Mohon tunggu...
Sevi Nur Widihastuti
Sevi Nur Widihastuti Mohon Tunggu... -

writing talk my stories :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seni: Modern Vs Tradisional

19 Februari 2011   13:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:27 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kesenian modern tentu ada kesenian tradisonal. Kesenian modern? Wah, sudah banyak kita kenal, karena mayoritas yang muncul di televisi adalah suatu pagelaran kesenian modern. Nah kesenian tradisional? Banyak dari kita yang mengenalnya hanya sebagai suatu kesenian kuno yang biasa dikembangkan dalam lingkungan keraton atau untuk upacara-upacara adat tertentu saja. Pada dasarnya, kedua jenis seni ini sama, yaitu sama-sama pengembangan kreativitas seseorang. Sifat komersionil? Kedua macam kesenian ini juga mampu menjadi sesuatu yang komersil. Lalu, mengapa harus dibedakan?
Kesenian tradisional lebih bermakna sebagai ciri khas budaya suatu bangsa. Mengapa disebut sebagai ciri khas? Secara universal setiap daerah, tidak hanya di Tanah Air melainkan di seluruh penjuru dunia, kebiasaan yang berbeda-beda. Mulai dari cara makan, jenis makanannya, cara menerima tamu, cara bertamu, cara menghormati sesuatu yang dianggap sakral. Perbedaan ini muncul karena adanya kebiasaan. Seperti halnya negara kita, walaupun satu bangsa dengan ribuan pulau, namun karena memiliki kebiasaan yang berbeda setiap daerahnya, maka melahirkan beraneka perbedaan. Berbeda suku, adat, bangsa serta bahasa.
Manusia dilahirkan dengan dua belahan besar otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri untuk hafalan, belajar serta struktur bahasa, sedangkan otak kanan sebagai penyeimbang kerja kiri, yaitu dengan mengontrol kreativitas kita. Nah, kreativitas inilah yang menjadi modal untuk mengembangkan kebiasaan sehari-hari yang dilakukan sekelompok orang menjadi sebuah karya seni, yang biasa kita sebut sebagai kesenian tradisional. Jadi, kesenian tradisonal itu muncul dari kebiasaan sekelompok orang.
Seperti kacang yang tidak lupa akan kulitnya, kita sebagai bangsa yang baik harus bisa melestarikan kesenian daerah tersebut dan mempertahankannya sebagai suatu ciri khas. Lihat saja diri kita. Bagaimana jadinya diri kita tanpa suatu ciri? Kita tentu akan menjadi duplikator sejati, yang menurut mata kita bagus itu yang kita tiru. Tentu ini keadaan yang tidak seimbang. Orang yang seperti ini, hidup tanpa sebuah ciri, tidak akan bisa dikenal orang lain sebagai dirinya sendiri dan mudah hancur ketika sudah tidak ada lagi sesuatu yang bisa ia tiru. Hidupnya juga terombang-ambing seperti berlayar di lautan ketika musim badai.
Oleh karena itu, mari kita pertahankan kesenian tradisional sebagai suatu ciri bangsa kita agar kita mudah dikenal orang lain. Sehingga manakala kita belajar atau berlibur di negri orang dan mempertontonkan kesenian daerah kita, orang akan tahu bahwa itu adalah kesenian darah kita. Banggga bukan? Tidak usah melihat orang lain, mulai dari diri kita sendiri. Minimal dimulai dengan mengenal semua keanekaragaman seni daerah kita, lambat-laun kita juga akan menjadi senang dan mau mempelajarinya. So,tunggu apa lagi, mulai kenal kesenian daerah kita dan jangan takut untuk menunjukkannya ke dunia luar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun