Mohon tunggu...
Sevi Nur Widihastuti
Sevi Nur Widihastuti Mohon Tunggu... -

writing talk my stories :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karena Hujan dan Kabut

13 Februari 2011   15:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederas hujan ini jatuh. Aku tak kuasa menahannnya. Kembali membawa deras penyesalan, harapan, pertentangan dan kabar lainnya.
Aku selalu merasa benar, karena aku belum pernah benar.
Aku tak mau merasa salah, karena aku selalu berbuat salah.
Dahsyatnya, perasaan ini membawaku terhanyut dalam sunyi.
Adakah yang menyapa waktuku?
Lembut kabut perlahan menyongsong diantara tetes hujan. Aku begitu inginkan kesempurnaan yg hanya berstatus mustahil untuk manusia dalam fana. Apalagi aku yg tiada guna?!
Kabut keindahan itu tampak bagai badai bagi jiwa yang rapuh. Aku tak sadar, bagaimana dulu kabut itu kunanti, untuk kutembus raganya dan berkhayal berdiri di waktu berbeda. Waktu penuh damai. Karena kabut itu kini menerjang jemari hatiku, mulai melapisi jiwa tipis nan rapuh, terkungkung dengan angan semu. Hanya dipeluk asa kosong, tersayat khayalan tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun