Rangkasbitung, salah satu daerah di wilayah Banten yang ternyata juga menarik untuk dieksplor. Rangkasbitung juga menjadi tempat transit ketika kita hendak menuju Merak lewat jalur kereta api.Â
Dari stasiun Tanah Abang kita dapat menuju Rangkasbitung dengan menggunakan kereta commuter line relasi Tanah Abang - Rangkasbitung di peron 5-6 dengan tarif yang relatif terjangkau.Â
Walau beberapa kali saya melewati Rangkasbitung, sayangnya saya belum sempat untuk menjelajah kota tersebut berikut objek wisata yang ada di sana.
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mengeksplor Rangkasbitung bersama komunitas Perempuan Pelestari Budaya Nusantara (PPBN) yang bekerjasama dengan Ladiesiana Kompasiana.Â
Ini kali kedua saya mengikuti acara bersama komunitas satu ini, komunitas perempuan yang unik yang sangat concern akan budaya nusantara dan berusaha untuk ikut melestarikannya salah satunya dengan selalu mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya dan kain di berbagai acara dan kegiatan.
Sabtu pagi jam 08.00 saya berbgegas menuju RS UKI di mana bus yang akan membawa kami menuju Rangkasbitung sudah menanti. Beberapa peserta sudah berada di bus yang sejak pukul 07.00 pagi sudah berangkat dari Bekasi yang menjadi titik temu pertama.Â
Selanjutnya bus bergerak menuju Rangkasbitung, namun sebelumnya berhenti dulu di rest area Tangerang Selatan untuk menjemput rombongan ketiga yang titik temunya di rest area tersebut.Â
Setelah lengkap bus kamipun kembali melanjutkan perjalanan menuju Rangkasbitung. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam ini menjadi tidak terasa karena para peserta sangat antusias selama perjalanan, bahkan sebagian peserta menyanyikan lagu-lagu dan sebagian lagi ikut menari. Di dalam bus pun bukan halangan untuk tetap bergembira dan menikmati perjalanan.
Museum Multatuli, Alun-alun dan Mesjid Agung Al A'Raf
Perhentian pertama pun akhirnya tiba juga di Museum Multatuli yang lokasinya berada di pusat kota, satu lokasi dengan alun-alun Rangkasbitung. Di sebelahnya terdapat Perpustakaan Saidja Adinda, namun sayangnya karena hari Sabtu jadi perpustakaan itu tutup.Â
Kami lalu bergegas turun dari bus dan memasuki Museum Multatuli, tapi sebelumnya kami berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Sedikit cerita tentang Museum Multatuli yang menempati bangunan yang dulunya adalah kantor dan tempat tinggal  Wedana Lebak pada tahun 1923.
Museum Multatuli ini merupakan museum anti kolonial pertama di Indonesia yang bukan saja bercerita tentang Douwes Dekker tapi juga tempat belajar sejarah secara keseluruhan.Â
Di dalam museum ini terdapat 7 buah ruang pamer yang saling berkaitan, yaitu ruang pertama tentang sejarah kolonialisme, ruang ketiga tentang awal kedatangan penjelajah Eropa, ruang ketiga tentang periode tanam paksa, ruang keempat berisi Multatuli dan pengaruhnya pada tokoh pergerakan, ruang kelima tentang gerakan perlawanan rakyat Banten, ruang keenam tentang kronologis peristiwa penting di Lebak, dan ruang ke tujuh yaitu foto para tokoh yang lahir, menetap dan terinspirasi dari Lebak.
Ada banyak benda bersejarah di Museum Multatuli juga patung Multatuli dan Saidja dan Adinda yang perpustakaannya berada tepat di sebelah museum.Â
Bangunan  kolonial yang berdisain modern ini juga memiliki pendopo sebelum kita memasuki pintu masuk utama. Di samping bangunan utama terdapat berbagai patung dan juga ornamen-ornamen buku. Â
Museum yang buka dari Selasa-Minggu mulai jam 08.00-16.00 ini memungut tiket masuk yang cukup terjangkau yaitu Rp1000 untuk pelajar dan Rp2000 untuk umum, sedang Rp15.000 untuk turis mancanegara.
Beranjak dari museum, matahari mulai tinggi dan perut mulai keroncongan, kami menuju alun-alun untuk beristirahat makan siang. Kebetulan sekali di depan alun-alaun terdapat Mesjid Agung Al A'raf, jadi bisa sekalian menunaikan ibadah sholat.Â
Mesjid Agung Al A'raf ini dibangun tahun 1928 di atas tanah wakaf dengan luas sekitar 3.264 meter persegi. Seperti mesjid pada umumnya, Mesjid Agung Rangkasbitung ini juga memiliki menara setinggi 40 meter yang berfungsi untuk menyiarkan azan panggilan sholat.
Goa Maria Bukit Kanada dan Vihara Ananda Avalokitesvara
Setelah beristirahat untuk makan siang, beribadah, bahkan masih sempat bermain game dan bernyanyi, kami melanjutkan lagi perjalanan menuju 2 objek wisata berikut yaitu Goa Maria Bukit Kanada dan Vihara Ananda Avalokitesvara. Menarik ya, setelah berkunjung ke mesjid kini kami beralih ke wisata religi umat Kristiani danumat Budha.Â
Goa Maria Bukit Kanada (GMBK) yang berlokasi di desa Jatimulya, Rangkasbitung sekitar 3 kilometer dari alun-alun. Pada awalnya, GMBK ini dibangun untuk tempat beribadah umat Katolik yang dibangun pada tahun 1988 oleh umat Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung dan dibantu pimpinan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) di Rangkasbitung.
Namun kedepannya menjadisalah satu objek wisata religi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari luar Rangkasbitung dan juga dari berbagai penganut agama lain.Â
Dengan tiket masuk sebesar Rp20.000 dan buka 24 jam setiap hari, GBMK ini terdapat Gua Maria, Kapel Santa Maria Lordes dan juga kawasan agrowisata yang meliputi kebun sayur, kolam ikan, juga tersedia tempat penginapan yang disediakan bagi yang hendak menginap untuk retreat.Â
Keberadaan GMBK ini tidak hanya membawa keberkahan bagi wisatawan yang berkunjung tapi juga penduduk sekitar yang ikut mendapatkan berkah rejeki dari pengunjung yang datang.
Lanjut dari GMBK kami beranjak menuju Vihara Ananda Avalokitesvara yang berlokasi di Jalan Sunan Kalijaga, kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung yang dibangun pada tahun 1957.Â
Pembangunan vihara ini tidak lepas dari peran warga pribumi yang memiliki lahan yang sekarang ditempati vihara yang merupakan kampung kebon kopi, yaitu mbah Zakaria. Sebagai penghormatan atas peran beliau, di dalam vihara ini terdapat satu ruang persembahan atau altar untuk para pengunjung berdoa.
Walaupun mbah Zakaria berbeda keyakinan namun berkat bantuan beliau umat Budha dapat beribadah dengan tenang dengan dibangunnya vihara ini. Masyarakat sekitar juga hidup rukun damai dengan perbedaan keyakinan yang ada, seperti yang terdapat dalam nilai Pancasila bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa.Â
Ya,itu dia perjalanan bersama komunitas PPBN mengkeksplor Rangkasbitung. Selanjutnya kemana kita?Nantikan perjalanan selanjutnya bersama PPBN dan Ladiesiana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI