Yeay...akhirnya setelah sekian lama bisa ikutan ngetrip bareng Koteka lagi. Koteka sebagai Komunitas Traveler Kompasiana cukup sering lho ngadain trip baik offline maupun online.
Alhamdulillah kali ini saya dan 11 member Koteka lain dapat mengikuti Koteka Trip-23 yang kali ini bekerja sama dengan Wisata Kreatif Jakarta (WKJ) yang digawangi kak Ira Latief dan Country Choice.
Pengumuman acara giveaway trip bareng ini dishare di Instagram @kotekasiana @wisatakreatifjakarta dan @countrychoiceid Akhirnya terpilih 50 peserta yang merupakan gabungan dari member Koteka dan juga peserta giveaway dari ketiga Instagram tersebut.
Adapun trip bareng Koteka, WKJ dan Country Choice ini akan menelusuri jejak sejarah kuliner di 4 lokasi. Ke 4 lokasi tersebut yaitu Toko Roti Lauw, Toko Kopi Bubuk Luwak, Toko Jamu Warisan yang ketiganya ini berdekatan dengan stasiun Gondangdia dan berakhir di Toko Es Krim Tjanang di Cikini.
Jelajah kuliner sejarah di Cikini Gondangdia
Pada hari Sabtu (27/7) pagi, ke 50 peserta berkumpul di titik kumpul di Gedung Joeang, Jalan Menteng, Jakarta dan tepat pukul 9.00 WIB kami mulai bergerak menelusuri 4 destinasi wisata kuliner sesuai yang direncanakan.
Berangkat dari rumah pukul 7.30 saya menaiki commuter line dari stasiun Kranji, transit di stasiun Manggarai dan turun di stasiun Gondangdia lanjut berjalan kaki menuju titik kumpul di Gedung Joeang 45 Menteng.
Senangnya Koteka Trip-23 kali ini, Kak Ira Latief yang bergerak sebagai komando trip kuliner bareng Cikini Gondangdia ini tidak sendirian, melainkan dibantu oleh kak Mutia, kak Maudy dan kak Gindo dari WKJ, juga kak Diah dari tim Country Choice.
Sambil berjalan menuju destinasi pertama, kak Mutia juga menjelaskan beberapa tempat seperti patung Persahabatan yang berada di tengah jalan depan gedung . Kami juga melewati warung sop buntut yang terkenal yaitu Sop Buntut Cut Mutia, yang berada di dalam jalan masuk depan mesjid Cut Mutia.
Kak Mutia juga menjelaskan tidak jauh dari mesjid terdapat Tugu Kuntstring yang bangunannya merupakan bangunan peninggalan jaman Belanda yang kini beralihfungsi menjadi restoran dan galeri. Selain itu tepat di sebelah mesjid juga terdapat warung makan Sunda Bu Ida yang juga terkenal.
Toko Roti Lauw
Mumpung cuaca cerah nih, destinasi kuliner sejarah pertama yang kami kunjungi yaitu Toko Roti Lauw. Lokasi toko roti ini tepat di samping stasiun Gondangdia tidak jauh dari pintu keluar stasiun.Â
Toko roti yang sudah berdiri sejak tahun 1940 oleh Lau Tjoan To ini menjadi roti favorit warga Jakarta dan sekitarnya. Letak tokonya sendiri cukup strategis, beralamat di Jalan Srikaya I no. 10-12, Gondangdia ini menghidangkan aneka varian rasa roti yang cukup terjangkau.
Roti Lauw yang saya kenal sejak kecil ini biasanya saya beli melalui penjaja roti yang menggunakan gerobak sepeda. Sarapan roti di pagi hari jadi makin bervariasi dengan roti Lauw yang legendaris ini. Apalagi kalau ditemani secangkir teh, kopi atau susu.
Varian roti Lauw yang terkenal yaitu roti Gambang, roti berbentuk panjang, berwarna coklat tua dengan taburan biji wijen ini cukup mengenyangkan. Sayang kemarin itu kami kehabisan stok roti Gambangnya. Terkenal dengan harganya yang terjangkau, toko roti Lauw ini juga menerima pesanan roti buaya untuk pernikahan adat Betawi.
Buka dari pagi jam 08.00-17.00 WIB ini juga menyediakan makan di tempat untuk para pengunjung. Mereka juga menyediakan minuman kemasan dan juga air putih gratis. Tempatnya cukup nyaman buat sekedar menikmati sebungkus roti yang rata-rata dihargai Rp8.000 ini sambil menunggu jadwal kereta selanjutnya.
Toko (warung) Jamu Warisan
Puas menikmati sebungkus roti keju dan ditemani sekotak jus Country Choice, saya kembali mengikuti rombongan Koteka Trip-23 ke destinasi kuliner selanjutnya yaitu Warung (toko) Jamu Warisan yang tidak jauh dari toko roti Lauw.
Sebagai  penikmat jamu tradisional, tentu saja saya sangat tertarik dengan itinerary kedua ini yang mengunjungi salah satu toko jamu legendaris di Jakarta. Berlokasi di dalam pasar Gondangdia,warung jamu Warisan ini cukup mudah ditemui karena berada di bagian depan sebelah kiri pasar Gondangdia, tepatnya pas lurus di depan pintu keluar pasar.
Adalah ibu Dawiyah yang akrab disapa ibu Ayu, pemilik pertama dari Toko Jamu Warisan ini. Mulai berjualan jamu racikan sendiri ini sejak tahun 1960, beliau berjualan dengan outfit khas wanita Yogya yaitu berkebaya dan berkain (jarik).
Sekarang ini, warung jamu Warisan dikelola oleh Ibu Rini dan anaknya sebagai penerus kedua dan ketiga ibu Ayu. Jamu yang kini dikemas dalam botol ini dihargai Rp15.000/botol. Ada Jamu Rimpang, Jamu Beras Kencur, Jamu Kunyit Asem dan masih banyak lagi.
Ibu Ayu menjelaskan bahwa proses pembuatan jamu ini dilakukannya sendiri dibantu oleh beberapa kerabat dan dilakukan secara manual. Jamu yang apabila berada dalam kulkas akan dapat bertahan hingga satu minggu. Sedangkan dalam suhu ruang hanya dapat bertahan selama 2 hari, karena semua jamu racikan beliau tidak menggunakan bahan pengawet.
Kami peserta trip pun ikut mencicipi salah satu racikan jamu Bu Rini dan memang rasanya walau ada yang pahit,tapi menyegarkan. Apalagi diminum pas cuaca terik dan diminum dingin. Menyegarkan dan tentunya menyehatkan.
Toko Kopi Bubuk LuwakÂ
Tidak jauh dari Toko Jamu Warisan, belok kiri sedikit kita dapat menemukan Toko Kopi Bubuk Luwak. Toko kopi ini beralamat di Jl. Srikaya I no.25, Kebon Sirih, Gondangdia, Jakarta Pusat. Aroma bubuk kopi menyeruak ketika saya mendekati toko tersebut.
Koh Lun akrab disapa,lelaki keturunan Tionghoa yang dengan becanda mengatakan bahwa namanya adalah Asnawi alias Asli Cina Betawi ini sangat ramah menyambut kami. Beliau menjelaskan keberadaan toko kopi ini yang sudah ada sejak tahun 1930 dan awalnya bernama Toko Kopi Burung Kenari.
Namun sejak terjadinya kebakaran hebat yang terjadi di belakang tokonya ini di tahun 2014, yang juga mengenai toko kopinya, beliau mengganti nama toko kopinya menjadi Toko Kopi Bubuk Luwak seiring dengan maraknya penggemar kopi luwak. Setelah vakum 2 tahun, akhirnya Koh Lun kembali membuka toko kopi ini lagi dengan nama baru.
Di toko kopi ini beliau menyediakan berbagai jenis kopi mulai dari jenis Robusta dan Arabika. Pembeli dapat langsung meminta untuk digilingkan sesuai selera, kasar atau halus. Harga kopi di toko kopi ini berkisar dari Rp70.000-Rp240.000/kg tergantung jenis kopi.
Menariknya lagi, mesin penggiling kopi di Toko Kopi Bubuk Luwak ini juga umurnya mencapai setengah abad,sejak tahun 1970 dan masih tetap bagus digunakan.
Koh Lun mengatakan walau banyaknya bermunculan kafe atau warung kopi kekinian, namun Koh Lun tetap optimis akan rejeki toko kopinya ini.Â
Toko Es Krim TjanangÂ
Tidak terasa hari menjelang siang, grup kami yang dipandu kak Mutia segera beranjak menuju destinasi terakhir yaitu Toko Es Krim Tjanang di Jalan Cikini Raya no.81, Jakarta Pusat. Menuju Toko Es Krim Tjanang kami melewati Kantor Pos Cikini yang buka 24 jam, sederetan kafe-kafe yang salah satunya yang terkenal adalah Bakoel Koffie.
Setelah itu kami juga melewati Taman Ismail Marzuki (TIM) yang kini telah direvitalisasi. Di area TIM tersebut terdapat Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Planetarium yang masih proses revitalisasi dan juga Perpustakaan Jakarta.
Kami juga melewati gedung yang dulunya merupakan lokasi tiket ibu Dibyo. Bagi generasi 80-90an tentu akrab dengan tiket box ibu Dibyo yang khusus menjual tiket pertunjukan termasuk konser artis luar negeri.
Selain itu kami juga melewati rumah peninggalan Hasjim Ning, salah satu konglomerat Indonesia dan rumah mantan Mentri Luar Negeri pertama RI, Ahmad Soebardjo.
Nah tiba di Toko Es Krim Tjanang yang dulunya berupa toko kecil yang khusus menjual es krim racikan sendiri. Toko yang berdiri sejak tahun 1951 ini juga menjadi favorit presiden. Namun seiring berjalannya waktu,lokasi toko es krim ini beralih kepemilikan dan menjadi Hotel Cikini.
Namun di Hotel Cikini ini tetap menjual es krim Tjanang dengan menyediakan mesin pendingin yang berisi es krim Tjanang berbentuk cup kecil. Dengan varian Rum Raisin, Kopyor, Coklat dan yang lainnya ini dijual sebesar Rp15.000/cup. Walaupun toko fisiknya sudah tidak ada, namun es krim Tjanang tetap bisa dibeli melalui toko-toko seperti yang ada di Hotel Cikini ini.
Hari makin terik, perutpun minta diisi. Sekotak jus Country Choice varian Fit Fresh Purify Green yang terdiri dari campuran buah kiwi, mangga, apel hijau juga sayuran brokoli dan rempah sereh setia menemani perjalanan ini. Dengan kemasan Tetra Pack, jus Country Choice sangat tepat dikonsumsi di manapun dan kapanpun karena rasanya yang segar dan menyehatkan.
Dari es krim Tjanang ini untuk yang ingin mengisi perut bisa bersantap siang di rumah makan Ampera 2 Tak yang menyuguhkan hidangan tradisional khas Sunda yang tidak jauh dari stasiun Cikini.Â
Tak terasa Koteka Trip-23 inipun harus berakhir. Senangnya bisa mendapatkan insight dan pengalaman baru tentang kuliner legendaris di kawasan Cikini Gondangdia.
Nah, dari ke empat destinasi wisata kuliner legendaris tadi, mana nih yang kalian sudah kunjungi? Share di kolom komen,ya dan sampai bertemu lagi di Koteka Trip berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H