Part I).
Selamat pagi.....Salam hangat kopi dan manis puisi dari biji Janji yang menempel di alis matamu. IzinkanKu mengusap debu rindu lewat lagu yang syandu......
Lama tak jumpa hingga kita lupa pada rasa. Larut ditelan waktu semoga tak rapuh. Terlalu jauh untuk mendayuh membasu sepotong rindu yang melekat diujung kalbu
Salsa .....
Jemariku menari lembut di atas lembar putih, ingin kutuliskan sebait kisah yang kurasa dari malam malam panjang tanpa terang. Bulan dan bintang bercengkrama dengan ujung ujung lida. Aku musnah dalam kata.....
Rasa terus menggema hingga logika pecah menjadi air mata. Aksara dan pucuk-pucuk cemara jingga bermekaran. Memaksaku pulang pada petang aku berdendang menyanyikan syair terakhir untukmu dikala malam datang.
Tak bisa kutepis bayangmu menghantuiku dari balik jendela kamar, dengan samar-samar dan nadi gemetar Kau bisikan rindu lewat lagu yang lugu dan kaku....
Salsa.....
Kini tak ada lagi wangi kopi untuk kau cicipi sekedar teman memilih diksi dan ruang hati yang mati. Jika nanti kau kemari, lihatlah suratku didalam laci Sebelah kiri.
Isi suratnya tak panjang dan sedikit kusam, aku menulisnya dengan pena pinjaman dari tetangga  sebelah.....bacalah suratnya dalam hati, jangan sampai mereka tau, apalagi ibumu. Mungkin dia sedikit kesal semoga nanti tidak menyesal.
Dan jika saatnya kau pulang, semoga tak kau temukan tumpukan aspal  dan jalan berbatu. Tak perlu kau sesali itu, negri kita lagi kacau. Beginilah keadaanya sayang ...
Jangan kau ceritakan  lagi pada ibumu, kalau pembangunan disini hanya setengah hati. Tidak seperti cinta dan sayangku padamu.
#salsa-bila21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H