Aku bohong ketika ku bilang "Aku tulus mencintaimu, Sayang". Semakin ku renungi, semakin ku sadari, aku tak pernah tulus mencintaimu.
Bagaimana bisa disebut tulus jika aku mengharapkan kau membalas cintaku. Aku yakin tidak bisa disebut tulus ketika aku memanjakanmu dengan perhatianku, aku juga mengharap kau memberiku perhatian sebanyak yang ku berikan padamu.
Tak hanya itu, ketika kau tak menanggapi perhatianku, aku merasa kecewa dan sakit hati. Aku merasa marah karena merasa kau tidak menghargai apa yang ku lakukan untukmu. Aku berharap kau -paling tidak- merespon perhatianku dengan senyum dan ucapan terimakasih.Betapa tidak tulusnya aku kepadamu.
Betapa tidak tulusnya aku ketika aku merasa sangat tidak bahagia ketika kau lupa memperhatikanku dan menghujaniku dengan kata-kata manis. Aku bahkan merasa kau tak lagi mengindahkan perasaanku dan melupakan bahwa aku selalu di sini, siap melimpahimu dengan cinta.
Sayang, maafkan aku yang hingga detik ini belum sanggup mencintaimu dengan tulus. Cinta yang membebaskan. Cinta yang tak berharap. Cinta yang hanya memberi. Cinta yang tanpa rasa sakit. Cinta tanpa rindu yang membelenggu. Cinta tak bersyarat.
NB : Hanya sebuah catatan singkat untuk diri sendiri di penghujung tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H