Selain bakpao, kami juga disuguhi bakmie ayam yang juga dibuat sendiri baik adonan bakmienya dan juga topping ayamnya. Kalau menurut tradisi, dalam perayaan Imlek itu makan bakmie itu menjadi penanda bahwa rejeki kita akan terus mengalir tanpa putus seperti bakmie yang panjang. Sama juga dengan tradisi memakan pangsit di hari perayaan Imlek yang semakin banyak kita makan pangsit dipercaya akan mendatangkan keberkahan, kekayaan dan kemakmuran. Pangsit kuahnya Cik Elis kalau kata saya sih juara ya, kulit pangsitnya lembut, isian daging ayamnya empuk, gurih, dan kuahnya juga bening berasa kaldu ayam asli. Untuk kuah kaldunya ini, Cik Elis membuat sendiri dari daging ayam beserta tulangnya yang direbus dengan waktu yang lama dan dengan api kecil agar masak sempurna dan kaldunya keluar semua, tanpa tambahan MSG apalagi pengawet.
Oiya, untuk menu rekomended di kedai Kopi tiam '89 ini yaitu Nasi Goreng Kunyit yang tadi saya sebutkan di awal. Nah saya memilih Nasi goreng ini untuk menu makan siang. Kalau dari penampakannya memang seperti nasi kuning, yang membedakan yaitu rasanya karena menggunakan rempah-rempah dan nasinya lebih kering dibanding nasi kuning biasa. Ditemani telur dadar, irisan ketimun dan sambal goreng, rasanya pas menyantap Nasi Goreng Kunyit sebagai menu makan siang, apalagi ditambah suguhan es markisa yang segar.
Untuk minuman, di kedai Kopi Tiam '89 ini juga menyediakan jus buah yang buahnya dipetik dari kebun sendiri seperti markisa, jeruk lemon, nanas, pepaya, juga sirsak. Duuh seger kan ya kalo panas-panas abis gowes gitu trus menikmati es buah segar seperti yang sering dilakukan komunitas sepeda yang mampir di kedai Cik Elis ini di akhir minggu sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Bogor kota. Selain minuman dingin dari buah segar, kedai Kopi Tiam '89 tentu saja juga menyediakan kopi khas yang berasal dari Sidikalang Medan, Gayo Aceh, dan juga Bogor dengan campuran gula aren yang juga dibuat sendiri. Untuk gula aren, Cik Elis ngga sembarangan, gula aren yang asli tentu dipakai untuk campuran minuman kopinya. Buat pengunjung yang hendak membeli gula aren, Cik Elis menjualnya dengan harga Rp70.000-80.000 dengan berat 1,3-1,5 kilo.
Puas dengan hidangan Nasi Goreng Kunyit, bakpao, pangsit kuah, aneka minuman es buah, masih disuguhi kue keranjang, kue lapis dan juga bika ambon. Seperti kita tahu, kue keranjang selalu hadir di tiap perayaan Imlek, sama seperti kue lapis yang mempunyai makna bahwa kue kerajang yang kenyal, manis dan lengket ini akan mempererat persaudaraan. Sedangkan kue lapis melambangkan bahwa rejeki yang akan kita terima berlapis-lapis jumlahnya seperti kue lapis.
Selesai makan siang, kami melanjutkan perjalanan mengunjungi Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat atau dikenal dengan nama Vihara Buddha Tidur. Jadi nggak usah jauh-jauh ke Thailand, di Bojong Gede juga ada Vihara Buddha Tidur yang pendirinya Suhu Ade yang merupakan salah satu keluarga Cik Elis (suami dari adik Mama Lun Nio). Di area vihara ini terdapat altar-altar yang digunakan untuk beribadah.
Baca juga: Vihara Buddha Tidur di Bojong Gede