Mohon tunggu...
Hindun Rahmi
Hindun Rahmi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bimbingan dan Konseling Islam KKN-DR UINSU 2020 Kelompok 81

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memutus Rantai Unfinished Business dengan Pendekatan Konseling Gestalt, Sebuah Proses Berdamai dengan Diri Sendiri

12 Agustus 2020   14:46 Diperbarui: 12 Agustus 2020   14:54 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lalu dimana definisi "menjadi manusia" bagi orang-orang yang tidak mendapatkan kebahagiaanya secara utuh seperti mereka?

Konseling saja sebenarnya tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konseli. Sebab konseling itu sendiri adalah sebuah fasilitas yang membantu konseli untuk menyadari dan berani mengambil pilihan untuk menyelesaikan masalahnya. Berhasil atau tidaknya proses konseling sangat bergantung pada konseli itu sendiri.

Untuk menyelesaikan unfinished business dan rasa traumatis memang tidak mudah, itu sebabnya yang pertama kali dilakukan konselor Gestalt ini adalah membawa konseli pada kesadaran secara sepenuhnya. Menyadari apa sebenarnya yang terjadi dalam dirinya dan apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Setelah mendapatkan jawabannya, hal yang harus dilakukan adalah menyelesaikan bukan melupakan dan pura-pura menerima apa yang sudah terjadi. Dengan melupakan, hati mungkin bisa menerima seiring berjalannya waktu namun alam bawah sadar adalah memori tak disadari yang akan menyimpan berbagai pengalaman yang mungkin ingin kita lupakan. Dan keadaan ini, lagi-lagi suatu saat nanti akan mempengaruhi kehidupan normal kita sebagai manusia yang ingin bahagia.

Salah satu teknik yang digunakan konselor adalah "Latihan Bertanggung Jawab." Teknik ini untuk membantu konseli agar mau mengakui dan menerima perasaan-perasaanya daripada memproyeksikannya terhadap orang lain. Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaran konseli akan perasaan-perasaan yang selama ini diingkarinya. Jika ingin menangis, maka menangislah. Jika ingin marah, maka marahlah, konselor akan menyediakan media agar konseli dapat mengekspresikan kemarahannya untuk mencapai kelegaan.

Selanjutnya ada teknik "Tetap Pada Perasaan." Pada teknik ini konselor meminta konseli untuk tetap pada perasaan ketakutan dan kesakitan serta merasakannya pada proses konseling. Konselor mendorong konseli untuk merasakan dan melakukan kegiatan yang cenderung dihadapinya. Dengan menghadapi, mengkonfrontasi dapat membuat konseli menjadi lebih berani dan membangkitkan semangat untuk mengatasi rasa sakit yang dialaminya.

Teknik ini dapat membantu konseli untuk bertanggung jawab atas dirinya serta menerima apa yang terjadi dalam hidupnya. Menjadi manusia, kita akan selalu dihadapkan dengan masalah. Menjadi manusia kita harus sadar sepenuhnya, bahwa kehidupan tidak hanya tentang kebahagiaan. Karena kamu manusia, tidak apa-apa jika kamu sedang tidak baik-baik saja. It's Okey Not To Be Okey.

Mental Health Is Important Things In Your Life

Hindun Rahmi Hayati

Bimbingan dan Konseling Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

KKN-DR UINSU 2020 Kelompok 81

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun