Mohon tunggu...
DEO HIRONIMUS
DEO HIRONIMUS Mohon Tunggu... Guru - Penulis / Penggerak Literasi

Menulis adalah cara terbaik untuk dikenal dan dikenang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepak Bola dan Politik Adu Skill

18 Januari 2024   20:50 Diperbarui: 18 Januari 2024   21:05 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadilah pemilih yang cerdas

Menjadi pendukung dalam dunia sepakbola harus mampu menahan emosi, junjung tinggi sportivitas, kontrol diri, dan jaga hati. Demikian juga menjadi fanatik dalam mendukung caleg (orang) legislatif sampai eksekutif harus mampu bersikap jujur mendukung tanpa merugikan orang lain. Mendukung dalam media sosial (medsos) harus berhati-hati sehingga tidak terkesan meresahkan setiap hati individu, kelompok, golongan, keluarga dan publik.

Panggung demokrasi adalah panggung masyarakat memilih atas dasar suara hati, bukan politik uang yang memamerkan kekayaan paslon (money politics). Pemilih cerdas, pikiran dan kecerdasan memilih menolak amplop putih alhasil terciptanya orang (caleg) yang berkualitas lima tahun ke depan.

Sebagian masyarakat (pemilih) di negeri ini cerdas. Setiap orang punya hak untuk memilih dan itu sudah diatur  pasal 43 ayat (1 dan 2) undang -undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, "setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil"

Oleh karena itu, pemain yang cerdik (cerdas, dedikasi dan kreatif) tanpa harus frustrasi dengan kontestan yang cukup menguras ini. Jadilah pemenang yang berintegritas, berkualitas dan moral yang baik. Seperti pepatah lama mengatakan bahwa "Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda". Kegagalan juga merupakan bagian dari proses kesuksesan. Demikian pula dengan seorang pemenang akan berutang sesuatu kepada semua orang. Dia tidak akan pernah bisa membayar semua bantuan yang dia dapatkan, untuk membuatnya menjadi idola terkenal.

Sampai saat ini saya sebagai masyarakat pemilih bangga dengan kinerja para pengawas pemilu yang super rapi dan sehat. Bukti kekompakan itu jelas ada, para pengawas kompak bukan main, mereka sudah dibekali dengan materi yang bernas dalam beberapa rapat internal pemilu.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan stakeholder yang berkepentingan dalam pengawasan pemilu merupakan pekerja keras yang sudah berlari jauh sebelum kontestan mendaftar di KPU dalam pertandingan merebut kursi panas. Mereka adalah wasit hebat sudah dilantik yang akan meniup peluit tanda pertandingan berakhir.

Sekian_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun