Sebenarnya ekperimen dengan metode Anotype dan Cyanotype ini termasuk metode yang sudah lama sekali dan berusia ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu di mana manusia pada jaman dahulu menggunakan bahan-bahan alami untuk mewarnai dan membuat lukisan.Â
Mirip dengan ecoprinting yang menggunakan bahan alami seperti daun-daun dan bunga yang dicetak di media kain, namun kalau ecoprinting itu setelah daun-daun atau bunga ditempelkan pada media kain, lalu kain tersebut dilipat dan direbus agar motif daun atau bunga dapat tercetak di kain.
Sedang untuk metode Anotype ini yaitu pertama kali kita siapkan media kertas berpori atau kanvas, lalu kertas atau kanvas tersebut kita oleskan atau sapukan dengan cairan pewarna yang sudah dicampur dengan air atau alkohol, lalu dikeringkan dengan diangin-anginkan. Kali ini saya menggunakan pewarna kuning dari kunyit yang saya sapukan pada permukaan kertas berpori.Â
Saya memilih daun seledri, daun singkong dan ilalang yang saya tempelkan di kertas berpori yang sudah disapukan pewarna. Setelah itu tempelkan kaca atau plastik dan ditekan dengan bantuan penjempit atau frame agar daun-daun tersebut menempel sempurna di media kertas berpori. Kemudian di jemur di bawah sinar matahari selama 2 jam atau lebih.
Untuk metode Cyanotype, tidak jauh berbeda dengan Anotype hanya bedanya dari bahan kimia sebagai pencampurnya. Itulah sebabnya kita membutuhkan sarung tangan dan kacamata sebagai pelindung agar tidak terkena cipratan bahan kimia tersebut yang bisa membuat gatal atau panas.Â
Eksperimen metode Cyanotype ini sebaiknya tidak untuk anak-anak karena adanya bahan kimia yang digunakan. Untuk waktu penjemuran di metode Cyanotype ini hanya singkat saja yaitu sekitar 5-10 menit, berbeda dengan metode Anotype.
Workshop Voxel Art dan Diskusi BukuÂ
Sambil menunggu hasil penjemuran ekperimen Anotype yang tadi kami praktekkan, mbak Kana membuka workshop kedua yaitu workshop Voxel Art yang dibawakan oleh mas Rahmat Koes.Â