Kita pernah berjumpa di ujung hari yang paling sepi, menghabiskan hari dengan bait-bait puisi yang basi. Kau yang lelap di peluk malam dan aku yang tengah berlayar di lautan kelam. Kita diam-diam bernyanyi dalam hati.
Kita dekat tetapi selalu terasa jauh, kita sering cemburu tetapi diam-diam memilih bisu. "Wanita itu dengan hati berbungkus pilu, dan lelaki lugu yang selalu menepi di ujung kalbu.
Begitulah kita yang sering hadir di kisah mereka, merekayasa rasa seolah-olah tak ada duanya. "Apa kau masih disana?" di Pantai, di Jalan, di Kamar atau di hati hati yang lain? Entalah.
Makin hari kau gemar sendiri, menghabiskan waktu tanpa puisi dan bunyi-bunyi lain yang tak berarti. Seperti hujan, kau adalah bening yang bising, ratap yang lelap, dan jatuh yang rapuh.
#Nelangsa🍃
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H