorang putra” (Donatus Sermada (penerj.), Filsafat Asia, Ledalero: Maumere, 2010, 548) Kata-kata Konfusius ini mengandung makna bahwa, penguasa harus memerintah secara benar; yaitu tindakannya harus sesuai dengan tujuan tindakan yang mencerminkan makna kata penguasa. Demikian halnya ayah. Ia mestinya menjadi ayah yang benar, yang harus membangun relasi dengan putra atau putrinya dengan cara-cara yang benar. Sebagaimana kata ayah itu dimaknai. Pun halnya seorang putra.

Jadi, nama tidak sekadar memilih kata-kata yang tepat untuk melukiskan sesuatu, tetapi lebih kepada penyesuaian karakter dan tindakan seseorang dengan cita-cita normatif yang terkandung dalam suatu nama. Singkat kata, nama tidak hanya mengandung makna, melainkan juga mengandung suatu kewajiban. Penggunaan nama di sini bukan melulu dalam hal gelar atau status sosial, tetapi juga dalam nama yang diberikan kepada seorang individu sebagai pribadi.

Zhèngmíng ( 正名 ) dalam konsep Konfusius dituangkan dalam lima hubungan dasar dalam kehidupan. Lima hubungan itu yakni:

  • Pemimpin – Rakyat.
  • Ayah – Anak.
  • Suami – Isteri.
  • Kakak – Adik.
  • Teman – Teman.

Lima hubungan dasar manusia yang dibahas oleh Konfusius merupakan suatu referensi tata hubungan sosial masyarakat. Sebab, jika seorang individu baik keluarga akan menjadi baik, keluarga baik maka masyarakat akan menjadi baik pula. Dalam hubungan dasar ini, Konfusius menekankan adanya hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini yakni adanya sikap menghormati dan melindungi atau bersikap adil.

 Seorang yang lebih mudah umur atau status sosialnya harus bersikap hormat dan setia kepada pihak yang lebih tua, baik di lingkungan keluarga, masyarakat atau pada level negara, termasuk hormat dari orang yang masih hidup kepada para leluhur yang sudah meninggal. Demikian pula sebaliknya, pihak senior atau yang lebih tua, baik dalam masyarakat maupun status sosialnya haruslah bersikap adil dan bijaksana serta memberikan perhatian kepada bawahan atau juniornya. Dengan kata lain, dalam hubungan ini kebenaran, perhatian, kebaikan, kemurahan hati, dan kelembutan harus diterapkan oleh yang pertama kepada pihak kedua. Sementara, dari pihak kedua harus mempunyai kesetiaan dan rasa menghormati. Dalam pandangan Konfusius, jika hal semacam ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, masalah sosial akan terpecahkan dan pemerintahan yang benar dan adil akan tercapai, dan berimbas pada kesejahteraan rakyat.

Zhèngmíng ( 正名 ): Sebagai Suatu Konsep Politik

Konfusius dalam pengajarannya tidak secara eksplisit mengajarkan tentang apa dan bagaimana politik itu. Dia juga tidak merekomendasikan suatu bentuk pemerintahan pun. Hal itu berangkat dari kehidupan Konfusius yang tidak berambisi untuk menjadi seorang politikus. Ini disebabkan oleh situasi pemerintahan pada jamannya yang memainkan sistem politik kotor untuk mempertahankan kekuasaan. Dampak dari sistem politik kotor itu adalah turunnya status dari keluarga bangsawan dan keturunan raja menjadi rakyat biasa yang miskin dan melarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun