Sederas hujan ini jatuh. Aku tak kuasa menahannnya. Kembali membawa deras penyesalan, harapan, pertentangan dan kabar lainnya.
Aku selalu merasa benar, karena aku belum pernah benar.
Aku tak mau merasa salah, karena aku selalu berbuat salah.
Dahsyatnya, perasaan ini membawaku terhanyut dalam sunyi.
Adakah yang menyapa waktuku?
Lembut kabut perlahan menyongsong diantara tetes hujan. Aku begitu inginkan kesempurnaan yg hanya berstatus mustahil untuk manusia dalam fana. Apalagi aku yg tiada guna?!
Kabut keindahan itu tampak bagai badai bagi jiwa yang rapuh. Aku tak sadar, bagaimana dulu kabut itu kunanti, untuk kutembus raganya dan berkhayal berdiri di waktu berbeda. Waktu penuh damai. Karena kabut itu kini menerjang jemari hatiku, mulai melapisi jiwa tipis nan rapuh, terkungkung dengan angan semu. Hanya dipeluk asa kosong, tersayat khayalan tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H