Mohon tunggu...
Hiqma Nur Agustina
Hiqma Nur Agustina Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, dosen, peneliti, penikmat sastra, dan traveler

Penulis adalah staf pengajar di English Department, Politeknik Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenali Pertemanan Tidak Sehat dan Solusi Menghadapinya

9 Agustus 2020   10:59 Diperbarui: 11 Agustus 2020   17:54 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Teman tukang gossip

Gossip, rumor, ghibah, atau kegiatan apapun itu yang merujuk pada ngobrolin kekurangan, kelemahan dan aib orang lain saya kira bukan tipe teman yang membawa dampak positif pada hidup kita. Coba bayangkan bila waktu-waktu yang bisa kita gunakan untuk membuat diri kita jadi produktif malah dihabiskan dengan teman yang hobinya gossip, ghibah, mendiskusikan hal-hal yang tidak berfaedah maka dalam satu hari itu tidak ada hal bermanfaat yang kita hasilkan. Waktu kita habis terbuang percuma.

Keinginan dan cita-cita untuk menemukan teman yang memberikan energi positif ini sayangnya kerap tidak seiring sejalan dengan kenyataan. Bisa jadi kita belum beruntung dipertemukan dengan pertemanan sehat yang mampu memberikan energi positif. Kita mungkin bertemu dengan tipe teman yang inginnya hanya dipuji bila telah selesai melakukan suatu pekerjaan, namun tidak memberikan respon yang sama bila kita yang melakukannya. Atau teman yang kelihatannya baik di depan, ternyata di belakang kita tidak. Tidak jarang kita juga berada di sebuah circle yang memungkinkan kita bertemu dengan banyak orang yang tidak memiliki pola pikir yang sama dalam menyelesaikan tugas yang menjadi kewajiban kita. Berikut 5 tips yang bisa Anda lakukan dan bisa menjadi solusi bila saat ini berada di sebuah circle yang tidak Anda inginkan, namun sayangnya Anda harus terus bertahan.

1.Fokus pada tujuan

Untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban terkadang kita membutuhkan orang lain dalam penyelesaiannya, misal pekerjaan yang dilakukan adalah kerja tim. Tetapi, bisa jadi rekan se-tim kita bukanlah teman-teman impian kita. Sebagai tipe pekerja tangguh, tidak mungkin kalau kemudian kita menyerah dan mundur dari tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan hingga di garis akhir. Saran saya, kita hanya perlu kembali pada tujuan awal ketika mulai memutuskan untuk bekerja. Dengan kembali mengingat bahwa setiap pekerjaan atau tugas hasil akhirnya adalah penyelesaian sebaik-baiknya, maka kita pun bisa terus fokus pada tujuan. Teman cukup jadikan sebagai orang yang akan melihat output dari tugas dan kewajiban kita.

2. Tidak perlu berharap pujian

Yang perlu ditekankan dalam pikiran kita adalah setiap pekerjaan adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Untuk semua daftar pekerjaan, karena kita harus selalu menghasilkan yang terbaik, dengan atau tanpa pujian dari siapapun juga. Menanamkan konsep yang demikian akan membuat kita tidak haus pujian, tidak mengharapkan pujian bahkan mungkin melupakan pujian. Pujian adalah bumerang yang membuat seseorang terlena bahkan gagal untuk terus menetapkan target dalam pekerjaan. Kita pun harus mewaspadai pujian yang datang menghampiri. Apakah tulus ataukah hanya kamuflase semata.

3. Kenali tipe teman

Sebagai manusia kita kerap berharap untuk menemukan teman yang selalu baik, suportif, dan ada di setiap momen dalam hidup kita? Apakah ada teman yang seperti ini? Mungkin ada. Mungkin juga tidak. Kalau pun ada bisa jadi tidak banyak. Bagaimanakah bila hingga saat ini kita belum kunjung menemukannya? Haruskah kita pasrah? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang kerap timbul dalam pikiran kita. Saran saya, jangan pernah bergantung dengan kehadiran seorang teman untuk hal apapun dalam kehidupan. Entah itu urusan pekerjaan, curhat tentang masalah percintaan atau konflik dengan teman. Sebaiknya Anda paham benar bahwa sifat manusia tidaklah akan selalu sama. Perubahan sikap, suasana hati atau mood selalu datang silih berganti.

4. Selalu lakukan introspeksi diri

Manusia kerap menuntut untuk diperlakukan sama atau lebih dalam hal apapun. Namun, sudahkah Anda bercermin bila perlakuan yang Anda inginkan dan tak kunjung datang adalah karena sikap dan kepribadian yang tidak kunjung mature. Dewasa dalam berpikir, bersikap, berbicara dan bertingkah laku adalah sisi psikologis yang harus terus diupayakan sebagai manusia. Manusia kerap mengkritik tetapi tidak mau dikritik, suka dipuji tetapi tidak bisa menghargai pencapaian orang lain. Hal-hal buruk yang menjadi kebiasaan ini harus disingkirkan dan dieliminasi. Kita harus mampu setting goals untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik tanpa diminta atau disuruh. Semua harus berasal dari DIRI KITA SENDIRI. Percayalah, Anda pasti mampu melakukannya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun