Malam gelap hujan deras dingin menusuk tulang
Senyum ibu membias terpancar kesudut sudut kamar
Dari kaki hingga kepala kami gemetar dengan irama tak tentu
 Dengan Nada lembut dan halus dongeng  pertama dimulai"
        "  KEKASIH GELAPKU"
Waktu terus berlalu sementara kau tak pernah merayu
Menuai inginku dan mencumbui masa lalu tanpa raguÂ
Kau nampak pilu dan malu saat kita bertemu di ruang rindu
Gumamku, begitu caramu bercinta tanpa berpura pura lugu
Dua minggu kemudian kami bercinta lagi ditengah wabah dengan irama yang ramaÂ
Menghabisi waktu dengan saksama agar tidak tertangkap basah
Kini kami jadikan rutinitas untuk segala hasrat dan cinta yang membabibuta
 untuk surat cinta yang ditulis diam diam mohon dibaca, lalu kotak sampah.
Sudah lama kita bercinta hingga anak cucu menelan deritaÂ
Rupanya negeri kita sedang berduka, budak istana kehilangan tahta.
Sementara penguasa sibuk bermain drama, rupiah hilang arahÂ
Mari kita rentangkan tali BH dan angkat celana dalam untuk merdeka.
Dongeng pertama usai sementara kau sudah tertidur pulas
Apa kau malas atau tak repot soal selangkangan?
Atau kita  yang buta rasa, hingga lupa cara berdoa, dan memberi petuah?
Doa malam, semoga kita tak tenggelam dalam zaman yang gersang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H