Oleh : Hironimus Deo
Opini
________
Instruksi gubernur NTT bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) terkesan sangat terburu-buru  dibeberapa sekolah dikota Kupang. Perubahan itu sudah digaungkan dibeberapa media-media berita provinsi Nusa Tenggara Timur.
Spirit gerakan baru pemerintah propinsi NTT merupakan inovasi yang positif dibuat. Hal itu hemat saya sebuah wacana intrinsik pemerintah saja. Kendati demikian butuh kajian bersama memajukan pendidikan di NTT dengan uji coba jadwal sekolah pada pukul 05.00 pagi. Peraturan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini sudah disambut hangat oleh dinas pendidikan dan kebudayaan Nusa Tenggara Timur.
Jam masuk sekolah mengalami Pro dan Kontra
Sampai saat ini daerah (NTT) terkhusus masih banyak jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA yang masih kategori tertinggal, terisolir. Provinsi NTT, perlu diketahui bahwa sejumlah masalah yang membelit-belit masyarakat seperti kemiskinan, infrastruktur jalan, infrastruktur transportasi, bahaya kelaparan, dan pertumbuhan ekonomi yang lamban.
Infrastruktur yang cukup parah, tidak bisa akses keluar masuk transportasi akan berdampak pada faktor keterlambatan peserta didik  mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM). Kemiskinan, biaya pendidikan cukup mahal,  dan faktor ekonomi masyarakat (orang tua peserta didik) sangat terbatas.
Sebagai contoh SMA Negeri 2 Macang Pacar adalah salah satu sekolah yang terletak di kampung Puing, Desa Waka, Kecamatan Pacar kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Peserta didik sekolah di kampung, tak punya biaya untuk sekolah di kota, sekolah di kampung peserta didik datang dari rumah ke sekolah. Ada asrama dekat sekolah peserta didik tak punya biaya.
Beberapa sekolah di kota Kupang sudah menerapkan hal demikian namun bagi peserta didik kami di kampung (pelosok) belum bisa terapkan peraturan pemerintah yang baru.
Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Hambatan dan Tantangan
Memajukan pendidikan tanah air masih banyak alternatif lain yang bisa tembus oleh Kemendikbud Republik Indonesia dan pemerintah daerah. Hal ini harus dilakukan kajian berulang-ulang dikursi empuk DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sebagai contoh konkrit di daerah tempat saya mengabdi, di sini ada 100 orang peserta didik SMA dan 80 orang peserta didik SMP. Â Tantangan masing-masing peserta didik datang sekolah jalan kaki bangun jam 04.00 pagi, itu artinya siswa harus paksa membawa obor bambu atau penerangan lainnya ke sekolah. Belum lagi peserta didik lewati beberapa air sungai yang cukup deras. Jarak peserta didik menempuh ke sekolah sekitar 3 km dengan waktu berkisar 2 jam.
Dari ratusan peserta didik tersebut sangat memperihatinkan jika mereka datang sekolah dengan musim hujan yang cukup lebat dua bulan terakhir. Mereka (peserta didik) berasal dari dua desa yakni Desa Waka, Desa Pongkolong, Kec. Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dari hasil pengamatan saya usia puluhan tahun dua desa ini sangat tertinggal dari segi pembangunan infrastruktur PLN, jaringan Telkomsel, dan Infrastruktur jalan aspal hotmix masuk dan keluar kota super premium Labuan Bajo.
Orang tua peserta didik dua desa ini hemat saya sangat luas biasa membiayai pendidikan anaknya dengan begitu banyak keterbatasan.
Karena tekad yang luar biasa apa pun yang terjadi orang tua mereka harus banting tulang mengongkosi buah hatinya ke jenjang pendidikan lebih atas.
Selain guru kini kemudian dipaksa untuk bangun lebih awal tidak seperti biasanya guna mencerdaskan anak bangsa, orang tua siswa  juga dipaksa untuk mengantarkan (jalan kaki) anaknya ke sekolah.
Apakah orang tua setiap peserta didik setiap harinya selalu mengantar anak mereka kesekolah?
Lalu, apakah dengan metode ini kualitas pendidikan di NTT jauh lebih baik dari sekolah lain di Indonesia?, Saya katakan ini akan berdampak buruk peserta didik akan banyak yang putus sekolah dengan alasan keterlambatan diberikan sanksi oleh sekolah.
Selama infrastruktur belum memadai, program pemerintah itu hanya akan sekadar program yang tanpa menengok masalah dan solusi yang dihadapi peserta didik di kampung-kampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H