Mohon tunggu...
HiQudsStory
HiQudsStory Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer, Full time Blogger

Pemilik blog https://mlaqumlaqu.com. Akun instagram @hiquds, twitter @hi_quds

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Click dan Temukan Hidden Gem Cikarang

3 Maret 2023   13:23 Diperbarui: 3 Maret 2023   19:48 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangga menuju Saung Ranggon,dokpri: @hiquds

Memulai tahun 2023 bersama Click Kompasiana, saya berkesempatan mengikuti trip menjelajah Cikarang, salah satu daerah tetangga Bekasi yang terkenal dengan kawasan industri. Siapa kira di Cikarang terdapat hidden gem tempat wisata yang mungkin banyak orang ngga tahu, seperti saya dan juga teman Kompasianer yang bahkan berasal dari Bekasi yang dekat dengan Cikarang. Beberapa kali saya singgah di Cikarang, tahunya sih Cikarang dikenal dengan salah satu proyek perumahannya yang hingga kini bermasalah. Nggak usahlah disebut apa nama perumahannya.

Ketika mbak Muthiah sebagai salah satu pengurus Click Kompasiana mengumumkan akan ada trip ke Cikarang, saya nggak mau melewatkan kesempatan itu. Alhamdulillah saya terpilih menjadi salah satu pesertanya bersama 14 Kompasianer lainnya untuk menjelajah hidden gem Cikarang yaitu Saung Ranggon dan Taman Buaya Indonesia Jaya.

Di hari Sabtu (25/02) yang sedikit mendung, kami berkumpul di stasiun Manggarai di jalur 8 pukul 09.00 WIB untuk naik commuter line menuju stasiun Cikarang. Nggak semua peserta jelajah Click Cikarang berangkat di stasiun Manggarai, sebagian sudah langsung berkumpul di stasiun Cikarang seperti Pak Taufik Uik, mas Topik, Sonta dan mas Kamil karena kebetulan lokasi tempat tinggal mereka lebih dekat untuk ke stasiun Cikarang daripada harus berkumpul di stasiun Manggarai.

bersama Pak Sutiono dan mbak Denik di stasiun Manggarai, dok:@denik
bersama Pak Sutiono dan mbak Denik di stasiun Manggarai, dok:@denik

Perjalanan menuju stasiun Cikarang dari stasiun Manggarai membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit dengan melalui stasiun Matraman, Jatinegara, Klender, Buaran, Klender Baru, Cakung, Kranji, Bekasi, Bekasi Timur, Tambun, Cibitung dan berakhir di stasiun Cikarang. Oiya untuk dapat menggunakan commuter line, kita harus menggunakan kartu elektrik atau emoney yang dikeluarkan oleh beberapa Bank atau juga menggunakan kartu KMT yang dikeluarkan oleh commuter line sebagai pengganti tiket kereta dan mentap kartu di pintu masuk, begitu juga ketika hendak keluar kita harus mentap. Untuk perjalanan dari stasiun Manggarai menuju stasiun Cikarang pergi pulang dikenakan biaya sebesar Rp8.000, cukup terjangkau kan?

sampai di stasiun Cikarang,dok:denik
sampai di stasiun Cikarang,dok:denik

Setiba di stasiun Cikarang, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi Saung Ranggon dan Taman Buaya Indonesia Jaya menggunakan angkot yang khusus kami sewa selama jelajah Cikarang ini. Sambil menunggu angkot yang akan membawa kami menuju lokasi. beberapa Kompasianer termasuk saya menyempatkan untuk membeli jajanan yang ada di depan stasiun Cikarang. Ada tukang jualan opak singkong, onde-onde, somay, bakso dan masih banyak lagi.

Hidden gem Saung Ranggon di Cikarang Barat

Tujuan jelajah Click pertama yaitu Saung Ranggon, yang berlokasi di Desa Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang membutuhkan sekitar 20-25 menit menggunakan angkot menuju lokasi Saung Ranggon. Nggak banyak yang tahu tentang Saung Ranggon, termasuk saya yang ternyata Saung Ranggon ini merupakan salah satu cagar budaya dan menjadi rumah adat tertua di daerah Cikarang. 

Sejarah Saung Ranggon ini konon dibangun sebagai tempat persembunyian anak Pangeran Jayakarta dan pasukannya dari kejaran tentara Belanda. Saung Ranggon yang berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu ulin ini dibangun atas perintah Pangeran Rangga pada abad 16. 

Saung Ranggon,dok: yayat
Saung Ranggon,dok: yayat

tangga menuju Saung Ranggon,dokpri: @hiquds
tangga menuju Saung Ranggon,dokpri: @hiquds

Bangunan Saung Ranggon yang sudah berusia hampir 5 abad ini tetap kokoh berdiri dan terawat. Adalah ibu Sri Mulyati, juru kunci Saung Ranggon yang merupakan keturunan ke 6 dari Pangeran Abbas yang menemukan kembali Saung Ranggon ini setelah sempat tidak terurus dan diperintahkan untuk tetap dirawat. Selain sebagai tempat tinggal, setelah tidak digunakan sebagai tempat persembunyian, Saung Ranggon ini dipakai sebagai tempat petilasan dan juga penyimpanan benda pusaka seperti keris.

Juru Kunci Saung Ranggon Ibu Sri Mulyati,dok:yayat
Juru Kunci Saung Ranggon Ibu Sri Mulyati,dok:yayat

Saung Ranggon yang hanya berupa satu ruangan terbuka ini mempunyai luas 7,6 x 7,2 meter dan menempati lahan seluas 500 meter, namun kini dibuatkan sebuah kamar yang disekat dengan kayu sebagai tempat penyimpanan benda pusaka dan juga terdapat foto Presiden Pertama RI Bung Karno, lukisan para Wali dan juga lukisan Nyai Roro Kidul. Menurut ibu Sri, banyak peziarah yang datang mengunjungi Saung Ranggon untuk menyampaikan hajatnya, sebagai juru kunci beliau selalu mendampingi peziarah yang hendak berdoa. Oleh sebab itu beliau juga menyediakan sajadah untuk yang hendak beribadah di dalam kamar.

kamar tempat penyimpanan benda pusaka di Saung Ranggon,dok:yayat
kamar tempat penyimpanan benda pusaka di Saung Ranggon,dok:yayat

Selain rumah adat Saung Ranggon ini juga terdapat mushola yang berada di samping Saung Ranggon, rumah makan di samping sebelahnya dan ada bangunan rumah tinggal tepat di depan Saung Ranggon yang merupakan kediaman ibu Sri sebagai juru kunci. Selain itu juga terdapat makam keturunan para Wali dan juga sumur yang usianya kurang lebih sama dengan Saung Ranggon tersebut.

Menyaksikan buaya berantem di Taman Buaya Indonesia Jaya

Hari sudah mulai semakin siang, sedangkan perut mulai keroncongan. Sambil meneruskan perjalanan menuju Taman Buaya Indonesia Jaya yang lokasi di Cibarusah, kami mampir untuk makan siang. Alhamdulillah ketemu warung nasi Padang yang cocok di selera semua. Lanjut perjalanan menuju Taman Buaya yang berlokasi di desa Sukaragam, tepatnya di Jalan Raya Cikarang Cibarusah, kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kalau dari stasiun Cikarang memakan waktu tempuh sekitar 1 jam menggunakan mobil.

patung buaya tepat di depan pintu masuk Taman Buaya Indonesia Jaya,dokpri:@hiquds
patung buaya tepat di depan pintu masuk Taman Buaya Indonesia Jaya,dokpri:@hiquds

Jujur saya juga baru tahu bahwa Taman Buaya ini merupakan salah satu tempat pemeliharaan dan penangkaran buaya terbesar yang ada di Indonesia. Dulu lokasinya di Pluit, Jakarta Utara seperti yang dituturkan Bapak Warsidi, salah satu petugas yang bertugas di Taman Buaya Indonesai Jaya. Namun karena lokasi yang di Pluit akan dijadikan tempat pemukiman, akhirnya oleh sang pemilik dipindah ke desa Sukaragam, Cibarusah, Cikarang ini mulai tahun 1991. Lokasinya yang berada di pinggir jalan, cukup memudahkan pengunjung untuk menemukan Taman Buaya ini dengan tempat parkir yang cukup luas.

karcis masuk taman Buaya,dokpri:@hiquds
karcis masuk taman Buaya,dokpri:@hiquds

Sesampai di lokasi kami disambut patung buaya berukuran 4 meter tepat di depan pintu masuk. Mbak Muthiahpun bergegas menuju loket untuk membeli karcis masuk seharga Rp20.000/orang. Oiya operasional Taman Buaya ini buka setiap hari mulai jam 09.00-16.00 WIB, wah untungnya kami nggak terlalu sore ketika sampai di Taman Buaya ini. Tempat pemeliharaan sekaligu penangkaran ini mempunyai luas 1,2 hektar dengan jumlah buaya yang ada sekitar 320 ekor, yang awalnya sebelum pandemi mencapai 500 ekor namun banyak yang mati, baik karena berantem dengan sesama atau karena sakit.

buaya putih taman Buaya,dokpri:@hiquds
buaya putih taman Buaya,dokpri:@hiquds
buaya putih taman Buaya,dokpri:@hiquds
buaya putih taman Buaya,dokpri:@hiquds

Jenis buaya yang ada di Taman Buaya ini yaitu dari jenis buaya Sumatra, Kalimantan, Papua dan juga terdapat buaya buntung dan buaya putih (albino). Buaya-buaya ini menempati 4-5 kolam yang tiap kolamnya dapat menampung sekitar 100 buaya. Ketika kami sampai, kebetulan sekali buaya-buaya ini baru saja diberi makan. Menurut Pak Warsidi, sekali makan buaya ini membutuhkan 8-9 ekor ayam per buaya. Bisa dibayangkan berapa dana yang dibutuhkan untuk membeli pakan buaya-buaya ini yang sayangnya karena akibat pandemi buaya-buaya ini diberi makan seminggu 2 kali. Sementara dana yang dibutuhkan hanya mengandalkan pemasukan dari tiket yang dibeli pengunjung dan terkadang juga dari donatur.

Bapak Warsidi petugas di Taman Buaya,dokpri:@hiquds
Bapak Warsidi petugas di Taman Buaya,dokpri:@hiquds
Bapak Warsidi petugas di Taman Buaya,dokpri:@hiquds
Bapak Warsidi petugas di Taman Buaya,dokpri:@hiquds

Pantes saja, ketika kami mulai masuk ke dalam Taman Buaya ini, bau anyir, amis tercium yang ternyata bekas memotong sapi untuk pakan buaya. Selain itu juga banyak bangunan yang harusnya sebagai tempat atraksi terlihat tidak terawat dan juga banyak lumut yang bikin licin. Selain kolam tempat buaya, di Taman Buaya ini juga tersedia taman bermain dengan fasilitas ayunan yang juga terlihat kurang perawatan. 

Mungkin kedepannya diperlukan kerja sama dengan pemerintah setempat khususnya Dinas Pariwisata agar Taman Buaya ini mendapat perawatan yang layak terutama untuk para buaya-buayanya dan juga petugas yang minim sekali hingga kerepotan karena harus mengurusi buaya yang ratusan jumlahnya.

arena bermain anak,dokpri:@hiquds
arena bermain anak,dokpri:@hiquds

gedung arena atraksi yang kurang terawat,dokpri:@hiquds
gedung arena atraksi yang kurang terawat,dokpri:@hiquds

Sungguh kunjungan yang mengesankan bersama jelajah Click, sayangnya waktu semakin sore Taman Buaya harus segera menutup tempatnya dan kami harus kembali menuju stasiun Cikarang untuk kembali ke rumah masing-masing. Terima kasih Click untuk jelajah Cikarang hari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun