Mohon tunggu...
Hiqmal Alfareza
Hiqmal Alfareza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Politeknik LP3I Jakarta

Halo nama saya Hiqmal Alfareza, saya 19 tahun dan saya tinggal di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berkunjung ke Museum Sumpah Pemuda

5 November 2023   21:00 Diperbarui: 5 November 2023   21:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruangan Profil musium (Dokpri)

Halo teman teman semua, pada blog kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya Ketika melakukan kunjungan ke Museum Sumpah Pemuda di Senen Jakarta Pusat. Lokasinya ada di samping Hotel Ibis dan Di sebrang Solaria Senen atau untuk pengunjung yang ingin ke sana menggunakan trasnportasi umum khusunya Trasnjakarta bisa turun di halte Pal Putih. Musium ini tidak terlalu besar namun semua barang pameran yang ada di sini masih original dari seluruh pemoeda yang pada waktu itu melakukan diskusi di lokasi ini. Dimulai dari bagian depan musium ini yang  bernuansa teras rumah lengkap dengan meja dan kursi yang pada masa itu di gunakan para pemuda untuk bersantai di depan rumah.

Ruangan Profil musium (Dokpri)
Ruangan Profil musium (Dokpri)
Masuk ke bagian dalam musium kita di sambut dengan profil pemilik rumah yang di jadikan musium yaitu Sie Kong Lian yang di dirikan pada pemulaan abad ke 20. Gedung ini sempat di jadikan sebuah Koskosan untuk para pelajar dari stovia dengan harga 1 juta 100 ribu rupiah jika di konversi ke harga di saat ini dengan vasilitas kamar dan juga makan yang di sediakan oleh pemilik rumah. Untuk menu maknan yang di sedikan juga di sebutkan di dalam musium ini namun saya lupa untuk menu menunya namun yang jelas semua jenis makan yang ada sangat lezat dan bergizi lengkap dengan buahnya. Bahkan pada musium ini juga ada komentar dari seseorang yang pernah menjadi tamu di koskosan ini terkait menu yang di sajikan.

Buku koleksi musium (Dokpri)
Buku koleksi musium (Dokpri)
Lalu di bagian lain dari musium setelah ruangan profil dari Sie Kong Lian kita di sambut dengan ruangan yang berisi buku buku yang di tinggalkan di rumah ini dan ada satu buah buku hologram yang dapat di oprasikan dengan di sentuh seperti layer LCD dan dapat berganti halaman dengan membalik halaman buku maka hologram itu juga akan berganti halaman, yang satu ini menurut saya benar benar suatu hal yang cukup canggih bahkan baru pertama kali saya menemukan hal itu. Lalu lanjut ke ruangan berikutnya kita menuju ruangan yang dulunya di gunakan sebagai ruang rapat dari Kongres Pemoeda II dan di sini juga ada demontrasi reka adegan yang menggunakan proyektor dan dapat di putar dengan meneka tombol yang ada di sisi ruangan maka demonstrasi itu akan berjalan.

Manekin Suasana Rapat (Dokpri)
Manekin Suasana Rapat (Dokpri)
Tidak hanya itu di ruangan ini juga ada sebuah meja demontsrasi yang bersi manekin yang menggambarkan suasana rapat pada saat itu. Selanjutnya dari ruangan itu tidak ada ruangan lain namun dilanjutkan dengan selasar bagian dalam atau lebih mitip lapangan dengan kolam air mancur di pingirnya dan berbagai pahatan berbentuk tangan mengepal berwarna coklat mengkilat. Di bagian pojok lapangan tersebut ada 3 ruangan lain yang terdiri dari ruangan bermain untuk anak anak yang semua permainannya adalah permainan tradisional seperti congklak dan lain lain. Di ruangan yang ke 2 ada sebuah ruangan yang membahas tentang musium ini sebelum di olah oleh pengelola dan pemerintah termasuk Ketika menjadi sebuah koskosan. Di ruangan yang terakhir berisi tentang Sejarah awal lagu Indonesia Raya yang di buat oleh WR Supratman dan sejarahnya sebelum menjadi Lagu Nasional Indonesia.

Barang milik Sie Kong Lian dan foto Istrinya (Dokpri)
Barang milik Sie Kong Lian dan foto Istrinya (Dokpri)

Di dalam ruangan itu juga ada biola yang digunakan oleh WR Supratman dan masih di abadikan di sebuah lemari kaca, namun foto yang saya cantumkan ini bukan yang digunakan oleh WR Supratman namun kurang lebihnya sama hanya berbeda di warna yang lebi terang saja, biola yang dipajang di lemari kaca hanya berwarna lebih gelap. Didalam ruangan ini juga ada sebuah kotak yang berisi tongkat konduktor yang jika di angkat maka lagu Indonesia Raya akan berputar dan kamera yang ada di atas kotak itu akan merekam dan menampilkan gambar di televisi yang ada di atas kotak tersebut. Diruanggan berikutnya ada sebuah vespa yang memiliki sejarah tentang para mahasiswa yang melakukan aksi untuk pembubaran PKI pada masa pemberontakan G30SKPI meledak. Dan di ruangan terakhir dalam musium ini berisi para pemuda pemuda yang memiliki prestasi tingkat dunia yaitu mereka yang masuk dalam Forbes 30 under 30 di antaranya Maudi Ayunda, Jerome polin, dan lain lain. Mungkin beginilah pengalaman saya mengunjungi musium sumpah pemuda, memang tidak terllau besar namun isinya cukup memanjakan kita yang memang haus pengetahuan terutama tentang Sejarah para pemuda yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa itu. Trimaksih sudah mampir dan nantikan blog lain dari saya, see yaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun